Arti Salaf Menurut Bahasa
Salafa Yaslufu Salfan artinya madla (telah berlalu). Dari arti tersebut kita dapati kalimat Al Qoum As Sallaaf yaitu orang – orang yang terdahulu. Salafur Rajuli artinya bapak moyangnya. Bentuk jamaknya Aslaaf dan Sullaaf.
Dari sini pula kalimat As Sulfah artinya makanan yang didahulukan oleh seorang sebelum ghadza’ (makan siang). As salaf
juga, yang mendahuimu dari kalangan bapak moyangmu serta kerabatmu yang
usia dan kedudukannya di atas kamu. Bentuk tunggalnya adalah Saalif. Firman allah Ta’ala
فَجَعَلْنَاهُمْ سَلَفًا وَمَثَلًا لِّلْآخِرِينَ
“dan kami jadikan mereka sebagai pelajaran dan contoh bagi orang-orang yang kemudian” (Az Zukhruf :56)
Artinya, kami jadikan mereka sebagai
orang – orang yang terdahulu agar orang – orang yang datang belakangan
mengambil pelajaran dengan (keadaan) mereka. Sedangkan arti Ummamus Saalifah adalah ummat yang telah berlalu. Berdasarkan hal ini, maka kata salaf
menunjukan kepada sesuatu yang mendahului kamu, sedangkan kamu juga
berada di atas jalan yang di dahuluinya dalam keadaan jejaknya.
Pengertian Salaf Menurut Istilah
Allah telah menyediakan bagi ummat ini satu rujukan utama di mana mereka kembali dan menjadikan pedoman. Firman allah Ta’la :
لَّقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ
“sesungguhnya telah ada pada (diri)
Rassullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang
mengharap (rahmat) allah dan (kedatangan) hari kiamat”. (Al Ahzab: 21)
Allah juga menerangkan bahwa ummat ini
mempunyai generasi pendahulu yang telah lebih dahulu sampai kepada
hidayah dan bimbingan. Allah berfirman :
وَالسَّابِقُونَ
الْأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنصَارِ وَالَّذِينَ
اتَّبَعُوهُم بِإِحْسَانٍ رَّضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ
“orang – orang yang terdahulu lagi
yang pertama-tama (masuk islam) di antara orang-orang muhajirin dan
anshar mengikuti mereka dengan baik allah ridha kepada mereka dan mereka
ridha kepada allah “ (At Taubah 100)
Allah juga menegaskan bahwa ketiadaan sikap ittiba’ (meneladanii) para As Sabiqun (pendahulu) yang mendapat bimbingan adalah bentuk penentangan dan perpecahan. Fiman allah Subhanahuwata’ala :
وَمَن
يُشَاقِقِ الرَّسُولَ مِن بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُ الْهُدَىٰ
وَيَتَّبِعْ غَيْرَ سَبِيلِ الْمُؤْمِنِينَ نُوَلِّهِ مَا تَوَلَّىٰ
وَنُصْلِهِ جَهَنَّمَ ۖ وَسَاءَتْ مَصِيرًا
Dan barang siapa yang menentan Rosul
sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan
orang – orang mu’min. kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang
telah dikuasainya itu dan kami masukan ia kedalam jahannam dan
jahannaman itu seburuk – buruknya tempat kembali” (An Nisa’ 115)
Sehingga mereka yang memperhatikan ayat –
ayat ini, akan melihat dengan mata hatinya dan petunjuk yang ada
padanya bahwa ummat ini memang memiliki genarsi pendahulu (salaf) yang
terdepan dalam kebaikan dan hidayah. Adapun para tabi’ (yang mengikuti)
tidak berhak mendapat keselamatan dan kebaikan kecuali dengan berjalan
di atas jalan orang – orang yang telah mendahuluinya dan mengamalkan
apa yang telah di amalkan oleh generasi terdahulu.
Syaikhul Islam Ibnu Tamiyah menjelaskan pengertian ini, dengan mengatakan :
“sehingga tidak ada keberuntungan
kecuali dengan ittiba’ Rosulullah. Kerena sesungguhnya Allah telah
mengkhususkan keberuntungan itu hanya para pengikut beliau yang beriman
da anshar (pemebela).” Allah Ta’ala berfirman ;
فَالَّذِينَ آمَنُوا بِهِ وَعَزَّرُوهُ وَنَصَرُوهُ وَاتَّبَعُوا النُّورَ الَّذِي أُنزِلَ مَعَهُ ۙ أُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
“Maka orang – orang yang beriman
kepadanya, memuliakannya, menolongnya, dan mengikuti cahaya yang terang
yang diturunkan kepadanya (Al Quran), mereka itulah orang-prang yang
beruntung “(Al Araf 157)
Artinya tidak ada yang beruntung kecuali mereka.
Allah Subhanahuwata’ala telah pula
menerangkan bahwa keberuntungan itu hanya milik orang – orang yang
mengikuti cahaya yang diturunkan-Nya kepada nabi-Nya. Syaikhul Islam
Ibnu Tamiyah menjelaskan pengertian ini dengan tuntas, bahwasannya
keselamatan dan keberuntungan itu hanya dengan ittiba’ terhadap para
generasi terdahulu yang pertama – tama masuk Islam, kata beliau :
“Bahwasannya Shiratul mustaqim
(jalan yang lurus) itu adalah jalan orang – orang yang telah Allah beri
nikmat kepada mereka, dari kalangan para nabi, Shiddiqin ( yang banyak
membenarkan), Syuhada (yang gugur berjihad di jalan allah) dan orang –
orang yang shaleh (yang menunaikan hak allah dan sesama).”
Beliau menggambarkan secara jelas
pengertian kata salafy dan apa yang di maukan dengan kata ini menurut
istilah. Di mana yang dimaksud dengan kalimat ini adalah para sahabat
dan orang yang mengikuti mereka dengan baik. Sehingga orang – orang yang
menjadikan para sahabat sebagai pendahulunya dalam ittiba’ dan pemahaman maka dia adalah seorang salafy ( yang berakidah dan pemahaman salafy)
Berkaitan dengan hal ini Syaikh Islam Ibnu Taimiyah menerangkan :
“adapun salaf seperti para sahabat
dan orang – orang yang mengikuti mereka dengan baik, tidak dikenal dari
mereka adanya pertentangan dalam prinsip pokok dalam agama ini. Bahkan
atsar (berita) tentang masalah ini, kita dapatkan secara mutawatir dari
mereka.”
Maka kalimat salaf disebutkan secara
mutlak kepada sahabat nabi dan orang – orang yang mengikuti mereka
dengan baik, semoga allah meridhai mereka semua. Dan orang – orang yang
mengikuti mereka di atas agama yang haq ini, maka dia adalah penerus
kebaikan para generasi salafy tersebut.
(di kutip dari buku Manhaj Dakwah Salafiyah, Pustaka Al Haura)
0 komentar:
Posting Komentar
berkata baik, atau diam