:::: MENU ::::

Sabtu, 28 Juni 2014

(ditulis oleh: Al-Ustadz Muslim Abu Ishaq Al-Atsari)
Alhamdulillah pada edisi ini dan selanjutnya, insya Allah kita akan melihat beberapa penjelasan berkenaan dengan sifat shalat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sebagian besar pembahasan di sini sengaja penulis nukil dari kitab yang mubarak, Shifat Shalat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallamdan “Asal-nya” (Ashlu Shifati Shalatin Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam), yang ditulis oleh Asy-Syaikh yang mulia, Muhammad ibnu Nuh, Nashiruddin Al-Albani rahimahullah. Karena kitab yang beliau susun tersebut merupakan karya yang paling lengkap memuat sifat shalat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallamdalam babnya, sebagaimana hal ini dikatakan oleh guru besar kami, Syaikh yang mulia, Muqbil ibnu Hadi Al-Wadi’i rahimahullah. Disamping itu, penulis juga berupaya menukil dan menambahkan dari beberapa referensi lainnya sebagai tambahan faedah berkenaan dengan pembahasan ini. ‘Tak ada gading yang tak retak’, mudah-mudahan bermanfaat bagi kita semua. Wallahul muwaffiq ilash shawab.

1. Niat
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda:
إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى
“Hanyalah amal itu dengan niat dan setiap orang hanyalah beroleh apa yang ia niatkan.” (HR. Al-Bukhari no. 54 dan Muslim no. 4904)

Memotong Rambut Seperti Orang Barat1Pertanyaan: 
Apa hukumnya memotong rambut dengan model yang diambil dari majalah-majalah Barat atau model potongan yang dikenal di kalangan orang-orang dengan nama tertentu, yang juga diambil dari Barat? Apabila telah tersebar luas model potongan demikian di kalangan wanita muslimah, apakah masih teranggap tasyabbuh?


Jawab:
Asy-Syaikh Shalih bin Fauzan Al-Fauzan hafizhahullah menjawab:

Jumat, 27 Juni 2014

Alhamdulillah, dengan pertolongan dan taufik dari Allah, insya Allah akan hadir kembali...
DAURAH ILMIAH AHLUS SUNNAH WAL JAMA'AH  "MIRATSUL ANBIYA" Ke-10
~~• 1435 H/2014 M •~~

dengan tema
 
"URGENSI ULAMA DI TENGAH UMAT KETIKA FITNAH MELANDA",

 dengan pembicara:
 Asy-Syaikh Khalid azh-Zhafiri (Kuwait)
 Asy-Syaikh Badr bin Muqbil azh Zhafiri (Arab Saudi)
 Asy-Syaikh Usamah bin Sa'ud al-'Amri (Arab Saudi)

Kajian umum insya Allah diselenggarakan di:
Masjid Agung Manunggal, Bantul
Sabtu-Ahad, 13-14 Syawal 1435 H (9-10 Agustus 2014);

Daurah asatidzah di Ma'had al Anshar, Kamis-Sabtu, 11-20 Syawal 1435 H (7-16 Agustus 2014).

Kajian ini insya Allah bisa diikuti melalui:
~ Radio || Rasyid
~ Radio || Miratsul Anbiya Indonesia
~ Radio || Salafy.or.id

****************************************************************************************************************************************



DAURAH ILMIAH AHLUS SUNNAH WAL JAMA'AH  "MIRATSUL ANBIYA" Ke-10

~~• 1435 H/2014 M •~~
✅ Info Tambahan

Insya Allah akan ada taushiyyah al-Walid al-'Allamah asy-Syaikh Rabi' bin Hadi al-Madkhali hafizhahullah
[ teleconference]📞

****************************************************************************************************************************************
sumber: WhatsApp Salafy Indonesia, WhatsApp Forum Berbagi Faedah , WhatsApp Miratsul Anbiya Indonesia

Rabu, 25 Juni 2014

Persaksian tentang Fitnah Sururiyah di Indonesia

Al Ustadz Muhammad Umar As Sewed hafidzahullah
Download Audio 

[Transkrip]
Sururiyyah terus melanda muslimin Indonesia
Penulis: Al Ustadz Muhammad Umar As Sewed
Manhaj, 04 - Februari - 2004, 00:42:39

(Dimulai dengan Khutbatul Haajjah)

Alhamdulillah, ama ba’du

Ikhwani fiddin a’azakumullah...
Disini ada pertanyaan yang berkaitan dengan fitnah Sururiyyah. Dan berkaitan pula dengan tokoh-tokohnya dan orang-orangnya. Ditanyakan disini dari mulai Abu Qatadah (Da'i Al Sofwah Jakarta, red), Abu Haidar (As Sunnah, Bandung, red),Yazid Jawwas (rekan Abdul Hakim Abdat, da'i Al Sofwah/Al Haramain, red), Abu Nida' (At Turots, Jogjakarta red), Aunurofiq Gufron (Ma'had Al Furqan, Gresik, red), Yusuf Bai’sa (Ma'had Al Irsyad, Tengaran, Salatiga, red), Abdurrahman Abdul Kholiq, Ainul Harits, Arifin, Abdul hakim Abdat (da'i Al Haramain/Al Sofwah), dan lain-lainnya. dan kemudian ditanyakan pula Al-Sofwa, At Turots, Al Irsyad, dan lain-lain.

Tentunya lebih tepat kalau saya jawab dari belakang dulu, dari organisasinya dulu, dan lebih bagus lagi kalau saya menerangkan pada antum tentang fikrohnya dulu, ya’ni fikroh sururiyyah dulu . Ya’ni Sururiyyah berasal dari kata Surur atau dari nama Muhammad Surur Nayif Zainal Abidin. Muhammad Surur adalah seorang yang tadinya Ikhwanul Muslimin (IM), kemudian dia keluar dari IM, dan kemudian mengaku Salafy. Orang yang sejenis Muhammad Surur ini banyak, seperti Abdurrohman Abdul Khaliq itupun dari IM kemudian keluar dan kemudian mensyiarkan dirinya sebagai salafy. Atau mengaku salafy.

Orang-orang jenis ini mereka keluar Ikhwanul Muslimin dari Harokah IM, atau partai politik IM atau keluar dari kelompok firqoh IM, dan menyatakan taubat dari IM, dan menyatakan taubat "saya keluar dan saya taubat" seperti juga Muhammad Quthub itu juga mengaku kelauar dan kembali kepada salaf , tetapi dalam perjalanan mereka yang katanya mau kembali kepada Salaf, ternyata masih memiliki fikroh ikhwaniyyah. Fikrohnya Ikhwanul Muslimin atau prinsip cara berfikir Ikhwanul Muslimin. Yang tentunya kita harus tahu bahwasannya prinsip IM ini berarti atau prinsip Sururiyyah ini berari sama dengan prinsip IM sesungguhnya, hanya beda istilah saja.

Apa yang dikatakan oleh para IM juga diucapkan pula oleh Sururiyyin, hakikatnya. Dengan cara dan bentuk istilah yang berbeda tapi intinya sama maka. Kalau begitu sururiyyah sama dengan ikhwaniyah dan kita perlu menerangkan tentang Ikhwanul Muslimin itu sendiri. Ikhwanul Muslimin, prinsip bid’ah mereka yang menjadikan mereka menjadi kelompok sempalan yang keluar dari Ahlus Sunnah adalah karena mereka memiliki prinsip “Nata’awan fima tafakna wa na’dziru ba’dina ba’don fi makhtalahna”, kata mereka, "Kita saling kerjasama apa yang kita sepakati dan kita hormat-menghormati saling memaklumi apa yang kita berbeda".

Iini prinsipnya IM, saya ulangi Nata’awan fima tafakna, "Kita saling kerja sama saling bantu membantu dalam apa yang kita sama, kita sepakati dan kita memaklumi hormat menghormati, dengan apa yang kita berbeda". Dengan prinsip ini IM tidak menganggap ada ahlil bid’ah sama sekali, semuanya kawan tidak ada lawan. "Ahlil bid’ah mereka sama-sama sholat dengan kita, maka kita tolong menolong dalam apa yang kita sepakati, mereka sama-sama…", pokoknya apa yang kita sama kita kerja sama, ini IM. Sehingga Hasan Al-Banna, At-Turobi, dan sekian banyak tokoh-tokoh mereka selalu berusaha menggabungkan antara Sunnah dengan Syi’ah, dan mereka mengatakan yel-yel "Laa Syarqiyyah, Laa Gharbiyyah, Laa Sunniy, wa Laa Syi’ah, Islamiyyah, Islamiyyah," itu yel-yel yang selalu mereka dengungkan anasid dengan sair, dengan nyanyi dengan ikrar, "Tidak Timur tidak Barat, tidak Sunni tidak Syi’ah yang penting Islam" - kata mereka -, ini prinsip mereka yang kemudian ditebarkan pada masyarakat. "Kalian jangan ribut terus, sudahlah jangan saling menyalah-nyalahkan, semuanya apakah dia salaf apakah dia sufi, apakah dia mutazili, syiah, semua itu saudara, semua muslimin. Apa yang kita sama kita tolong menolong dan apa yang kita beda, kita hormat-menghormati", katanya begitu. Ini sepintas kilas perkaranya agak masuk akal, "Iya ya, kalau nggak gini gak akan bersatu ? ". Ya, sepintas kilas kalau kalau dipikir akal saja.

Padahal kata para ulama prinsip ini akan meruntuhkan agama secara keseluruhan dan prinsip ini menggugurkan Amar Ma’ruf Nahi Munkar. [ketika kamu] mau mengingkari kebid’ahan, [mereka katakan: ] “...jangan ya akhi kita harus saling menghormati, kita jangan menyalahkan mereka." Begitulah, sehingga tidak ada amar ma’ruf nahi munkar. Dan berarti membolehkan manusia berjalan di jalan bid’ah manapun, ini sudah jelas sesatnya. Sehingga di dalam Ikhwanul Muslimin, jangan kamu kira mereka sama statusnya, fikirannya, aqidahnya.

Di kalangan IM ada Sufi, Syi’ah,ada semua ahli bid’ah kecuali Salafy. Kenapa? Yang Salafy dalam masalah Aqidahnyapun prinsipnya tetap prinsip ikhwan. Prinsip Aqidahnya yang katanya Salafy, tetapi tetap menghormati Ahlul Bid’ah. Dan ternyata ini adalah yang namanya Sururiyyin. Dalam aqidah katanya mempelajari aqidah Salaf - katanya -, tetapi prinsipnya sama, sesama ahlul bid’ahpun harus saling menghormati dan sebagainya. Ini prinsip utamanya.

Namun sekarang ketika orang-orang yang dulunya keluar dari IM tadi apakah Muhammad Surur apakah Abdurrahman Abdul Kholiq apa Muhammad Qutub dan menyatakan "IM itu salah, IM itu sesat kami kembali kepada Salaf". Ternyata mereka mengajarkan aqidah Salaf, mengajarkan aqidah Salaf sehingga sama dengan Salafiyyin, tetapi mereka tetap mengatakan bahwa, "...ahlul bid’ah juga punya kebaikan, jadi jangan dimusuhi 100 persen, mereka juga punya kebaikan, kita bisa ambil kebaikan dari mana saja." Nah ini lihat, kalimat, "mereka juga punya kebaikan, kita bisa ambil kebaikan dari mana saja". Itulah sesungguhnya terjemahan dari apa yang dikatakan Ikhwanul Muslimin, yaitu saling hormat-menghormati, inilah yang akhirnya menjadi masalah.

