:::: MENU ::::

Kamis, 21 Agustus 2014


Rujuk Kepada Kebenaran adalah Ciri Ahlus Sunnah**
(Kata Pengantar Buku Meredam Amarah Terhadap Pemerintah)
oleh Al Ustadz Muhammad Umar As Sewed

Dakwah Salafiyyah sejak dulu tidak pernah terikat dengan pribadi manapun kecuali Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassallam. Dakwah Salafiyyah juga tidak pernah terikat dengan organisasi apapun. Dakwah ini hanya terikat dengan Al Quran dan As Sunnah di atas pemahaman para shahabat radiyallahu ‘anhum dan seluruh Salafus Shalih yang dibawa para Ulama Ahlus Sunnah.

Pengikut dakwah Salaf Ahlussunnah wal Jamaah adalah orang-orang yang paling bersemangat untuk mengkaji ilmu dan mengamalkannya di atas sumber-sumber tersebut. Karena itu, mereka senantiasa berjalan di atas ilmu dan bimbingan para ulama.

Namun para Salafiyyun (pengikut dakwah Salafiyah) bukanlah orang-orang yang ma’shum yang terbebas dari kesalahan. Mereka sangat mungkin untuk tergelincir dalam berbagai kesalahan dan penyimpangan Dan sebagai realisasi dari sikap tunduk mereka di hadapan kebenaran, setiap terjadi penyimpangan dari jalan yang lurus atau penentangan terhadap ulama, segeralah mereka saling mengingatkan dan meluruskannya. Sehingga kritik, koreksi, teguran, atau bantahan ilmiah adalah sesuatu yang sangat wajar dalam sejarah perjalanan dakwah ini. Sebaliknya sikap taqlid, membebek dan ikut-ikutan sama sekali tidak dikenal oleh Ahlussunnah dan Salafiyyun.

Rabu, 20 Agustus 2014

Tuduhan "JAHIL"
Ya, apa yang kami ketahui sangat sedikit bila dibandingkan dengan apa yang belum kami ketahui, karena itu kami terus tholabul ilmi..

Tuduhan "PENYEBAR AIB"
Ya, kalo aib manhaj memang harus disebar supaya umat waspada dan tahu bahayanya. Ini yang dinasehatkan oleh para ulama..

Tuduhan "MENCAMPUR ADUKAN URUSAN PRIBADI DAN MANHAJ"
Tolong dirinci mana urusan pribadi, dan mana urusan manhaj. Kalo urusan manhaj dianggap urusan pribadi, berarti anda belum faham dengan manhaj salaf..

Persoalan Ihyaut Turots (IT), ali alhalaby, abul hasan, ibrohim ar ruhaily dll, yahya alhajury, radio rodja, dzulqarnain grup termasuk harits aceh dan org2 yang lembek dlm manhaj ( mumayyi'iin) adalah persoalan MANHAJ yang membahayakan dakwah salafiyyah..

Apakah ketika kami mengikuti arahan ulama dalam semua persoalan diatas, dianggap jahil, menyebarkan aib, dan mencampur adukan urusan pribadi dan manhaj??, dimana otak anda diletakkan?!!.

Apakah salah ketika kami ingin mendapatkan kejelasan bersikap dan bimbingan yang jelas dari orang yang kami hormati sebagai guru kami, terkait beberapa persoalan diatas?!!.

Jangan lempar batu sembunyi tangan,
"jauhi fitnah, jangan sibukkan dengan fitnah, ini bukan kapasitas kalian, belajar, belajar..hafalan qur'an kita masih sedikit, baca alquran aja belum benar..
dan bla...bla..bla...".

Beginikah caranya membimbing kami dalam manhaj?!,
Beginikah cara membimbing kami dalam menghadapi fitnah?!,

✔Kenapa berat untuk menyampaikan kepada kami fatwa dan bimbingan para ulama!!!, sehingga kami pun tenang..

