:::: MENU ::::

Minggu, 17 Januari 2016

Abu ayyub. Demikian kerap dia disapa. Seorang pria sederhana yang tinggal di sebuah ma'had sederhana di tengah rimbun kebun sawit. Jangan dibayangkan ma'had ini seperti ma'had as-salafy jember atau seperti ma'had al-bayyinah gresik atau yang lain. Jauh... jauh... ya akhi. Ma'had sederhana di tengah kehidupan sederhana.

sehari-hari abu ayyub ini bertugas mengumandangkan adzan. Ya, beliau adalah muadzin di tempat ini. Setiap masuk waktu shalat engkau akan melihat abu ayyub berjalan menuju masjid. Dengan meraba satu demi satu batako yang belum diplester itu, dengan tenang abu ayyub menyusuri jalan. Tepat sekali dugaanmu ya akhi, abu ayyub adalah seorang yang buta. Sejenak kemudian, sayup-sayup terdengar suara merdu nan khas menyarakan lafadz adzan tanpa dilengkapi pengeras suara. Suara syahdu nan lantang...

tetapi bukan ini yang ingin kuceritakan kepadamu kawan...
Ketika waktu ta'lim tiba, engkau akan melihat abu ayyub datang dengan membawa sebuah majalah. Mungkin akan terlintas dalam fikiran kita sebuah komentar sinis, " ada apa ini orang buta bawa-bawa majalah segala?! Kayak bisa baca aja...?!".

La tasta'jil ya akhi..., jangan terburu-buru menarik kesimpulan...

Abu ayyub senantiasa duduk di sebelah kiri dari pembicara. Duduk tenang lengkap dengan majalah tersebut di depannya, masih belum tergambar?? Thoyyib...
sejurus kemudian, beliau mengeluarkan sebuah benda persegi panjang berwarna biru, lah... benda apa lagi ini... aneh?!? Ya agak kurang lazim rasanya bagi orang yang tidak biasa melihatnya...

Sesaat kemudian al-akh pembicara ini mulai menyampaikan sepatah dua patah nasehatnya...
Senada dengan rangkaian nasehat dari al-akh ini, terdengar suara ctak...ctak...ctak...

Suara apa itu? Mesin ketik kah? Kurasa tidak...
Suara itu berasal dari abu ayyub. Ternyata benda persegi panjang berwarna biru tadi adalah semacam alat tulis bagi para tunanetra. Huruf-hurufnya tentu tidak sama dengan yang kita kenal. Suara ctak...ctak... itu berasal dari benda tersebut. Dengan kode braile abu ayyub mencatat nasehat al-akh tersebut, satu titik untuk A, dua titik untuk B, begitu seterusnya...

Abu ayyub dengan serius mencatat...
Subhanallah... orang buta ini mencatat...
Ya, gak salah liat ini... orang buta ini mencatat...
Suara ctak...ctak terus membahana sampai ta'lim berakhir.
Kemudian abu ayyub pun pulang dengan membawa oleh-oleh berupa catatan yang akan dibacanya kembali diwaktu senggangnya nanti...

Maka perhatikan ya akhi karim...
Orang ini dengan keterbatasannya tetap mencatat selama ta'lim berlangsung, bagaimana dengan anda...?
Tidakkah engkau merasa malu wahai para "jipinger", engkau dengan indra penglihatan yang masih bagus rela hanya sekedar JIPING (ngaji kuping) ketika menuntut ilmu, sementara saudaramu ini yang tidak sesempurna dirimu senantiasa mencatat ilmu yang didapatkannya, tentunya dengan segala keterbatasaanya...

Tidakkah engkau merasa malu???

Ditulis oleh :
Al ustadz Muhammad As Solaky

sumber: Salafy Perawang

1 komentar:

  1. Masya Alloh,, moga Cahaya itu slalu Menerangi jalan Abu Ayyub.
    Pemandang an yg bertolak belakang dngan talabul Ilmu yg Ada saat ini,ketika ta'lim berlangsung,, jema'ah dngan kesibukan masing_masing....

    BalasHapus

berkata baik, atau diam

Apik Elek Bloge Dewek