Akhirnya segala macam orang-orang yang keluar dari IM yang dielu-elukan taubat - masya Allah-, sebagai seorang Salafy sekarang. Ternyata warnanya kok lama kelamaan agak berbeda kok aneh, kok agak beda, ketika tambah jauh, tambah kelihatan berpisahnya antara para Ulama Ahlus Sunnah wal Jamaah, Salafiyyun dengan tokoh-tokoh mereka. Agak berbeda, terus begitu, kemudian dalam masalah sikap pemerintah juga berbeda, dalam masalah politik juga berbeda, mereka sama seperti IM.

Sekali lagi sama, cuma istilah-istilahnya yang berbeda. Mereka mengatakan pentingnya Tsaqofah Islamiyyah, ini Ikhwanul Muslimin. Tsaqofah Islamiyah adalah wawasan. Kata Ikhwanul Muslimin, "Kita jangan terpaku dengan Quran Sunnah saja, tetapi tidak mengerti situasi dan kondisi politik yang ada, kita harus ikut menyaksikan kondisi politik sepaya kita bisa bersikap supaya kita bisa berjuang dengan jihad politik", katanya. Itu IM, terang-terangan mengatakan jihad politik. Makanya banyak istilah-istilah yang dipakai oleh para politikus sekarang ini, ada jihad politik, ada apa segala macam itu, itu karena diantaranya mereka banyak terbawa dengan tokoh-tokoh IM di dalam partai Keadilan dan sejenisnya. Kemudian mereka yang telah keluar dari IM, ternyata fikrah-fikrah itu masih ada, tetapi istilahnya agak ganti dengan bahasa Fiqhul Waqi’. Salman Audah, A’idh Al Qorni, kemudian siapa lagi … Muhammad Surur dan sebagainya semuanya mengelu-elukan, “Jangan kita selalu Kitab Sunnah, Kitab Sunnah, tetapi tidak memperhatikan lingkungan kita, lingkungan situasi-kondisi kita tidak tahu, kita harus tahu, kita harus belajar satu ilmu namanya Fiqhul Waqi’, memahami kenyataan yang terjadi". Sama toh dengan yang tadi? Kalau tadi dengan istilah Tsaqofah, sekarang dengan istilah Fiqhul Waqi.

Abdurrahman Abdul Khaliq ketika Fiqhul Waqi’nya dibahas oleh para Ulama, lain lagi dia istilahnya bukan Fiqhul Waqi’, tetapi setali tiga uang, persis. Kata Abdurrahman Abdul Kholiq, "Kita dalam memahami, dalam berdakwah ini selain ini, kita harus punya Shifatul ‘Asr". Ini istilahnya Abdurrahman Abdul Kholiq. Apa shifatul ‘Ashr ? Al ashriyah dengan gaya bahasa dia bilang "Ashriye, kita harus tahu Al Ashriye", yakni 'keadaan kondisi situasi politik yang ada', begitu, sama ternyata. Dan ingat bukan berarti Ahlussunnah wal jamaah dan para Ulamanya menentang perlunya fiqhul waqi’ atau tsaqofah atau shifatul Ashr bukan menolak perlunya. Perlu tetapi itu berada di bawah, di bawah dan di bawahnya dan hukumnya fardu kifayah. Bukan harus apalagi wajib apalagi diutamakan di atas ilmu-ilmu lain. Ini mereka menggembar-gemborkan dengan keras dan mereka mengangkat setinggi-tingginya, ilmu yang besar, ilmu yang tinggi yaitu fiqhul waqi’, shifatul ashriye dan seterusnya.

Kenapa sih? Ada apa sih? Kok mereka menggembar-gemborkan itu. Sama dengan Salaf mereka, Salaf mereka lho ya, yang tidak shalih yaitu Ikhwanul Muslimin. Sama yaitu ingin mengangkat tokohnya tapi tidak punya ilmu yang menonjol, mau mengangkat tokohnya ini, ingin mengangkat Sayyid Qutub, dari sisi apa? Dia ahli dalam bidang apa? Ibn Katsir ahli dalam bidang tafsir sehingga disebut sebagai ahli tafsir dan seterusnya. Kemudian para Ulama, Syaikh Utsaimin, Syaikh Bin Baz, fuqoha ahli faqih - masya Allah-. Dan para ulama terkenal dengan ilmu mereka sehingga ada yang disebut sebagai Faqih, Ahli Tafsir, Muhadits seperti Syaikh Al-Albany, ada yang disebut sebagai Mufassir ahli tafsir, dan sebagainya. Lantas, mereka mau mengangkat tokoh-tokonya ini, mau mengangkat Sayyid Quthub. Ini mau dimasukkan ke golongan mana ? kepada Mufassirin, bukan ahli tafsir, mau digolongkan Muhaditsin, bukan ahli hadits, mau digolongkan Fuqoha bukan ahli fiqih, ini ahlinya apa? Akhirnya mereka muncul ide, 'ini orang walaupun dalam masalah itu tidak menonjol', tetapi ia memiliki ilmu yang penting, yaitu memahami situasi dan kondisi politik, situasi dan kondisi masyarakat dan sebagainya, ini ahli ini orang, jadi kita harus angkat Fiqhul Waqi.

Jadi kata syaikh Robi dan kata ulama lain yang mengatakan bahwa istilah Fiqhul Waqi, adalah untuk mengangkat tokoh-tokohnya, jadi diapun ‘alim minal ulama'. Ahli di bidang apa? Ahli di bidang Fiqhul Waqi’. Jadi kamu 'ngertinya' fiqhul syari’ah, fiqhul ahkam, ini fiqhul waqi’ ??? Dan - subhanallah - ini diikuti oleh para sururiyyin.

Diantaranya Haddatsana Umar Jawwas, qola sami’tu Abdul Malik (seorang Surury yang belajar di Riyadh sama tokoh sururi disana namanya Abdul Karim, yang ini turunannya membikin pondok 'Alamus Sunnah di Bogor dan As-Sunnah di Cirebon), katanya : "Bahwasanya Ulama itu ada dua, ada Ulama Syumul, ada Ulama Takhossus". Dan ada sanad lain, sanadnya saya dengar dari Yahya Ba’adil (kakak Yazid Ba’adil, Jember), ini sanadnya lebih 'ali (tinggi), dia pulang dari Riyadh, duduk sepesawat dengan Abdul Karim (tokoh yang tadi itu), setelah tanya jawab, dia masih belum kenal betul siapa dia. Terus cerita kepada saya : "Kemarin ketemu orang namanya Abdul Karim, begini-begini… "; [ana bilang: ] "Hah, ente ketemu, ngomong apa dia [Yahya Ba'adil] ?", dia bilang katanya : "Ulama itu ada dua ada ulama Takhosus dan ada ulama Syumul".

Ulama Takhosus itu ulama dalam bidang fiqih, ya (yang diketahui) fiqih saja, ahlu tafsir, tafsir saja, ahli hadits, hadits saja, tapi tidak mengerti yang lain. Adapun Ulama Syaamil (katanya), ulama lengkap, yaitu ulama yang mengerti semuanya itu dan mengerti Fiqhul Waqi'. Jadi ...? Ustadz Muhammad : "Siapa yang dimaksud itu, ente nggak tanya?", jawab Yahya : "Iya saya nggak tanya". Ustadz Muhammad, "Coba tanya…". Ustadz Muhammad :"Ana bilang, sesungguhnya kalau dia ditanya yang dimaksud takhosus tuh, Syaikh Albani hadits saja, Syaikh bin Baz,… karena sudah dikatakan dalam majlis-majlis lain mereka bilang begitu, "Syaikh bin Baz itu ngerti apa tentang politik", begitu katanya. "Mereka tuh ngerti apa, sehingga percuma fatwanya gak diterima", jadi mereka menganggap ulama yang Syumul itu Qaradlawi (Yusuf Qardlawi, red), Muhammad Ghozali, Sayyid Qutub (pengarang Fi Dhilalil Qur'an, red) dan sebagainya itu tadi.

(Ulama yang) dikatakan lengkap, karena dia mengikuti apa yang terjadi. sedangkan ulama-ulama tadi itu ulama Takhosus khusus itu saja di bidangnya, sehingga, kata orang tadi, "Kalau kita meminta fatwa tentang politik jangan sama mereka, jangan tanya sama mereka karena fatwanya nggak bisa diterima, mereka nggak ngerti Fiqhul Waqi', karena mereka nggak ngerti shifatul 'ashr, karena mereka nggak, mengerti apa itu tadi, tsaqofah".

Jadi tanyanya sama… akhirnya ditulislah buku Dalilut-Tholibah oleh Muhammad Kholaf, judul bukunya Dalilut Tholibah, Bimbingan untuk pelajar Putri, isinya ? Ketika masalah ahkam dan sebagainya dari Syaikh Muhammad Al Utsaimin yang dinukil, dan habis itu ada tanya jawab dalam masalah Da’wah dijawab oleh Salman bin Fahd Al Audah. Ini menunjukkan prinsipnya dia Muhammad Khalaf adalah pendiri Al-Sofwa, nah terjawablah (apa dan siapa itu) Al Sofwah.

Jadi dia menulis buku itu dan diterjemahkan dalam bahasa Indonesia, tidak tahu apa judulnya dalam bahasa Indonesia. Jadi begitu ketika masalah fiqih, syaikh Utsaimin, ketika masalah dakwah, nggak terima Syaikh Utsaimin, "Salman Audah yang lebih mengerti Fiqhul Waqi'". Inilah model-model sururiyin. Apakah Ikhwanul Muslimin, ataupun Sururiyyin, atau nanti ada nama lainnya, jenis lainnya, maka mereka semua prinsipnya sama bahwa mereka akan menjauhkan para Salafiyyin dari Ulamanya dan mereka berusaha mentaqrib (mendekatkan) Ahlus Sunnah dengan Ahlul bid’ah. Maka kamu lihat tokoh-tokohnya, satu-satu tadi itu, bagaimana keadaannya, bagaimana Yazid Jawwas dengan tokoh-tokoh Dewan Da’wah (DDII, red) dan tokoh-tokoh IM, bagaimana Yusuf Ba’isa dengan Salim Bajri, yang mu’tazilah yang menolak Hadits Shahih Bukhari.Katanya (Salim Bajri) : “Jangan taqlid dengan Imam Bukhari!”. Ini (si Salim) masih tetep bareng dengan Yusuf Ba'isa sekarang ini. Lalu, apa lagi yang lebih besar dari itu !!?.

Kita yang kemarin terpaksa ketemu dengan ahlul bid’ah itu gemetarnya sampai hari ini belum hilang."Wa atuubu ilallah", karena masalah kemarin sampai Laskar Jihad yang sudah besar kita beberkan, karena masalah itu tadi yang kita takuti. Bagaimana kita bergaul dengan ahlul bid’ah, "Tidak !!!, coret !!?. Silang!!! Habis.!!!" Masa-masa itu kita tutup!. Kalau sampai jihad membawa kita kepada pergaulan dengan ahlul bid’ah seperti itu, tidak ada jihad-jihadan. Bathil (keliru), bubar, khan begitu !!! Ini…? Tidak dalam keadaan jihad atau bukan jihad bukan dalam perjuangan, bukan perang, bukan dalam keadaan apapun, sama mereka 'ahlan-ahlanan' (lemah-lembut, red). Buat acara bersama, bikin pertemuan bersama dan seterusnya!!?.