✔"Kami lebih memilih sebagai orang yang jahil tetapi salafy, daripada thalabul ilmi atau 'alim tetapi mubtadi'."


Hasilnya kami yang berjuang ingin menyelamatkan manhaj harus dituduh sebagai pembuat masalah, tersangka utama sebagai pemicu keributan..
Wallohul musta'aan

Kami tidak akan kompromi dan akan tetap tegas dalam urusan manhaj sesuai dengan bimbingan para ulama dan asatidzah yang lurus manhajnya, kebatilan harus diingkari!

Kami yakin siapapun yang bermain-main dalam manhaj ini dia pasti akan terpelanting..

Kami memohon kepada Alloh Ta'ala kekokohan, keistiqomahan dan kesabaran...

Ya Alloh Ya Kariim..Tampakkan di hadapan kami kebatilan sebagai sebuah kebatilan dan jauhkan kami darinya, sebagaimana Engkau tampakkan kepada kami kebenaran sebagai sebuah kebenaran dan dekatkan kami padanya..


Faidah dari Al-Ustadz Abu Hamzah Yusuf hafidzahullah

* Mumayyi'= lembek dalam manhaj, seperti kaum ikhwani-surury.

WA Forum Berbagi Faidah

Senin, 18 Agustus 2014

Penanya:
Pertanyaan tentang Dzulqarnain.

Asy-Syaikh Hani hafidzahullah:
Dzulqarnain, pembahasan tentangnya telah berakhir bagi kita dan bagi Masayikh kita, dan tidak ada sesuatu yang baru. Dan saudara-saudara kalian dan asatidzah telah menjelaskan perkataan Masyayikh, maka sepantasnya kalian menjauhinya.

Dan Dzulqarnain sangat disayangkan kalian semua mengetahui sejak saya berusaha mendekatkannya sejak keluarnya perkataan guru kita Syaikh Rabi’ yang pertama yang menjelaskan bahwa dia memiliki makar seperti makar Ali Al-Halaby, yaitu suka melakukan tipuan, dia menampakkan taubat dan menampakkan rujuk, menampakkan bahwa dia bersama Ahlus Sunnah, namun dari belakang teman-temannya menampakkan kecintaan, menampakkan ucapan, berbagai isu yang disebarkan, penyelisihan, dan hubungannya dengan sebagian orang-orang yang penuh syubhat dan mendatangi orang-orang yang terkena syubhat dan orang-orang yang tidak jelas.

Rabu, 13 Agustus 2014

PENGANTAR DARI ASY-SYAIKH RABI’ AL MADKHALI
terhadap 
BANTAHAN ASY-SYAIKH ARAFAT
TERHADAP SYAIKH MUHAMMAD AL-IMAM
بسم الله الرحمن الرحيم
:الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن اتبع هداه؛ أما بعد
Saya telah membaca apa yang telah ditulis oleh Asy-Syaikh Arafat bin Hasan Al-Muhammady tentang khutbah yang menegaskan atau menguatkan “perjanjian” bathil yang telah berlangsung antara Muhammad Al-Imam dan Rafidhah Hutsiyun yang merupakan musuh-musuh Kitab Allah, sunnah Rasul-Nya, musuh para Shahabat yang mulia, serta musuh Ahlus Sunnah. Hal itu sudah merupakan sifat Rafidhah sepanjang sejarah Islam. Ini adalah perkara yang diketahui oleh para ulama Ahlus Sunnah dan para penuntut ilmu, bahkan banyak kaum Muslimin yang awam. Sedangkan Muhammad Al-Imam sangat mengetahuinya dengan jelas. Kitab-kitab Rafidhah penuh dengan celaan mereka terhadap para Shahabat Rasulullah, mengkafirkan mereka, mengkafirkan Ahlus Sunnah, mengubah-ubah Al-Qur’an, tidak mengakui sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi was sallam yang tertulis dalam Ash-Shahihain (Shahih Al-Bukhary dan Shahih Muslim –pent) dan kitab-kitab As-Sunnah yang lainnya.

