Saya baru menyadari ternyata
rasa takut juga bagian dari cinta. Jika diibaratkan sebagai sebuah
lukisan indah, Cinta adalah gambar hidup yang menghembuskan nafas-nafas
kehidupan. Perasaan takut telah mengambil bagian tersendiri di dalam
lukisan itu sebagai kepingan puzzle yang cukup menentukan letak
keindahannya. Tanpa rasa takut, lukisan Cinta tidak akan benar-benar
hidup.Kenapa bisa?
Cinta akan melahirkan rasa takut… Takut kehilangan, takut berpisah, takut menyakiti, takut mengecewakan dan takut-takut lainnya yang akan menggores lukisan Cinta. Bagi kita yang telah dan pernah merasakan Cinta syar’i, rasa takut semacam ini sungguh-sungguh hadir menyertai setiap langkah kaki.
Mungkin ada juga yang merasakan takut-takut semacam ini dengan alasan pernah jatuh Cinta. Akan tetapi, Cinta yang syar’i -kah itu? Sensasi rasa takut yang ikut mengalir bersama Cinta yang syar’i sungguh-sungguh berbeda! Seperti apakah Cinta syar’i itu? Bukan pacaran seperti lazimnya orang sekarang! Bukan nafsu sesaat yang menjadi trend saat ini!
Cinta syar’i adalah simbol suci dari janji setia antara dua mempelai dalam akad ijab kabul berdasarkan syaria’t Islam. Cinta syar’i disebut oleh Al Qur’an sebagai miitsaaqan ghaliidzaa. Perjanjian berat yang mengikat, seperti itulah maknanya kurang lebih. Cinta syar’i adalah dunia keindahan tanpa batas. Dari awal hingga akhir hanya berisi hal-hal indah.Walau terkadang muncul konflik,toh akan berujung dengan keindahan juga.
Cinta akan melahirkan rasa takut… Takut kehilangan, takut berpisah, takut menyakiti, takut mengecewakan dan takut-takut lainnya yang akan menggores lukisan Cinta. Bagi kita yang telah dan pernah merasakan Cinta syar’i, rasa takut semacam ini sungguh-sungguh hadir menyertai setiap langkah kaki.
Mungkin ada juga yang merasakan takut-takut semacam ini dengan alasan pernah jatuh Cinta. Akan tetapi, Cinta yang syar’i -kah itu? Sensasi rasa takut yang ikut mengalir bersama Cinta yang syar’i sungguh-sungguh berbeda! Seperti apakah Cinta syar’i itu? Bukan pacaran seperti lazimnya orang sekarang! Bukan nafsu sesaat yang menjadi trend saat ini!
Cinta syar’i adalah simbol suci dari janji setia antara dua mempelai dalam akad ijab kabul berdasarkan syaria’t Islam. Cinta syar’i disebut oleh Al Qur’an sebagai miitsaaqan ghaliidzaa. Perjanjian berat yang mengikat, seperti itulah maknanya kurang lebih. Cinta syar’i adalah dunia keindahan tanpa batas. Dari awal hingga akhir hanya berisi hal-hal indah.Walau terkadang muncul konflik,toh akan berujung dengan keindahan juga.
Cinta syar’i merupakan sumber
ketenangan, ketentraman dan siraman rahmat. Seakan tiada yang
menyusahkan hati, tak ada yang memberatkan pundak juga tanpa kesulitan
yang mengikat, jika seorang hamba telah melabuhkan dirinya dalam dermaga
bernama Cinta syar’i.
Subhaanallah!
Oh…alangkah hebat dan indahnya Allah menggambarkan Cinta syar’i di dalam Al Qur’an! Simaklah firman Nya berikut ini ;
وَمِنْ ءَايَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُم مِّنْ أَنفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِّتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُم مَّوَدَّةًوَرَحْمَةً إِنَّ فِي ذَلِكَ لأَيَاتٍ لِّقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَDan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang.Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir. (QS. 30:21)
Ayo…kita resapi bersama kata-kata penuh motivasi dari ahli tafsir masa kini, Syaikh Abdurrahman As Sa’di -rahimahullah-,
“Ghalibnya, engkau tidak akan bisa menemukan jalinan kasih dan cinta seperti halnya yang dirasakan oleh sepasang suami istri!”
Luar biasa!
***
Akad nikah
dengan ijab kabul-nya adalah prosesi suci yang mesti dihormati. Akad
nikah merupakan pintu gerbang menuju surga duniawi yang dihalalkan oleh
syari’at. Bertujuan menghimpun dan memadukan cinta, rahmah dan mawaddah,
maka jangan pernah engkau kotori jalinan suci itu dengan noda-noda
walau setitik! Hal-hal kecil usahlah menjadi pintu perusak sebuah
tatanan keluarga!
“Sayang…kamu dulu pernah pacaran?”
Ah…buang jauh-jauh pertanyaan
semacam ini! Apa urgensinya dari pertanyaan semacam ini? Terbukti
pertanyaan senada dengan ini malah menimbulkan petaka. Jawaban apa yang
harus diucapkan oleh pasangan Anda dari pertanyaan ini? Antara iya dan
tidak, bukan?
Biarlah yang berlalu tetap
berlalu. Siapa juga yang tidak punya masa lalu? Akan tetapi, setelah
ijab kabul diikrarkan, bukankah kehidupan telah mulai ditulis dalam
lembaran baru? Isi saja lembaran-lembaran baru itu dengan menciptakan
momen-momen indah! Penuhkan lembaran-lembaran baru itu dengan
lukisan-lukisan indah!