Dan kemudian, baru setelah kita jawab beberapa tokoh, Muhammad Sururnya, Abdurrahman Abdul Kholiqnya, dan kemudian Salman Audah, kemudian Abdul Karim Al Katsiri dari Riyadh, nah ini mereka !. Kemudian dari sisi politiknya, mereka membolehkan masuk ke dalam parleman atau masuk dalam partai-partai. Tidak mesti diantara mereka sampai masuk ke dalam marhalah ini. Diantara mereka masih marhalah satu, ada yang marhalah dua ada yang ketiga ada yang sudah keempat. Tetapi ciri yang umum adalah itu tadi, yaitu mereka bergampang-gampang dengan dengan Ahlul Bid’ah, meremehkan ahlul bid'ah, maksudnya meremehkan itu, meremehkan bahayanya.

Bukan artinya kita mengecilkan, jelas kita juga mengecilkan mereka, tetapi yang dimaksud adalah mereka meremehkan bahayanya ahlul bid'ah. "Mereka juga punya kebaikan, mereka juga punya suatu kelebihan, kita diperintahkan oleh Allah untuk mengambil ilmu dari mana saja, jangan lihat siapa yang berbicara, lihat ucapannya bagaimana ?" Jadi ucapannya yang kita lihat, orangnya siapa saja ahlul bid'ah atau Ahlus Sunnah", begitu ? Ini sudah terucap dari Yusuf Ba'isa banyak, entah dari yang lain saya belum tahu. Maka mereka ini ada ternyata turunannya Abdul Karim Al Katsiri turunannya mendirikan pondok, membiayai di 'Alamus Sunnah Bogor dan di Cirebon ini, As Sunnah. Kemudian Abdurrahman Abdul Khaliq, Tengaran, membiayai, membantu, mengirimkan orangnya dan datang ke Tengaran. Jadi sudah tidak bisa diingkari lagi, tidak bisa diingkari lagi, kalau mereka ini grupnya Abdurrahman Abdul Kholiq yang sudah dibantah oleh para Ulama.

Bukan satu-dua Ulama, tetapi para Ulama, termasuk Syaikh Muqbil yang di Yaman atau Syaikh Rabi' Ibn Hadi yang di Saudi, yang (keduanya) berjauhan, keduanya membantah Abdurrahman Abdul Kholiq. Demikian pula ulama yang lain, banyak. Ini…??? Datang ke indonesia ke Tengaran itu disambut diberi tempat dan dibikin dauroh oleh Yusuf Utsman Ba’isa - yang sesungguhnya masih misan saya - anaknya paman saya. Seperti itu, (Abdurahman) datang, dikasih tempat, dikasih kesempatan untuk bicara, (lantas) diundang semua para da'i. Waktu itu kita sudah tahu Abdurrahman Abdul Kholiq, tetapi ada berita dia taubat menulis surat kepada Syaikh bin Baz dan menyatakan pernyataan taubatnya, maka pada waktu itu (Ustadz) Ja’far menyuruh saya, "Coba kamu lihat, betulkah sudah taubat !". Maka saya hadir dalam keadaan bertanya-tanya benar sudah taubat atau tidak. Saya duduk dia berbicara, ini pada da’i semua nih, da'i kumpul semua, Abu Nida ada, Sholeh Su’aidi ada, siapa lagi…, semua... Yusuf yang mengundangnya, Ahmas Faiz ada, lengkap, Abu Haidar ada. Kemudian bertanya,"Syaikh, bagaimana mengatakan Yusuf Qardhawi dengan Yusuf Al-Quradly, apa boleh itu ?" - maksudnya ingin menjelekkan Ustadz Ja'far yang pada waktu itu menyebut Yusuf Qordhowi dengan Yusuf Al Qurodly- . Abdurrahman Abdul Khaliq ngamuk, ngamuk besar, saya sampai bengong, dibela mati-matian Yusuf Qordowi. "Afna hayatahu fi da'wah".

Saya mendengar sendiri, ya'ni tidak pakai sanad, sami'tu, tinggal kalian percaya sama saya atau tidak. "Asma biudinayya", saya mendengar dengan telinga saya sendiri. Dia (Abdurahman) mengatakan,"Afna hayatahu fi da'wah, Yusuf Qardhawy ini menghabiskan umurnya dalam dakwah, kemudian kamu cela seperti itu? Wallahi hadza adalah perbuatan Khawarij", kata dia, khawarij itu adalah kafir, kemudian disebutkan tentang kafirnya Khawarij !!!

Saya bingung, satu pembelaannya terhadap Qardhawi mati-matian padahal Qaradhawi adalah aqlani. Sampai Syaikh Muqbil menulis kitab "Iskatu kalbun awi fi roddi ala Yusuf Qordowi, “Mendiamkan anjing yang mengonggong, sebagai bantahan kepada Yusuf Qardhawy”. Disebutkan 'Iskatu kalbun awi fi roddi ala Yusuf Qordowi', ini dibela mati-matian oleh Abdurrahman Abdul Kholiq. Itu yang pertama !!! Dan kemudian yang kedua dia mengkafirkan Khawarij, padahal Ali bin Abi Thalib sendiri mengatakan 'minal kufri farru', justru dari kekufuran mereka lari, kata Ali bin Abi Thalib ketika ada yang mengatakan kufar. Tidak, justru karena takut kafir sampai mereka ekstrim, sampai melampaui batas, kemudian yang ketiga celaannya terhadap Salafiyyin sehabis itu, "Memang salafiyyin itu kaku…" dan seterusnya.

"Wallahi, demi Allah saya mengeluarkan air mata waktu itu, nangis, kenapa ?" Bukan hanya ucapan Abdurrahman Abdul Kholiq yang bejat, tetapi dengan senyum-senyumnya para du'at, kenapa mereka koq senyum senyum melihat ucapan yang kayak gini ini, melihat ini kenapa? Sholeh Su'aidi, kemudian Abu Nida dan sebagainya, seakan-akan tidak ada masalah dan merasa menang bisa mengalahkan Ustadz Ja’far dan Ustadz Muhammad. Nah…, kena lo!!, seakan-akan begitu, senyum-senyum dengan jawaban Qordowi sambil gini-gini, sambil gerakkan badannya, Ajib (aneh, red). Ini juga yang membikin kita sedih. Maka ini dosanya Yusuf Ba’isa menyebarkan kesesatan melalui Abdurrahman Abdul kholiq dan mengundang orang-orangnya. Lantas da'i itu pulang, da'i pulang itu akan disampaikan kepada murid-muridnya, itu Tengaran !!! (markas Al Irsyad, Tengaran, Salatiga, red)

Dan juga termasuk turunannya dari Abdurrahman Abdul Khaliq, karena dia pemimpin organisasi dana bantuan Ihya ut Turots, maka diapun mengucurkan dananya kepada berbagai macam pihak untuk menjadi corongnya, diantaranya Abu Nida cs di Yogya yang kemudian bikin pondoknya, "Bin Baz atau apa ? Kemudian yang di Solo, Ponpes Imam Bukhari dan seterusnya. Kkemudian membiayai untuk menerbitkan majalah As-Sunnah, Al-Furqon, kalau Al Furqon dengan majalahnya mereka, mereka punya majalah Al Furqon, majalahnya sururi Abdurrahman Abdul Kholiq, Abdurrahmaniyun.

Kemudian yang ketiga, turunannya Muhammad Surur. Muhammad Surur punya yayasan di London, di Birmingham, Punya Yayasan namanya Al-Muntada, grupnya, kalau bukan Muhammad Sururnya grupnya, ya.. dan menerbitkan majalah As-Sunnah, sama (namanya) dengan yang di Solo.

Kemudian As-Sunnah ini pertama dipuji oleh Ulama, karena biasa, sururiyun pertama menyebutkan yang bagus-bagus, salafi semua salaf, wah… bagus, dan kemudian bergeser kepada apa yang mereka mau sampai pada titik puncaknya ucapan mereka yang jahat kepada Ulama, yaitu mengatakan bahwa Taghut itu bermacam-macam, ini kata muhammad Surur di dalam majalah As Sunnah, Toghut itu bertingkat tingkat. Toghut yang paling adalah Clinton dan sebentar lagi Bush katanya, menujukkan kalau mereka tahu Fiqhul Waqi’. Jadi setelah Clinton itu pasti Bush, padahal belum diganti pada waktu itu!! Dan Toghut tingkat keduanya adalah para pimpinan-pimpinan negara Arab !! Apa semua pimpinan negara Arab kufar semua ? Atau ada yang kufar? Atau tidak kufar semua? Kok dikatakan Toghut !!? Toghut itu lebih dari kafir sudah. Dikatakan toghut selanjutnya adalah para raja-raja Arab, karena apa? Karena mereka menyembah taghut Bush atau Clinton itu tadi, dan mereka berkiblatnya adalah ke Gedung Putih, bukan ke Kab’ah katanya, termasuk raja Saudi yang dimaksud ? Dan kemudian tingkatan yang ketiga dari Toghut adalah para Ulama-ulamanya, Ulama-ulama Arab, ini yang dimaksud adalah Saudi, kelihatan... Yaitu yang mencarikan fatwa untuk para thaghut-thagutnya. Kalau Toghutnya ingin halal, maka mencarikan dalil untuk menghalalkannya, kalau mereka ingin haram, maka mereka mencari dalil-dalil untuk mengharamkannya. Kalau mereka sedang bertikai dengan Iran maka mereka para ulama-ulamanya mengumpulkan dalil tentang jeleknya Syi'ah, jelaskan maksudnya kemana walaupun disebutnya Arab.

Akan tetapi jelas maksudnya adalah Saudi dan berarti ulamanya adalah ulama yang kita kenal, apakah Syaikh Bin Baz, apakah Syaikh Utsaimin itui yang dimaksud dan lain-lainnya. Kalau berseteru dengan Iran mereka cari dalil tentang jeleknya Syi'ah, dan kalau berseteru dengan Irak, nah ini mulai tambah dekat, karena pada waktu itu kejadian Irak, baru, maka mereka ramai-ramai mencari dalil jeleknya Ba’tsi, dst, Sosialisme. "Mereka ini adalah para penjilat-penjilat munafiqun", katanya.

Dengan tulisan inilah hancur As-Sunnah dan grupnya, sampai para Ulama membantah dengan keras, habis sudah, ditahdzir. Setelah ditahdzir, sebagaimana biasanya mereka selalu berganti pakaian. Ditahdzir ganti pakaian itu biasa. Maka mereka mengatakan, " Memang As-Sunnah itu jelek, As-Sunnah itu ekstrim,… " dan sebagainya.

Akhirnya (mereka) bikin yayasan baru, namanya nama baru, bikin majalah, majalah baru. Yayasannya Al-Muntada, majalahnya adalah Al-Bayan, bukan lagi As-Sunnah tetapi Al Bayan. Sehingga Salafiyyin di Saudi kalau sedang menjelekkan Sururiyyin, mengatakan 'Lakumul Bayan was Sunnah wa lanal Kitab was Sunnah !' “Kamu itu punya Al-Bayan dan As-Sunnah, sedangkan kami berpegang kepada Al-Kitab dan Sunnah.” Maksudnya Al Bayan dan As-Sunnah artinya majalah Al-Bayan, kemudian As-Sunnah. Dan yayasan Al-Muntada London ini membuka cabang di Indonesia. Dan ini tidak pakai sanad lagi, dan saya langsung diajak untuk mendirikannya. Pada saat itu saya tidak tahu apa-apa sama sekali nggak ngerti. Karena seperti biasa mengaku Salaf, saya tidak pernah denger yang namanya Al-Muntada sama sekali, wala (tidak) di London wala di indonesia wala dimanapun !!?