Diantara ucapan mereka adalah apa yang dikatakan oleh seorang Rafidhah zindiq yang bernama Ni’matullah Al-Jazairy tentang Rafidhah:  
“Kita tidak akan pernah bersatu dengan mereka –maksudnya Ahlus Sunnah– dalam hal sesembahan, nabi, dan imam. Hal itu karena mereka menyatakan bahwa Rabb mereka adalah yang mengutus Muhammad sebagai nabi, dan khalifah setelahnya adalah Abu Bakar. Sedangkan kita tidak mengakui Rabb yang seperti ini dan tidak pula mengakui nabi tersebut. Bahkan kita menyatakan bahwa Rabb yang khalifah yang menggantikan nabi-Nya adalah Abu Bakar maka Dia bukanlah Rabb kita, dan nabi tersebut bukanlah nabi kita.” (Al-Anwaar An-Nu’maniyyah, II/278)

Muhammad Al-Imam sangat mengetahui perkara ini dengan jelas, dan dia telah menulisnya di dalam kitabnya yang membantah Rafidhah Hutsiyun yang berjudul “An-Nushrah Al-Yamaaniyyah” dan dia mengetahui banyak sekali tentang kesesatan mereka. ٍSaya yakin dia mengetahui kebathilan dari kesepakatan ini yang telah menyakiti As-Sunnah dan orang-orang yang berpegang teguh dengannya, dan mereka pun sangat merasa tersakiti karenanya dan sangat mengingkarinya dengan keras. Sedangkan musuh-musuh mereka justru merasa senang dengannya sehingga mereka akan menjadikan kesepakatan tersebut sebagai pijakan untuk mencela Salafiyun secara umum dan mencela akidah dan manhaj  mereka. Jadilah mereka menuduh Ahlus Sunnah telah menjalin ukhuwwah dengan Rafidhah dan mereka pun telah memvonis kafir terhadap Muhammad Al-Imam disebabkan kesepakatan tersebut dan mengisyaratkan vonis kafir terhadap Salafiyun akibat kesepakatan tersebut.

Maka yang dituntut dari Muhammad Al-Imam adalah mengumumkan pembatalan kesepakatan yang bathil ini, yang keadaannya sesuai dengan sabda Rasulullah shallallahu alaihi was sallam:
مَا كَانَ مِنْ شَرْطٍ لَيْسَ فِيْ كِتَابِ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ فَهُوَ بَاطِلٌ وَإِنْ كَانَ مِائَةَ شَرْطٍ
“Apa pun syarat yang tidak ada di dalam Kitab Allah Azza wa Jalla, maka syarat tersebut bathil walaupun ada 100 syarat.”

Pengumuman (taubat/rujuk) semacam ini benar-benar sedang ditunggu-tunggu oleh Salafiyun. Jadi, wajib atas Al-Imam  untuk segera mengeluarkan pengumuman tersebut, yang merupakan perkara yang diwajibkan oleh Islam atasnya, dengannya dia bisa lepas dari segala konskwensinya dan selamat dari kemurkaan Ar-Rahman.

Ditulis oleh:
Rabi’ bin Hady Umair

Relakah seorang Ahlus Sunnah – Salafy  mengatakan ini??


berikut terjemahnya :

…Segala puji bagi Allah yang telah berfirman:
“Sesungguhnya tiada lain orang-orang yang beriman itu bersaudara”
Maha benar Allah Yang Maha Agung (dengan segala firmanNya).

Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada pemuka kita Muhammad dan kepada keluarganya yang suci, dan semoga Allah meridhai para shahabat beliau yang pilihan dari kalangan Muhajirin dan Anshor dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik.

