Relakah seorang Ahlus Sunnah – Salafy mengatakan ini??
berikut terjemahnya :
…Segala puji bagi Allah yang telah berfirman:
“Sesungguhnya tiada lain orang-orang yang beriman itu bersaudara”
Maha benar Allah Yang Maha Agung (dengan segala firmanNya).
Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada pemuka kita Muhammad dan kepada keluarganya yang suci, dan semoga Allah meridhai para shahabat beliau yang pilihan dari kalangan Muhajirin dan Anshor dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik.
Kita adalah sesama muslim seluruhnya, Rabb kita satu, kitab kita satu, Nabi kita satu dan musuh kita satu, meskipun kita berbeda dalam detail permasalahan yang bersifat furu’ (cabang).
Islam mengharamkan darah, kehormatan, dan harta sebagian kita atas sebagian yang lain sebagai sesama muslim.
Bersandarkan kepada hal ini, maka terjadilah kesepakatan antara kelompok Ansharullaah yang diwakili oleh (as-Sayyid Abdul Malik Badruddiin al Hutsy) dengan Salafiyin di Markiz an-Nuur di Ma’bar dan markiz-markiz lainnya yang mengikutinya diwakili oleh (asy-Syaikh Muhammad bin Abdillah al Imam) pada poin-poin sebagai berikut :
1. Hidup damai antara kedua belah pihak. Tidak
saling bergesekan, tidak saling berbenturan, tidak saling berperang,
dan tidak saling memfitnah walau bagaimana pun kondisi dan keadaannya. Kebebasan berpikir dan berwawasan terjamin untuk semua pihak.
2. Menghentikan
pembicaraan yang berisi provokasi dan kebencian dari kedua belah pihak
terhadap satu sama lain melalui berbagai media dan dalam kesempatan
apapun. Sebaliknya menanamkan ruh persaudaraan dan kerja sama dengan
semua.
3. Tetap menjaga
hubungan baik antara kedua belah pihak dalam menghadapi kondisi atau
kejadian apapun atau problem apapun, atau tindakan pribadi, atau upaya
apapun dari pihak lain yang disusupkan untuk mengobarkan antara kedua
belah pihak dan menghentikan perjanjian.
Inilah kesepakatan yang dibuat. Allah mengetahui segala maksud di balik ini.
Disepakati pada 28 Sya’ban 1435 H/26 Juni 2014 M
Pihak Pertama,
as-Sayyid ‘Abdul Malik Badru ad-Din al-Hutsi
Pihak Kedua,
asy-Syaikh Muhammad bin ‘Abdillah al-Imam
0 komentar:
Posting Komentar
berkata baik, atau diam