"Ana gak paham makanan apa itu, gak tau". Orangnya. "kita, dakwah Salafiyah di Indonesia perlu diberi dukungan dan sebagainya, kita perlu bikin yayasan dana bantuan untuk membantu Ssalafiyin, untuk membantu salafiyin." Thoyyib (baiklah) kita bikin, saya termasuk pendirinya. Namanya Al-Muntada, persis sama dengan apa yang di London jadi jangan pura-pura, saksinya masih hidup sampai sekarang. Kemudian dalam keadaan saya masih di situ, mereka ganti menjadi Al-Sofwa, lho kok diganti Al-Sofwa ??? Padahal saya gak pernah ikut rapat dan sebagainya. "Tidak, mereka minta ganti nama", selalu demikian setiap ada keputusan. "Apa kita tidak bisa punya pendapat ?". Padahal kita pendiri waktu itu, tetapi semua keputusan Muhammad Kholaf yang bilang, "mereka…, mereka…." Atau dia istilahkan dengan "Ashabi…, ashabi….". “Sahabat-sahabatku minta begini, sahabat-sahabatku minta begini…”, Siapa? Saya berfikir berarti ini ada atasannya, berarti ini adalah cabang dari sana.

Sampai kemudian saya datang kepada Syaikh Rabi’, waktu saya tugas di Qosim di Unaizah saya ada kesempatan ke Madinah mampir, saya ke tempat syaikh Rabi' tanya langsung tentang Al-Sofwah. Dulunya namanya Al-Muntada, " Ah…, Al Muntada?", "Ya, terus ganti dengan Al-Sofwa" . "Al-Muntada sama dengan yang di London?". "Na'am, ya syaikh, katanya begini dan begini", saya terangkan, "Kalau itu betul dari mereka, lihat nanti, mereka akan menjadi penghalang pertama dakwah Salafiyyah". Dan saya tidak ke sana lagi selamanya abadan, abidiina. Dan saya bukan lagi pendirinya Alhamdulillah. Karena dulu kita mendirikan Al-Muntada, kemudian dirubah oleh mereka diganti dan entah tidak mengerti lagi saya pada waktu itu, sudah lain sama sekali.

Dan didalamnya, waktu saya di situ saja pernah kita tegur adanya orang dari IM," Syaikh ini orang dari ikhwan?", "La (tidak, red).., kita tarik supaya jadi Salafy", katanya. Ya sampai hari ini dia masih tetap. Orang Lampung, pada waktu itu da’i Ikhwani, di Lampung digaji oleh Al-Sofwa. Kenapa tahu? Ya, karena sama saya sekelas orang itu di LIPIA dan tahu betul dia ini IM !!?

Sehingga Ikhwana fiddin a'azzakumullah
Sudah ada tiga jalur. Jalurnya Abdul Karim jalurnya ke Alamus Sunnah dan As Sunnah Cirebon dan Abdurrahman Abdul Khaliq, ke Tengaran dan kemudian ke Jogja dan Solo itu, Abu Nida dan Ahmas Faiz. Kemudian Muhammad Surur nya langsung dengan As-Sunnah dan Al-Bayannya masuk ke Al-Sofwah, dan kemudian dari Al-Sofwah ini disebarkanlah majalah Al-Bayan tadi. Dan itu terang-terangan, bundelnya Al-Bayan di Al-Sofwa itu lengkap dan disebarkan di seluruh Indonesia, termasuk ke Solo ke grupnya Ahmas Fais dan grupnya Abu Nida termasuk yang dikirimi, entah itu apakah masih berlanjut, karena saya tidak tahu, ataukah tidak.

Kemudian ternyata mereka juga membantu dana kepada segala macam Ahlul bid’ah, termasuk Ngruki (Ponpes AL Mu'min, Ngruki, kelompok Abu Bakar Ba'asyir, red), Ngruki yang jelas-jelas seperti itu ya'ni pemikirannya pemikiran NII. Kalaupun apakah asli ataukah pecahan saya gak tahu, pokoknya pemikirannya seperti itu, pemikiran Khawarij, KGB, Khawarij Gaya Baru. Itu dibantu, sampai kita tegur, waktu itu.

Itu dalam keadaan masih kita tegur oleh kita, apalagi ketika sudah diboikot, sudah ditahdzir mungkin tambah bebas mereka. Dengan alasan "O.. tidak, kita tidak menyumbang gerakannya mereka, kita hanya menyumbang kitab. Jadi menyumbang kitab itu supaya mereka baca kitab". Ternyata ketika ada seorang yang ke sana, ada gedung baru, gedung perpustakaan bertingkat, gedung besar, tanya : “Ini dibangun dari mana dananya?”, "Anu… dikasih sama Al-Sofwa". Ternyata bukan buku tapi dikasih betul-betul berupa gedung yang alasannya buat perpustakaan. Ini juga dari kedustaan dia, membangun masjidnya ahlul bid'ah, banyak ya…. Hadza Al-Sofwah!!!

Dan Yazid Jawwas mengatakan "Al-Sofwah itu Salafy", padahal tadinya ketika dia masih sama kita dia mengatakan bahwa Al-Sofwa itu ikhwani, Surury, tapi ketika dia bersama mereka sudah meninggalkan Salafiyyin, terus omongnya sudah lain. Jalur apalagi yang belum saya sebut? Sudah ya?.

Dari Al-Sofwa menyebarkan kepada diantaranya yang dibangun Al-Sofwah, dengan da’i-da’inya, dengan biayanya dari A sampai Z adalah pondoknya Asmuji, di Cilacap (Ma'had Imam Syafi'i, red), bahkan sampai diadakan dauroh,yang pengajar-pengajarnya diambil dari grupnya mereka Sururiyin di Riyadh, asli !!! Ini orang Arab mengajarkan bagaimana pemikiran-pemikiran Sururiyyin, (langsung) diajarkan oleh mereka. Yang juga dibantu oleh Al-Sofwa dan dan da'inya dari Al-Sofwah, sampai diadakan dauroh yang mengisi daurohnya adalah IM, IM Arab!!!

Bayangkan yang IM Indonesia saja bahaya apalagi IM Arab, yang biasa pakai bahasa Arab dan pakai dalil-dalil, itu adalah Aunur Rofiq Ghufron, Gresik, yang sampai Sururiyyin sendiri yang hadir ngomong, “Kok yang ngisinya Ikhwan ya?”, (sudah) tahu mereka yang mengisinya adalah Ikhwanul Muslimin, yang menyampaikan adalah anak buahnya Abu Nida yang di Jogja, yang pernah di Pakistan, Abu siapa itu…? Itu yang mengatakan, "Iya, diantara mereka ada ikhwan", katanya.

Bayangkan bukan lagi sururi, tapi ikhwan ini yang mengisi, karena masalah fulus. Diberi mobil, diberi dauroh, diberi bangunan, apa lagi...? Dan ini rasanya sudah terjawab atau paling tidak tersebut semua rangkaiannya dan orang-orangnya juga kan berarti...?

Aunur Rofiq Gufron sudah, Yusuf Baisa sudah kamu tahu, Abu Nida sudah disinggung, Abu Haidar sama dengan Al-Sofwa, karena bekerjasama dengan Al-Sofwa sampai sekarang. Bahkan Al-Sofwa bikin cabang di Bandung dan yang mengurusnya Abu Haidar cs. Adapun Abdul Hakim Amir Abdat dari satu sisi lebih parah dari mereka, dan sisi lain sama saja. Bahwasannya dia ini, dari satu sisi lebih parah karena dia otodidak dan tidak jelas belajarnya, sehingga lebih parah karena banyak menjawab dengan pikirannya sendiri.

Memang (Abdul Hakim) dengan hadits tetapi kemudian hadits diterangkan dengan pikirannya sendiri, sehingga terlalu berbahaya, mengerikan, sampai-sampai dia melepas hijab ketika kajian, "Tidak ada…, mana ? Hijab itu...?", begitu ? Jadi akhwat tidak pakai hijab dengan ikhwan, kemudian dia menertawakan gamis. Ini 'ihtiza bi Sunnah !!! memperolok-olokan Sunnah !!!. Keras sekali hukumnya dalam hukum Islam. Sururiy yang tadi itu tidak sampai separah ini, dia mengatakan kepada teman-teman yang pakai jubah itu bahwa mereka pakai rok katanya. "Ada apa kamu pakai rok? Kayak perempuan"!!! Maksudnya mau membantah, kalau kamu katakan "Inikan Sunnah". Dan dia akan bantah bahwa ini bukan Sunnah, sekalian menonjolkan ilmunya, "nih saya tahu", dengan cara memperolok-olokkan Sunnah !!!

Padahal kalaupun itu adalah Jibliyyah, karena paling sedikitnya adalah Jibiliyyah (sesuatu yang dipakai oleh Rasulullah, namun tidak dianjurkan pada ummatnya dan bukan Sunnah). Itupun para Ulama mengatakan, "Tidak boleh diperolok-olokkan". Kenapa? Karena kalau memperolok-olokan berarti memperolok-olokan apa yang dipakai Rasul. "Hadza adzim, besar sekali di sisi Allah!!! Ini kekurangan ajarannya Abdul Hakim ini disebabkan karena dia menafsirkan seenak sendiri dan memahami seenaknya sendiri. Tafsirnya dengan Qultu, "saya katakan, saya katakan", begitu. "Ya.., di dalam riwayat ini…ini… dan saya katakan...", seakan-akan dia kedudukannya seperti para ulama, padahal dari mana dia belajarnya !!?

Ini yang jadi masalah sehingga banyak yang disaksikan oleh teman-teman yang perlu diteliti lagi, itu banyak berita-berita tentang Abdul Hakim, yang dia ngobrol dengan perempuan tanpa hijab sama sekali, pakai celana panjang, pakai kaos ketat, ketika ditegur, "Saya sedang menasehati", terus juga dia masih merokok, kemudian juga masih sering musbil, masih sering pakai pantalon, karena dia mencela gamis dia pakai pantalon, celana ketat yang sampai disebutkan oleh Syaikh Yahya Al Hajuri di Yaman. Ketika ditanyakan tentang Abdul Hakim, "Siapa ?" lalu diterangkan kemudian sampai pada pantalon (celana tipis yang biasa dipakai untuk acara resmi ala Barat, red). “Hah huwa Mubanthal (pemakai panthalon, celana panjang biasa yang memperlihatkan pantatnya dan kemaluannya itu) ?. Dijawab, "Iya syaikh". "Allah, yakfi, yakfi, yakfihi annahu mubanthal." Cukup kamu katakan dengan dia memakai panthalon saja untuk dikatakan 'Jangan mengaji sama dia”. Sudah cukup bagi saya, apalagi yang lebih dari itu.

Seorang da'i Seorang yang mengajarkan Sunnah maka harus dimulai dari dirinya untuk memakai yang tidak membentuk pahanya dan pantatnya, itu sudah harus. Ini ketika ditanyakan kepada Syaikh Yahya Al Hajuri, ada catatannya, ada kasetnya. Ini Abdul Hakim Abdad !!?.

Jadi ikhwana fiddin a'azzakumullah, maka untuk selebihnya kalian harus mengkaji kitab-kitab bagaimana sikap Ulama terhadap ahlul bid’ah, karena ini yang paling ditakuti oleh Sururiyyin. Kalau saja disini ada seratus orang, diantara mereka ada Surury, tapi kita nggak tahu yang mana lalu antum ajarkan kitab-kitab Manhaj, dia akan panas, gelisah seperti jin diruqyah, 'imma (bisa jadi) lari, imma membantah'. Protes, imma dia bingung, atau yang paling baiknya sadar saat itu - Alhamdulillah kalau begitu-.