Jangan melakukan tindakan yang bodoh! Misalnya?
Menuntut pasangannya untuk
menyerahkan password alamat email, sebagai contoh. Atau mengobok-obok
isi facebook dan twitternya (hidup tanpa facebook dan twitter lebih
nikmat dan tentram. Pembahasan facebook sudah selesai baca tinggalkan facebook). Handphone pasangannya di ubek-ubek. Kenapa ia
lakukan itu? Barangkali pasangannya menyimpan masa lalu.
Saudaraku…hidup berumah tangga itu pondasi utamanya adalah saling percaya. Akan hambar dan tanpa rasa jika Cinta di dalam sebuah rumah tangga tidak dibangun di atas saling percaya. Tumbuhkan prasangka yang baik dan biarkan sebagai sendi dan nadi kehidupan sehari-hari. Bukankah ia telah memilih dan menerima dirimu sebagai pasangan yang syar’i? Percayalah kepadanya!
Jika muncul atau terbetik rasa ragu, was-was atau bimbang…kenang-kenanglah kembali saat prosesi ijab kabul dilaksanakan!
Bagaimana engkau “diserahkan”
oleh wali-mu kepadanya…”Aku nikahkan Fulanah bintu Fulan dengan engkau
Fulan bin Fulan berdasarkan mahar demikian dan demikian…dibayar tunai!”
Bagaimana engkau menerimanya
dengan berucap…”Saya terima nikahnya Fulanah bintu Fulan berdasarkan
mahar demikian dan demikian…dibayar tunai!”
Subhaanallah!
Indah sekali detik-detik
pengabadian Cinta syar’i itu! Akan menjadi bagian dari sejarah hidup
yang tak akan terlupakan. Apakah prasasti Cinta itu akan engkau hapus
dengan alasan ragu, was-was dan bimbang? Jangan…jangan sekali-kali
engkau berpikir untuk memutus jalinan yang telah diikat! Jangan…jangan
sekali-kali engkau berpikir untuk menghapus miitsaaqan ghaliidzaa itu!
Pernahkah engkau mendengar, Saudaraku? Pernahkah engkau mendengar sebuah hadits riwayat Muslim (2813) dari sahabat Jabir?
Iblis memposisikan
singgasananya di atas lautan. Dari sana-lah ia menyebarkan seluruh
pasukannya untuk menyesatkan manusia. Prajuritnya yang paling dekat dan
paling disayang adalah yang berkemampuan menimbulkan bencana paling
dahsyat.
Kata Rasulullah,
فَأَدْنَاهُمْ مِنْهُ مَنْزِلَةً أَعْظَمُهُمْ فِتْنَةً“Pasukan yang paling dekat dengan Iblis adalah yang paling besar fitnahnya”
Kemudian?
Jika prajuritnya datang
melapor bahwa ia telah berbuat kejahatan, Iblis berkomentar,”Ah…engkau
tidak berbuat sama sekali!”. Demikian seterusnya, setiap prajurit yang
datang melaporkan kejahatannya, selalu ditanggapi oleh Iblis dengan
ucapan,”Ah…engkau belum berbuat apa-apa!”
Siapa yang dipuji oleh Iblis?
Prajuritnya yang datang melapor,” Aku tidak meninggalkan orang itu sampai aku berhasil memisahkan dia dengan istrinya”
Prajurit semacam inilah yang disukai Iblis. Ia diminta untuk mendekat lalu Iblis memujinya, “Sebaik-baik setan adalah kamu!”
Jagalah Cinta syar’i-mu dengan penuh kelembutan. Jangan biarkan Cinta syar’i-mu rusak oleh kelalaian dan kealpaanmu sendiri. Ingat…Cinta syar’i adalah harta terindah yang pernah engkau miliki.
***
Cinta akan melahirkan rasa
takut…Takut kehilangan, takut berpisah, takut menyakiti, takut
mengecewakan dan takut-takut lainnya yang akan menggores lukisan Cinta.
Bagi kita yang telah dan pernah merasakan Cinta syar’i, rasa takut
semacam ini sungguh-sungguh hadir menyertai setiap langkah kaki.
Jika memang engkau takut
kehilangan dirinya, berusahalah untuk menjadi yang terbaik di matanya.
Buatlah ia selalu tersenyum riang. Tunaikan kewajibanmu terlebih dahulu
sebelum engkau menuntut hakmu. Yakinlah bahwa al jazaa’min jinsil ‘amal, balasan yang kita dapat sesuai apa yang kita perbuat.
Jangan pernah lupa untuk berdoa dan mengingatkan dirinya untuk turut mengaminkan,
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا“Ya Rabb kami, anugerahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertaqwa. (QS. 25:74)
Selamat menempuh hidup baru dengan membuka lembaran-lembaran baru berjudul Sakinah, Mawaddah dan Rahmah. Amin.
_________________________________________________________________________________
_________________________________________________________________________________
_Abu Nasiim Mukhtar “iben” Rifai La Firlaz
_17 Dzulhijjah 1434 H_22 Oktober 2013_Daar El Hadith Dzamar_Yemen_21.59
saat mengingat seorang kawan yang baru saja menjadi seorang suami
saat mengingat seorang kawan yang baru saja menjadi seorang suami
sumber: ibnutaimuyah.org
0 komentar:
Posting Komentar
berkata baik, atau diam