Kita adalah sesama muslim seluruhnya, Rabb kita satu, kitab kita satu, Nabi kita satu dan musuh kita satu, meskipun kita berbeda dalam detail  permasalahan yang bersifat furu’ (cabang). 
Islam mengharamkan darah, kehormatan, dan harta  sebagian kita atas sebagian yang lain sebagai sesama muslim.

Bersandarkan kepada hal ini, maka terjadilah  kesepakatan antara kelompok Ansharullaah yang diwakili oleh (as-Sayyid Abdul Malik Badruddiin al Hutsy)  dengan Salafiyin di Markiz an-Nuur di Ma’bar dan markiz-markiz lainnya yang mengikutinya diwakili oleh  (asy-Syaikh Muhammad bin Abdillah al Imam) pada poin-poin sebagai berikut :

1. Hidup damai antara kedua belah pihak. Tidak saling bergesekan, tidak saling berbenturan, tidak saling berperang, dan tidak saling memfitnah walau bagaimana pun kondisi dan keadaannya. Kebebasan berpikir dan berwawasan terjamin untuk semua pihak.

2. Menghentikan pembicaraan yang berisi provokasi dan kebencian dari kedua belah pihak terhadap satu sama lain melalui berbagai media dan dalam kesempatan apapun. Sebaliknya menanamkan ruh persaudaraan dan kerja sama dengan semua.

3. Tetap menjaga hubungan baik antara kedua belah pihak dalam menghadapi kondisi atau kejadian apapun atau problem apapun, atau tindakan pribadi, atau upaya apapun dari pihak lain yang disusupkan untuk mengobarkan antara kedua belah pihak dan menghentikan perjanjian.

Inilah kesepakatan yang dibuat. Allah mengetahui segala maksud di balik ini.
Disepakati pada 28 Sya’ban 1435 H/26 Juni 2014 M

Pihak Pertama,
as-Sayyid ‘Abdul Malik Badru ad-Din al-Hutsi

Pihak Kedua,
asy-Syaikh Muhammad bin ‘Abdillah al-Imam

Senin, 11 Agustus 2014


Daurah-NasionalBerikut Ini Rekaman Duarah Nasional Miratsul Anbiya Ke 10 yang di adakan di Masjid Agung Manunggal Bantul Yogyakarta pada Hari Sabtu dan Ahad tanggal 13-14 Syawal 1435H yang bertepatan dengan tanggal 09-10 Agustus 2014 M Hari Sabtu 13 Syawal 1435H
1. Tausiyah Ba’da Sholat Shubuh Al Ustadz Abu Muawiyah Asykari
2. Biografi Pemateri Daurah Miratsul Anbiya ke 10
3. Pembukaan Daurah Miratsul Anbiya Ke 10
4. Sesi 1 Muhadharah Asy Syaikh Khalid az Zhafiri (Wasiat-wasiat Nabi untuk Taat kepada pemerintah)
5. Sesi 2 Muhadharah Asy Syaikh Hani bin Buraik (Kiat-kiat untuk kokoh di atas al haq)
6. Sesi 3 Muhadharah Asy Syaikh Ali al Hudzaifi & Teleconference Asy Syaikh Rabi’ al Madkhali (Hati-hati dari Khawarij Teroris)

Hari Ahad 14 Syawal 1435H
1. Sesi 1 Muhadharah Asy Syaikh Badr bin Muqbil  (Hati-hati jangan berbicara tanpa Ilmu)
2. Sesi 2 Muhadharah Asy Syaikh Ali al Hudzaifi (——)
3. Sesi 3 Muhadharah Asy Syaikh Khalid az Zhafiri (Penjabaran tentang Rukun Islam)
4. Sesi 4 Muhadharah Asy Syaikh Hani bin Buraik (Bertawakkalah di mana kalian berada)
5. Sesi 5 Muhadharah Asy Syaikh Badr bin Muqbil (Pendidikan Anak dalam Agama Islam)

****************************************
Sumber : radiorasyid.com
Apik Elek Bloge Dewek