Sehingga kajian manhaj itu sangat penting, atau khususnya. Karena manhaj itu luas sekali, semua kitab-kitab para Ulama semuanya manhaj. Kitab-kitab yang berbicara tentang sikap Ahlus Sunnah terhadap ahlul bid’ah. Nanti kita akan melihat betapa jahatnya tokoh-tokoh yang ditanyakan tadi ini. Jahat, sangat. Para ulama sedemikian kerasnya terhadap ahlul bid'ah dan begitu hati-hatinya sampai memperingatkan ummat untuk hati-hati terhadap mereka, ini malah mengatakan, "Tidak apa-apa, mereka punya kebaikan", sehingga terlihat 180 derajat antara para ulama dengan sururiyyin ini.

Setelah kita membaca seperti apakah kitabnya Lamuddurul Mantsur, atau kitab yang baru saya dapatkan ini Ijma’ dari Para Ulama tentang Tahdzir terhadap ahlul bid'ah terus kitab…

Bahkan sesungguhnya pada kitab-kitab para Ulama yang berbicara tentang Manhaj Ahlus Sunnah itu selalu ada bab khusus tentang Bab Wajibnya Kita untuk Menjauhi Ahlil Bid'ah. Mesti, hampir setiap kitab As-Sunnahnya Al Barbahari ada keterangan tentang masalah itu, kemudian Abu Utsman Ashabuni, Aqidatus Salaf Ashabul Hadits, ada bab itu. Bahwa ciri Ahlus Sunnah adalah benci terhadap ahlul bid’ah, dan menjauhi ahlil bid'ah dan mentahdzir ahlul bid’ah.

Dalam Syarhus Sunnah dalam Aqidatus Salaf Ashabul Hadits, kemudian dalam Syariah Al-Ajurry, kemudian Minhaj Firqatun Najiyah Ibnu Baththah, itu semua ada. Yang menunjukkan mereka semua sepakat untuk memperingatkan ummat dari ahlul bid'ah dan mentahdzir ahlul bid'ah, membenci mereka, menghajr mereka, memboikot mereka dan tidak bermajlis dengan mereka, itu sepakat. Sehingga apa yang mereka sebarkan dari prinsip-prinsip ikhwaniyyah dan Sururiyyah ini, adalah sesuatu yang bertolak belakang dengan Sunnah Rasulullah, dan bertentangan dengan 180 derajat.

Wallahu Ta'ala A'lam bish Showab.
Subhanaka Allahuma wabihamdika, asyadu anlaa ilaaha illa anta, astaghfiruka, wa atubu ilaik.

Sekali lagi untuk lebih jelasnya dengan kajian kitab tadi.

Pertanyaan :
Bagaimana tentang subhat mereka yang menyatakan, “Bahwa mereka salafy, kenapa tidak mau menghadiri daurah di Surabaya yang mendatangkan Syaikh Ali Hasan?”. Itu syubhat yang sering mereka lontarkan kepada kita.

Jawaban Ustadz Muhammad:
Pernah ditanyakan tentang kepada Syaikh Yahya Al Hajuri tentang masalah syaikh Ali Hasan Abdul Hamid yang datang ke Surabaya. Ditanyakan, "Bagaimana Syaikh, ada suatu majelis yang didatangi Ali Hasan dan sebagainya, dari Urdun dan yang hadir disana campur, ada Ahlus Sunnah. ada ahlul bid’ah, ada berbagai macam kelompok, sururi dan sebagainya. Apakah dibenarkan kami tidak datang ke sana, karena tidak mau ketemu dengan mereka, dengan ahlil bid'ah ini?
Kata Syaikh: “Ada mereka di sana? Wallahi, saya berpendapat bahwa bukan saja boleh, tidak perlu kamu duduk disana untuk hadir di majelis seperti itu. Kamu bisa hadiri majlis-majlis lain dari para Ulama dan kamu bisa membaca kitab para Ulama, kamu bisa mendengarkan kasetnya, dengan berbagai macam cara daripada kamu duduk dengan ahlil bid'ah.” Sampai seperti itu, dan beliau terheran-heran dengan syaikh Ali Hasan Abdul Hamid.
Wallahu ta’ala a’lam.

Pertanyaan :
Bagaimana dengan Abu Qatadah yang sedang mereka elu-elukan?

Jawaban Ustadz Muhammad:
Abu Qatadah ini sebuah contoh yang bagus untuk menunjukkan akibat duduk dengan ahlul bid’ah. Abu Qatadah ini datang dari Yaman, dari Yaman mereka sudah sama-sama paham, sampai datang ke Indonesia, diajak kakaknya ketemu Abu Nida dan kemudian di sana ngobrol, kemudian hilang nggak balik lagi. Abu Qatadah. Jadi mereka merasa bangga punya lulusan Yaman, lulusan Syaikh ini.

Karena merasa dapat satu orang dari Yaman, karena yang belajar dari Yaman Salafiyyin semuanya, adapun Sururiyyin, tidak cocok di Syaikh Muqbil, akhirnya pindah ke tempat Abul Hasan, seperti Sholeh Su’aidi, akhirnya sekarang. Abul Hasan ditahdzir, jadi nasib mereka tetap tidak berubah, mereka ingin mendapat stempel Salafiyyin, namun setelah duduk di Syaikh tidak betah karena dibantai terus sama teman-teman, kemudian pindahnya ke Abul Hasan. Ternyata dengan bangga ditulis, akan diisi oleh Sholeh Su’aidi, murid Abul Hasan Al-Misri, na'am, daurah di Purwokerto. Ana bilang kasihan mereka nggak tahu, Abul Hasan sudah ditahdzir dengan keras oleh para Ulama, mereka mengelu-elukan orang yang sudah ditahdzir oleh para Ulama. Abul Hasan kasar sekali ucapannya terhadap Syaikh Rabi’ dan kurang ajar betul. Dan para Ulama sudah marah kepada Abul Hasan, bahkan bukan Abul Hasannya, pembela-pembelanya kena dan ikut jatuh, jatuh bareng, termasuk di antaranya adalah da’i Yordan. Wallahu a’lam siapa yang dimaksud, karena yang disebutkan hanya da’i Yordan, Urduniyyin, Yordan setelah ditinggal Syaikh Albany lemah katanya. Sedang ramai pula di tingkat tinggi para Ulama, tentang Abul Hasan.

(Ceramah ini ditranskrip oleh ikhwan Bandung, dari kaset Ustadz Muhammad Umar As Sewed yang direkam saat beliau ditanya oleh Abu Tsumamah, ikhwan Tangerang di rumah kediaman beliau, beberapa bulan yang lalu. Transkrip ini sudah dikonfirmasikan kepada Ustadz Muhammad As-Sewed seusai beliau Khutbah Iedul Adha di Perumnas Guntur, Cirebon, 10 Dzulhijjah 1424 H. Ustadz Muhammad Umar As Sewed adalah Pengajar di PonPes Dhiyaus Sunnah Cirebon. Kaset/CDnya ada di TASJILAT AS-SALAFIYYAH, Jl. Sekelimus VII No.11 Bandung, Telp. (022) 7563451). [Sumber Asli : http://www.salafy.or.id/salafy.php?menu=detil&id_artikel=496])
kitab Kun Salafiyan 'alal Jaaddah (jadilah seorang salafy sejati)
Al Ustadz Muhammad As Sewed
Kajian rutin sabtu ke-4, Masjid Mujahidin, Slipi-Jakbar
a) Pertemuan 1
sesi1
sesi2
sesi3tanyajawab
b) Pertemuan 2
sesi1
sesi2
sesi3tanyajawab
c) Pertemuan 3
sesi1
sesi2
d) Pertemuan 4
sesi1
sesi2
e) Pertemuan 5
sesi1
sesi2
f) Pertemuan 6
sesi1
sesi2
g) Pertemuan 7
sesi1
sesi2
Pertanyaan:
Apa hukum mencukur jenggot sampai habis atau memotong sebagiannya?

Asy-Syaikh Muqbil bin Hadi Al-Wadi’i t menjawab:
Orang yang mencukur jenggotnya sampai habis tergolong orang yang fasiq, karena Nabi r bersabda:
“Potonglah kumis kalian dan biarkan jenggot kalian.”
dan beliau r bersabda pula:
“Biarkanlah jenggot kalian menjadi banyak.”
Juga:
“Muliakanlah jenggot kalian.”
Juga:
“Panjangkan  jenggot kalian.”
Juga:
“Potonglah kumis kalian dan biarkanlah jenggot kalian.”
Pertanyaan:  
 Apakah seorang ibu harus menahan anaknya yang masih kecil lewat di hadapannya saat ia sedang shalat, padahal itu terjadi berulang-ulang di tengah shalat? 
Tentunya berulang-ulangnya mencegah si anak lewat dapat menghilangkan kekhusyukan dalam shalat. Sementara jika si ibu shalat sendirian tanpa menempatkan si anak di dekatnya, si ibu (tentu) mengkhawatirkan anaknya (karena tidak ada yang menjaganya).
 
Jawab:
Syaikh yang mulia, Muhammad ibnu Shalih Al-’Utsaimin rahimahullah kembali menjawab:
“Tidak ada dosa bagi si ibu membiarkan anaknya lewat di hadapannya bila memang si anak sering lalu lalang dan si ibu sendiri khawatir shalatnya terganggu bila terus-menerus mencegah si anak, sebagaimana hal ini dikatakan ahlul ilmi rahimahumullah. 
Akan tetapi, sepantasnya ketika si ibu hendak shalat, hendaknya memberikan sesuatu kepada anaknya yang bisa dijadikannya sebagai mainan (sehingga si anak asyik dengan benda/mainan tersebut, pen.) sementara si anak berada di sekitar/dekat dengan ibunya. Karena bila seorang anak diberi sesuatu yang bisa dijadikannya sebagai mainan, biasanya mainan itu membuatnya lupa terhadap yang lain. 
Namun bila si anak terus menggelayuti (nggendholi, Jw.) ibunya karena merasa lapar atau haus, yang lebih utama si ibu menunda shalatnya hingga ia selesai menunaikan kebutuhan anaknya (menyuapi makan atau memberi minum). Setelah itu ia menghadapkan dirinya kepada amalan shalatnya.”

(Majmu’ah As’ilah Tuhimmu Al-Usrah Al-Muslimah, hal. 151-152)

Senin, 23 Juni 2014


Berikut ini adalah Beberapa Grup WhatsApp (WA) yang sangat bermanfaat untuk menambah pengetahuan anda semua, Setiap Grup memiliki aturan dan tata tertib yang harus dipatuhi oleh setiap anggota yang ingin bergabung. 
 Semua grup berikut ini bersifat SELEKTIF dan khusus untuk PRIA (IKHWAN).
Secara ringkas Cara daftarnya sebagai berikut:
1. WA Salafy Lintas Negara : ketik:#ingin bergabung*nama/kunyah*tempat tinggal#  Kirim ke: +967715516141
2. WA Miratsul Anbiya’ : tulis GABUNG sebut nama antum_tempat tinggal_taklim ke ustadz siapa  kirim ke nomor +6281232310186 (Ust. Alfiyan Jember)
3. WA Salafy Indonesia (WSI) : tulis  sebut NAMA_ASAL_TAKLIM KE USTADZ SIAPA , kirim ke nomor WA 08981933319
4. WA Forum Berbagi Faidah (FBF) : tulis  sebut NAMA_ASAL_TAKLIM KE USTADZ SIAPA , kirim ke nomor WA 08562908112 (dr.Abu Hana Bandung)

Adapun Perincian syarat dan aturan untuk masing-masing Grup adalah sebagai berikut:

Selasa, 17 Juni 2014

Minggu, 15 Juni 2014

Penulis : Ustadz Muhammad Umar As-Sewed Di samping golongan para pengingkar sunnah yang menolak hadits-hadits shahih dengan akal dan hawa nafsunya, ada pula golongan yang “sok tahu”. Mereka berbicara sesuatu tanpa ilmu. Di antara mereka ada yang mengatakan bahwa Dajjal itu akan keluar dari segitiga bermuda, Dajjal adalah Amerika karena memandang dengan sebelah mata yaitu mata dunia, Ya’juj wa ma’juj adalah pasukan mongol dan lain-lain.

Maka pada kesempatan kali ini akan kami bawakan beberapa dalil dan ucapan para shahabat dan ulama yang membimbing kita untuk bejalar mengatakan “tidak tahu” terhadap hal-hal yang memang tidak diketahui, apalagi pada perkara-perkara ghaib yang tidak ada perincian dan penjelasannya dari al-Qur’an dan as-Sunnah.

Jumat, 13 Juni 2014

Bismillahirrahmanirrohim
KABAR TENTANG PARA MUALLAF
1Pada akhir bulan Muharram 1435 H yang lalu, ada seorang teman dari Poso mengabarkan tentang masuk islamnya beberapa orang suku terasing di Desa Dongkalan Kecamatan Palasa Kabupaten Parigi Moutong (PARIMO) Sulawesi Tengah. Mereka adalah suku terasing Lauje atau yang lebih dikenal oleh warga setempat dengan sebutan “Orang Bela”. Walaupun Bapak Bupati PARIMO lebih menganjurkan untuk memanggil mereka dengan sebutan “Orang La Uje Asli”, agar lebih menghargai mereka. Karena kegiatan misionaris Canada (Amerika), mayoritas mereka sudah di kristenkan. Mereka mendiami pegunungan Pantai Timur (istilah untuk wilayah pesisir timur provinsi Sulawesi Tengah). Alhamdullillah ada beberapa orang dari mereka yang tersentuh hidayah untuk memeluk Islam, sehingga mereka pun menjadi muallaf.

Rabu, 04 Juni 2014


Bolehkah Menjual Uang Kertas1
BOLEHKAH JUAL BELI UANG KERTAS
Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah
| | |
Pertanyaan: 
Apa hukum membeli uang kertas dan menjualnya kembali jika nilainya naik?

Jawaban:
Muamalah dengan menjual dan membeli mata uang disebut penukaran mata uang. Penukaran mata uang harus dilakukan dengan serah terima secara langsung di tempat transaksi. Jika terjadi serah terima langsung di tempat transaksi maka hal itu tidak masalah. Maksudnya jika seseorang misalnya menukar Riyal Saudi dengan dollar Amerika maka hal ini tidak masalah, walaupun dia mengharapkan keuntungan di masa mendatang. Hanya saja dengan syarat dia mengambil dollar yang dia beli dan menyerahkan uang Saudi yang dia jual. Adapun tanpa serah terima secara langsung di tempat maka hal tersebut tidak sah, dan hal itu termasuk riba nasi’ah.

Sumber artikel:
Fataawaa Ulama Al-Balad Al-Haram, hal. 701
Alih bahasa: Abu Almass
Senin, 4 Sya’ban 1435 H

Mengunjungi-Candi-Borobudur
BOLEHKAH MENGUNJUNGI CANDI BOROBUDUR?
al-Ustadz Abu Abdillah Muhammad al-Makassari
| | |
Pertanyaan: 
 Apa hukumnya berkunjung ke tempat-tempat wisata yang merupakan tempat ibadah orang kafir seperti Candi Borobudur dan semisalnya?  [ Rasyid Ariefiandy; salafy…@myquran.com]

Jawab:
Alhamdulillah.
Ini adalah perbuatan yang di dalamnya terdapat perkara-perkara yang bertentangan dengan syariat Islam, di antaranya:

Mendatangkan Arwah1
BOLEHKAH MENDATANGKAN ARWAH
Asy-Syaikh Shalih Al-Fauzan hafizhahullah
| | |
Pertanyaan: 
Apakah hukum mendatangkan arwah dan apakah hal itu termasuk jenis sihir?

Jawaban:
Tidak diragukan lagi bahwa mendatangkan arwah termasuk salah satu jenis sihir atau termasuk perdukunan. Arwah yang didatangkan tersebut hakekatnya bukan arwah orang-orang yang telah meninggal seperti yang mereka katakan, tetapi syetan-syetan yang menjelma seperti orang-orang yang sudah meninggal itu dan mereka mengatakan: “Aku adalah ruh si fulan atau aku adalah si fulan.” Padahal hakekatnya syetan. Maka perbuatan semacam ini tidak boleh.

Arwah orang-orang yang sudah meninggal tidak mungkin dihadirkan, karena sudah berada di genggaman Allah Subhanahu wa Ta’ala sebagaimana firman-Nya:
اللَّهُ يَتَوَفَّى الأنْفُسَ حِينَ مَوْتِهَا وَالَّتِي لَمْ تَمُتْ فِي مَنَامِهَا فَيُمْسِكُ الَّتِي قَضَى عَلَيْهَا الْمَوْتَ وَيُرْسِلُ الأخْرَى إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى
“Allah memegang jiwa ketika matinya dan memegang jiwa orang yang belum mati di waktu tidurnya; maka Dia menahan jiwa yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditetapkan.” (QS. Az-Zumar: 42)

Jadi arwah itu tidak seperti yang diklaim sebagian orang, yaitu bisa datang dan pergi, tetapi Allah saja yang mengaturnya. Jadi perbuatan mendatangkan arwah adalah bathil dan termasuk jenis sihir dan perdukunan.

Sumber artikel:
Al-Muntaqaa min Fataawa Al-Fauzan, 2/134-135, pertanyaan no. 109
Alih bahasa: Abu Almass
Kamis, 7 Sya’ban 1435 H

Senin, 02 Juni 2014

Al Ustadz Abu Karimah Askari hafidzahullah :
"Demikianlah para 'ulama kita mengajari kita"

Al Ustadz Afifuddin hafidzahullah :
"Ini merupakan pelajaran amaliyah (amal nyata) besar, dari seorang alim robbani yang bijak.
Ahlussunnah di semua tempat, mereka memiliki (prinsip) :
'ilmu tentang al-haq dan beramal dengannya, lebih mengedepankan al-haq di atas segala sesuatu.
Senantiasa mengikuti dan mengagungkan al-haq, berhukum dan kembali kepadanya.'
Sehingga mudah bagi mereka untuk rujuk kepada al-haq tatkala telah jelas al-haq tersebut bagi mereka.
Rujuk kepada al-haq merupakan keutamaan, sedangkan keras kepala di atas kebatilan merupakan kehinaan.
Kita memohon taufiq kepada Alloh."

Al Ustadz As Sarbini hafidzahullah :
"Alloh telah meninggikan kedudukan Adam 'alaihissalam sampai ke derajat nabi, dan Alloh memilihnya sebagai nabi setelah taubatnya Adam 'alaihissalam dari dosanya.
Keras kepala di atas kebatilan tidak lain itu merupakan diantara kebiasaan iblis"

Al Ustadz Ayip Syafrudin hafidzahullah :
"Sikap itu merupakan sikap tawadhu beliau hafidzahullah.
Sikap ketulusan beliau untuk senantiasa berjalan di atas al-haq.
Rujuk dan taubat seorang hamba Alloh adalah sebuah kemestian, karena taubat atau rujuk pada kebenaran adalah sesuatu yang diajarkan dalam syariat yang mulia ini.
Tidaklah seseorang bersikap tawadhu karena Alloh kecuali Alloh akan meninggikannya.
Peristiwa ini memberi pelajaran emas yang teramat berharga bagi kitadari seorang alim.
Semoga kita bisa memetik pelajaran emas ini. "

sumber : Whatsapp Miratsul Anbiya Indonesia 10
Asy-Syaikh Shalih Al-Fauzan hafizhahullah
| | |
Pertanyaan: Kenapa sibuk mentahdzir ahli bid’ah, padahal umat sedang menghadapi permusuhan Yahudi dan Nashara serta orang-orang sekuler?

Jawaban:
Kaum Muslimin tidak akan mungkin mampu untuk melawan Yahudi dan Nashara kecuali jika mereka telah mampu mengatasi berbagai bid’ah yang ada di tengah-tengah mereka. Jadi mereka mengobati penyakit yang ada pada diri mereka terlebih dahulu, agar mereka mendapatkan pertolongan atas Yahudi dan Nashara. 

Adapun selama kaum Muslimin masih terus menyia-nyiakan agama mereka dan suka melakukan berbagai bid’ah dan hal-hal yang diharamkan serta meremehkan dalam menjalankan syari’at Allah, maka mereka tidak akan mungkin mendapatkan pertolongan atas Yahudi dan Nashara. Hanyalah orang-orang kafir itu dijadikan menguasai umat Islam disebabkan karena mereka menyia-nyiakan agama mereka.

Maka wajib membersihkan masyarakat dari berbagai bid’ah dan dari berbagai kemungkaran. Juga wajib melaksanakan perintah-perintah Allah dan perintah-perintah Rasulullah shallallahu alaihi was sallam sebelum kita memerangi Yahudi dan Nashara. Kalau tidak demikian, maka jika kita memerangi Yahudi dan Nashara dalam keadaan seperti ini, kita tidak akan mungkin mengalahkan mereka selama-lamanya. Justru merekalah yang akan mengalahkan kita dengan sebab dosa-dosa yang kita lakukan.

Sumber artikel:
Al-Ijaabaat Al-Muhimmah Fil Masyaakilil Mudlahimah, hal. 208-209
Alih bahasa: Abu Almass
Kamis, 23 Rajab 1435 H
بسم الله الرحمن الرحيم
Di antara gambaran totalitas masyaikh kita terhadap al-Haq

Alhamdulillahi rabbil ‘alamin. Shalawat dan Salam kepada Nabi dan Rasul termulia
Amma Ba’d
Telah terjadi penelponan pada pagi hari Rabu, tanggal 29 Rajab 1435 H kepada ayah dan syaikh kami asy-Syaikh ‘Ubaid bin ‘Abdillah al-Jabiri hafizhahullah.
 Aku bacakan kepada beliau perkataan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah dari kitab Minhaj as-Sunnah an-Nabawiyyah, “Fulan lebih jelek dari Iblis.” (IV/506-510).
Syaikhuna- yang mulia- telah rujuk dari ucapan beliau “Iblis Yaman.”
Beliau (asy-Syaikh ‘Ubaid) berkata, “Aku rujuk, aku memohon ampun dan bertaubat kepada dari ucapan tersebut.”
Beliau menyampaikan kepadaku, agar aku menyebarkan pernyataan rujuk beliau ini.
Aku memohon kepada Allah agar meninggikan kedudukan Syaikh kami dan menjaganya.
Akhir dakwah kami adalah “Alhamdulillahi rabbil ‘alamin”.
Yang menelpon dan membacakan (kepada beliau)
Murid beliau
Muhammad Abdurrahim Ikhwan
Madinah Nabawiyah
# http://www.bayenahsalaf.com/vb/showthread.php?t=20841
Sumber: WA Miratsul Anbiya Indonesia
Bahaya Rodja dan Suami Dayyuts1
وَقُلْ لِلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ  … وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَا الْمُؤْمِنُونَ
لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُون
Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya…
Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah hai orang-orang yang beriman
supaya kamu beruntung”
(QS. An-Nuur: 31)
Telah sekian tahun yang lalu sebenarnya mendapatkan kisah seorang ikhwah yang menikah dengan mantan akhwat Sururi betapa istrinya memiliki pengalaman berharga di dalam sebuah dauroh yang melibatkan seorang “pakar hadits” Indonesia, Abdul Hakim Abdat dimana keberadaan tabir atau ruangan tersendiri yang terpisah dinding tembok yang kokoh diantara peserta putra dan putri hanyalah sebuah “lipstick”, dengannya bukanlah sebuah halangan untuk tidak bisa menadhor sang ustadz pujaan.
Pada ruangan peserta wanita telah disediakan fasilitas layar televisi atau layar besar agar seluruh peserta wanitanya bisa memandang dan mengamati gerak-gerik, mimik, aksi dan gerakan bibir sang dai kondang secara lebih detail, leluasa dan cermat selama acara berlangsung tanpa ada yang merasa diganggu dengannya.

Tetapi itu semua hanyalah cerita …..sampai kemudian di era fb (fergaulan bebas) diantara pria dan wanita sekarang ini dari kalangan tetangga sebelah yang memamerkan sendiri aktifitas tersebut yang ternyata telah menjadi ciri khas mereka walaupun pada galibnya terjadi hal yang sebaliknya, menadhor akhwat yang didampingi mahramnya adalah hal yang lumrah ditempuh dalam prosesi awal dari sebuah rencana pernikahan.

NONTON USTADZ?
Tahun demi tahun telah berlalu dan akhirnya perilaku menonton ustadz tanpa terasa telah menjadi kebiasaan lumrah di kalangan wanita Halabiyun Rodjaiyun untuk menyaksikan atau melihat Syaikhnya selama kajian/dauroh yang berlangsung yang terkadang berlangsung sampai beberapa jam.

Di sini, bukanlah tempatnya untuk menghukumi dengan memastikan bahwa para muslimah yang hadir tersebut SEMUANYA MELIHAT WAJAH USTADZNYA yang ada di depan layar akan tetapi ingin membuktikan bahwa PERILAKU MENONTON USTADZNYA BENAR-BENAR DIFASILITASI PENUH UNTUK SEMUA YANG HADIR pada acara kajian/daurohnya, lepas apakah mereka memanfaatkan fasilitas tersebut ataukah tidak.

Dan bagian dari perubahan perilaku wanita Halabiyah Rodjaiyah dari tarbiyah Halabiyah yang telah berlangsung sekian lamanya semacam itu adalah dengan semangkin menipis dan memudarnya rasa malu akan hal itu, yakni efek difasilitasinya menadhor ramai-ramai wajah lelaki asing atau bahkan suami orang yang dihadirkan menjadi lekat, dekat di depan mata.

Sampaipun perilaku yang semestinya mendatangkan rasa malu dan rasa cemburu yang syar’i tersebut telah berubah menjadi perilaku bangga tanpa malu yang dipertontonkan ke ruang publik. Allahul musta’an.
… وَشَهِدَ شَاهِدٌ مِنْ أَهْلِهَا … (٢٦)
…dan seorang saksi dari keluarga wanita itu memberikan kesaksiannya…(QS. Yusuf:26)
Simak tampilan foto-foto yang diunggah ke ruang publik oleh kaum wanita Halabiyah dan entah dimana keberadaan para suami atau mahram para wanita tersebut tatkala istri atau saudara wanitanya melakukan aktifitas semacam ini?
Para-Akhwat-dan-Ummahat-difasilitasi-untuk-nobar
Gambar 1. Para Akhwat dan Ummahat difasilitasi untuk nobar (nonton bareng). Sedang berlangsung kajiyan rutin di msjd.Ar’Rahmat slipi….ustdz.Firanda andirja.

Simak lagi, "Pakar hadits" Indonesia pun ketika difasilitasi untuk dijadikan sebagai tontonan bareng sebagaimana bukti di bawah ini…
nobar-nonton-Abdul-Hakim

Gambar 2. Nampak Pakar hadits Indonesia difasilitasi hadir begitu dekat berekspresi di hadapan kaum wanitanya

Bilakah akan tumbuh rasa cemburunya jika sang suamilah yang memiliki andil paling besar terjadinya perubahan perilaku si istri? Justru dialah yang ridha bahkan rutin mengantarkan sang Istri tercinta ke tempat-tempat taklim untuk menyaksikan wajah para dai pujaannya?

Bahaya TV Rodja Bagi Salafiyyin dan Salafiyyah
Kami katakan demikian karena mereka mengaku sedang mendakwahkan dakwah salafi dan selayaknya bukti ini menjadi hujjah atas pengakuannya sendiri walaupun sejatinya bahaya tersebut mencakup bahaya syar’inya bagi segenap kaum muslimin dan muslimah.

Yang begitu memilukan, “Trendy Halabiyah” semacam perilaku pada bukti-bukti foto yang diunggah ke ruang publik di atas bisa dilakukan tanpa harus jauh-jauh beranjak keluar rumah!! Di dalam rumahpun, wanita Rodja begitu leluasa untuk menyaksikan dai pujaannya, bahkan mengikuti trendy pakaian sang idola dan sampai pada tataran perilaku di kalangan muslimah Halabiyah semacam ini dipamerkan pula ke ruang publik!!!

Para-muslimah-korban-dakwah-Firanda-TV-Rodja
Gambar 3. Para muslimah korban dakwah Firanda-TV Rodja. Ittaqillah. Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un.

Bisakah kita membayangkan bahwa televisi-televisi Rodja yang ada di dalam rumah-rumah para pemirsanya telah berhasil “menciptakan” perubahan perilaku muslimah menjadi seperti itu? Itu hanyalah satu contoh kasus yang mengemuka dari entah berapa puluh atau bahkan berapa ratus atau berapa ribu para pemirsa setia Rodja terutama para muslimah yang dididik oleh para dai Halabiyun Rodja TV untuk “merasa” legal secara syar’i menyaksikan para lelaki asing yang sebagian besarnya tentu saja para muslimah tersebut tidak memiliki akun facebook untuk bebas mengemukakan isi hatinya terhadap para dai Halabiyun pujaannya yang ditontonnya setiap hari..Allahul musta’an.

Lelaki Yang Tidak Memiliki Rasa Cemburu??
“Sebagian suami sama sekali tidak memiliki rasa cemburu, jika istrinya keluar dari rumahnya kemudian dilihat oleh para lelaki, atau istrinya bercampur dengan para lelaki di tempat kerja, atau istrinya berdua-duaan dengan seorang lelaki lain di mobil, atau istrinya berbicara dengan lelaki lain di telepon, atau istrinya berbicara lama dengan lelaki lain di hadapannya, atau saling sms-sms-an dengan lelaki lain, dan seterusnya…kemudian ia tidak merasa cemburu….lelaki macam apakah ini yang tidak cemburu….

Tidak adanya rasa cemburu inilah yang menyebabkan timbulnya kerusakan di masyarakat, timbulnya berbagai macam penyakit sosial…
Oleh karena itu Rasulullah shallallahu ‘alihi wa sallam telah jauh-jauh mewanti-wanti bahaya sifat ini, beliau bersabda
ﺛَﻼ‌َﺛَﺔٌ ﺣَﺮَّﻡَ ﺍﻟﻠﻪُ ﺗَﺒَﺎﺭَﻙَ ﻭَﺗَﻌَﺎﻟﻰَ ﻋَﻠَﻴْﻬِﻢِ ﺍﻟْﺠَﻨَّﺔَ ﻣُﺪْﻣِﻦُ ﺍﻟْﺨَﻤْﺮِ ﻭَﺍﻟْﻌَﺎﻕُ ﻭَﺍﻟﺪَّﻳُّﻮْﺙُ ﺍﻟَّﺬِﻱ ﻳُﻘِﺮُّ ﺍﻟْﺨَﺒَﺚَ ﻓِﻲ ﺃَﻫْﻠِﻪِ
Tiga golongan yang Allah mengharamkan surga atas mereka, pecandu bir, anak yang durhaka kepada orang tuanya, dan dayyuts yang membiarkan kemaksiatan pada istrinya (keluarganya). [Hadits ini dihasankan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih At-Targhib wat Tarhib no 2512 dari hadits Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘Ash, lihat juga syahidnya dari hadits ‘Ammar bin Yasir no 2071 dan 2367]

Dayuts adalah orang yang tidak memiliki rasa cemburu karena istrinya.
[Lisanul ‘Arab II/150, An-Nihayah fi ghorinil hadits IV/112]

Para ulama memandang sikap seperti ini merupakan dosa besar. [Al-Kabair I/54]
Namun yang menyedihkan yang terjadi di zaman ini, betapa banyak lelaki yang membiarkan istrinya terbuka menjadi bahan tontonan para lelaki, membiarkan para lelaki bergolak syahwatnya kerana melihat istrinya…. bahkan ia bangga dengan hal itu…, bangga kalau istrinya jadi barang tontonan, bangga jika aurat istrinya jadi pemuas nafsu pandangan para lelaki….

Bahkan sebagian kaum muslimin -yang terpengaruh dengan gaya hidup orang-orang kafir- memandang bahwasanya merupakan bentuk kemajuan dan modernisasi jika istrinya bertemu dengan sahabat lelaki suami maka sang istri mencium lelaki tersebut…

Bagaimana seorang mukmin yang sejati tidak cemburu melihat istrinya dicium oleh lelaki lain…??? inna lillahi wa inna ilaihi rooji’uun” –selesai penukilan- "

Tahukah pembaca siapa yang telah menuliskan, menguraikan dan memperingatkan kaum lelaki dari salah satu dosa besar, Dayyuts yakni orang yang tidak memiliki rasa cemburu terhadap istrinya di atas? Dia adalah orang yang bernama Firanda, ya’ yang dipuji-puji betapa baguuuusnya bajunya dan bla…bla..bla..orang para istri / muslimah sebagaimana pada bukti gambar nomor 3.
Cara-Firanda-Memperingatkan

Gambar 4. Cara Firanda Memperingatkan, Suami Sejati jangan menjadi Dayyuts dengan tampilnya dirinya di depan istri-istri mereka!!
Url bukti:

www.firanda.com “Tebarkan Ilmu, Tumbuhkan Amal, Petiklah Ridlo Ilahi” – Suami Sejati ( bag 13) “Diantara Kesalahan Suami: Lalai untuk Mendidik Istrinya dan Tidak Memiliki Rasa Cemburu” – http://firanda.com/index.php/artikel/keluarga/168-suami-sejati-bag-13-diantara-kesalahan-suami-lalai-untuk-mendidik-istrinya-dan-tidak-memiliki-rasa-cemburu

Duhai kemana para suami sampai istrinya berperilaku seperti itu? Lalu bagaimana teknik para ustadz Halabiyunnya mentarbiyah para pengikutnya agar terhindar dan terjauhkan dari perbuatan dosa besar, cap dayyuts jika TV Rodja sendiri dan model taklim/daurah para dainya malah menjadi motivator dan fasilitator terbesar berkedok media dakwah yang efektif dalam menjangkau berbagai berbagai penjuru wilayah dan lapisan masyarakat untuk menumbuhsuburkan kemunculan para dayyuts? Allahul musta’an

Bukankah Perahu Layar tidak akan berjalan di atas trotoar?
Sungguh kita tidak mengira bahwa di depan mata kita benar-benar telah muncul generasi muslimah yang bersemangat untuk meneladani salafush Shalih namun menganggap biasa berlama-lama memandangi lelaki asing atau suami orang lain melalui kotak ajaib Televisi bertajuk Rodja TV, Ahsan TV dan yang sehizby dengannya yang dimasukkan oleh para suami di rumah-rumah mereka atau bahkan melalui layar proyektor besar yang bisa melipatgandakan besarnya wajah para dainya yang difasilitasi oleh para panitia kajian dan daurah Halabiyun …..
inna lillahi wa inna ilaihi rooji’uun”.

Bimbingan Ulama Kibar dalam Permasalahan ini
Asy Syaikh Shalih Fauzan Al Fauzan.
Kenapa penjelasan beliau yang kita pilih? Karena selama ini beliaulah yang paling sering dipakai untuk menjustifikasi perbuatan tersebut, menonton pria, para dai dan ulama di televisi ketika menyampaikan ceramah bahkan mendirikan stasiun televisi untuk memfasilitasi secara penuh perilaku semacam ini.

Syaikh-Fauzan-sebagai-dalih-utama
Gambar 5. Syaikh Fauzan sebagai dalih utama, membolehkan muslimah melihat wajah da’i Indonesia melalui stasiun televisi yang telah diizinkan kepadanya untuk didirikan?!? Ataukah itu televisi khusus hanya untuk pemirsa lelaki saja (senyum)?


*****************************************************************************************************************************
Silakan simak dialog bersama Syaikh Fauzan hafizhahullah di link di bawah ini yang pernah kami publish:

1. BOLEHKAH PARA WANITA MELIHAT PARA ULAMA DI TELEVISI?  ==>   http://forumsalafy.net/?p=1888
embed id=”ply” width=”320″ height=”41″ type=”application/x-shockwave-flash” src=”http://www.shoutcheap.com/flashplayer/player.swf” quality=”high” allowfullscreen=”false” allowscriptaccess=”always” flashvars=”file=http://archive.org/download/BolehkahWanitaMelihatParaUlamaDiTelevisiAsySyaikhShalihAlFauzan/Bolehkah%20wanita%20melihat%20para%20ulama%20di%20televisi-asy%20syaikh%20shalih%20al-fauzan.mp3&type=mp3&volume=50&” bgcolor=”#FFFFFF” />
2. BOLEHKAH MEREKAM CERAMAH DENGAN VIDEO? ==> http://forumsalafy.net/?p=2777

3. BOLEHKAH MEMASUKKAN TELEVISI DI RUMAH?  ==>  http://forumsalafy.net/?p=3394

**************************************************************************************************************************

Kegagalan Total Dakwah Firanda-Halabiyun Rodja TV Membentuk Generasi Lelaki Sejati
Sesungguhnya jika kita memahami benar apa yang telah dituliskan oleh Calon Doktor Halabiyun Firanda dalam tulisannya yang bertajuk Suami Sejati, Diantara Kesalahan Suami:  Lalai untuk Mendidik Istrinya dan Tidak Memiliki Rasa Cemburu maka keberhasilan dakwahnya adalah dengan mendakwahkan para pengikutnya sebagai Lelaki Sejati yang tiada lalai mendidik istrinya dan lelaki yang memiliki rasa cemburu jika melihat perbuatan sang istri yang dicintainya tiada mendatangkan ridha Allah Ta’ala.

Tatkala tarbiyah Halabiyah yang mereka lakukan pada satu sisi memperingatkan bahayanya dayyuts, suami yang tiada memiliki rasa cemburu terhadap tingkah sang istri namun pada sisi yang lain Firanda dan segenap para dai Halabiyun Rodja TV justru menjelma sebagai motor dan fasilitator besar yang mengarahkan dan membetot terjadinya perubahan perilaku para wanita muslimah, para istri untuk bisa betah berlama-lama memandangi mereka baik melalui TV maupun layar besar yang bisa melipatgandakan sekian ratus persen besaran wajah para dainya (yang notabene bukanlah mahramnya!!)  begitu dekat di depannya dengan kemasan aman “kemaslahatan dakwah yang sangat efektif menembus seluruh lapisan masyarakat di berbagai penjuru daerah ” maka inilah sesungguhnya yang menjadi wasilah besar fitnah di kalangan muslimah dan bahaya laten kemunculan para Dayyuts, wal ‘iyadzubillah.

Sehingga keberhasilan dakwah Firanda-Halabiyun TV Rodja untuk membentingi kaum hawa dari fitnah mereka dan membentuk Lelaki Sejati sesungguhnya adalah keberhasilannya memperingatkan kaum muslimin, para suami atau para mahram dari para wanita muslimah mereka agar menghindarkan diri dari menonton TV Rodja yang notabene menampilkan para lelaki yang bukan mahramnya. Keberhasilan dakwah Firanda-Halabiyun Rodja adalah memperingatkan para wanita muslimah untuk  memiliki dan menumbuhkan rasa malu, melindungi mereka dari perilaku menonton para lelaki yang bukan mahramnya.

Sejati-takkan-pernah-biarkan-istrinya-berperilaku-betah-berlama-lama-memandangi-lelaki-asing
Gambar 6. Lelaki Sejati takkan pernah biarkan istrinya berperilaku betah berlama-lama memandangi lelaki asing (baca:Rodjatv et.all)

Engkau Yang Memperingatkan Engkau pula yang Menghancurkan….
Dayyuts, Profil Seorang Suami & Bapak Yang Buruk Bagi Keluarganya
……
Imam Ibnul Qayyim ketika menjelaskan dampak buruk perbuatan maksiat, di antaranya perbuatan ad-diyatsah/ad-dayytus (membiarkan perbuatan buruk dalam keluarga) yang timbul karena lemah atau hilangnya sifat ghirah dalam hati pelakunya, beliau berkata, “…Oleh karena itulah, ad-dayyuts adalah makhluk Allah yang paling buruk dan diharamkan baginya masuk surga, demikian juga orang yang membolehkan dan menganggap baik perbuatan zhalim dan melampaui batas bagi orang lain. Maka perhatikanlah akibat yang ditimbulkan karena lemahnya sifat ghirah (dalam diri seseorang).

Ini semua menunjukkan bahwa asal (pokok) agama (seseorang) adalah sifat ghiroh. Barangsiapa yang tidak memiliki sifat ghirah maka berarti dia tidak memiliki agama (iman). Karena sifat inilah yang akan menghidupkan hati (manusia) yang kemudian menghidupkan (kebaikan pada) anggota badannya, sehingga anggota badannya akan menolak (semua) perbuatan buruk dan keji (dari diri orang tersebut). Sebaliknya, hilangnya sifat ghirah akan mematikan hati (manusia) yang kemudian akan mematikan (kebaikan pada) anggota badannya, sehingga sama sekali tidak ada penolak keburukan pada dirinya…” (Kitab Ad-Da-u wad Dawaa’, hal. 84)

Adapun keburukan terhadap agama istri dan anak-anaknya, dengan membiarkan atau menuruti keinginan mereka dalam hal-hal yang bertentangan dengan syariat, ini berarti menjerumuskan mereka ke dalam jurang kehancuran.
Seorang istri bagaimana pun baik sifat asalnya, tetap saja dia adalah seorang perempuan yang lemah dan asalnya susah untuk diluruskan, karena diciptakan dari tulang rusuk yang bengkok, ditambah lagi dengan kekurangan pada akalnya. –selesai penukilan-
Url bukti: Dayyuts, Profil Seorang Suami dan Bapak yang Buruk Bagi Istri dan Anak-Anak | Muslim.Or.Id – Memurnikan Aqidah Menebarkan Sunnah –http://muslim.or.id/akhlaq-dan-nasehat/dayyuts-profil-seorang-suami-dan-bapak-yang-buruk-bagi-istri-dan-anak-anak.html

Penulisnya adalah Abdullah Taslim yang sedang memperingatkan keras dari bahayanya Dayyuts terhadap istri dan anak-anak mereka, dan lihatlah sekarang bagaimana salah seorang dedengkot RodjaTV sedang bermimik wajah di dalam kotak ajaib Rodjatv untuk bisa dinikmati oleh kaum wanita di rumah-rumah mereka (ingat, Rodjatv bukanlah tv khusus para lelaki sejati):

abdullah-taslim.
Gambar 7. Dia yang memperingatkan para lelaki dari Dayyuts, Profil Seorang Suami dan Bapak yang Buruk Bagi Istri dan Anak-Anak tetapi dia pula yang membiarkan istri-istri dan anak-anak para suami dan bapaknya berbetah-betah menonton Abdullah Taslim, Rodjatv, “lelaki” yang bukan mahram mereka (mohon ma’af, untuk keperluan pembuktian, kami sengaja menampilkan utuh wajah yang bersangkutan agar tidak tersamarkan dari wajah orang yang lain).

Wahai para suami….wahai para bapak keluarga penikmat Rodjatv… pernahkah istri-istri kalian, wanita-wanita kalian berlama-lama memandangi kalian sebagaimana berlama-lama memandangi para lelaki asing yang bukan mahram mereka di dalam kotak ajaib berjudul Rodjatv???

Apakah kalian lebih gagah dari Abdullah Taslim? Apakah Kalian lebih tampan dari Abdullah Taslim? Apakah kalian lebih cerdas dan lebih berpendidikan dari Abdullah Taslim? Apakah kalian lebih berintonasi…apakah…apakah??? Sungguh itu semua adalah fitnah!!!!….Bagi kalian…bagi istri-istri kalian dan bagi muslimah-muslimah kalian untuk dididik mencerabutkan rasa malu dari dalam-dalam dada dari perbuatan yang tidak sepantasnya dilakukan oleh para muslimah…memandangi para lelaki yang bukan mahramnya..Allahul musta’an.

Bukankah Halabiyun yang membangunnya….Halabiyun pula yang menghancurkannya??
Jujurlah…..walau sekadar memberikan jawaban di dalam dada…
Sungguh merupakah musibah besar jika kami dan kalian telah menganggap perilaku semua itu adalah hal yang biasa jika dilakukan dalam bingkai dakwah!! Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un.

Maka jika yang terjadi adalah hal yang sebaliknya, munculnya hasungan dari para dedengkot Halabiyun sehingga dengan dakwah mereka melalui TV Rodja menjadikan para lelaki justru bersemangat memasukkan kotak-kotak ajaib ke rumah-rumah mereka dengan berkedok dakwah demi memfasilitasi para istri dan keluarga muslimahnya betah berlama-lama menonton para lelaki asing dan bertenang-tenang membiarkan perilaku semacam ini sebagai rutinitas harian, mingguan, tahunan maka sungguh generasi lelaki Tak Sejati, generasi dayyuts telah benar-benar menjadi bahaya laten dari Tarbiyah Halabiyah yang dihasilkan oleh TV Rodja. Allahul musta’an.

Sadarlah wahai ukhti muslimah… para ummahat….
Sadarlah wahai para suami, kakak dan adiknya…
Dimana “engkau” wahai cemburu syar’iy berada?
Lihatlah kemana Tarbiyah Halabiyah Rodjaiyah mengarahkan kalian dan kemana pula bimbingan Asy Syaikh Shalih Fauzan hafizhahullah meneladankan?
Semoga Allah Ta’ala memudahkan kita semua untuk rujuk kepada kebenaran dan mengumpulkan kita semua di jannahNya, amin.

Apik Elek Bloge Dewek