:::: MENU ::::

Senin, 25 Januari 2016

Hukuman mati yang dilakukan pemerintah Arab Saudi terhadap tokoh Syiah Nimr al-Nimr pada Sabtu, (02/01), memancing aksi kecaman dan hujatan dari komunitas Syiah seluruh dunia yang dimotori Iran. Kementerian Luar Negeri Iran secara tegas mengatakan bahwa kerajaan Arab Saudi akan membayar mahal atas tindakannya itu. Dan hal ini setidaknya telah terbukti dengan dibakarnya kantor Kedubes Saudi di Teheran

Selain di Iran, aksi protes terhadap Arab Saudi juga bermunculan di berbagai negara. Di Inggris, komunitas Syiah menggelar aksi demonstrasi di depan Kedubes Saudi di London. Di Bahrain, para wanita Syiah turun ke jalan memprotes Arab Saudi. Dan seolah tak mau ketinggalan, komunitas Syiah Indonesia pun ikut menggelar aksi mengecam tindakan Arab Saudi yang ingin meredam aksi terorisme yang diantaranya dimotori oleh tokoh Syiah, Nimr al-Nimr.


Sekelompok orang yang menamakan dirinya Human Rights Alliance (HRA) dan Aliansi Anti Perang (A2P)menggelar aksi protes di depan Kedubes Arab Saudi, di Kuningan, Jakarta, Senin (04/01). Sambil mengacung-acungkan foto al-Nimr, massa Syiah tersebut meneriakkan yel-yel “Arab Saudi biadab…Arab Saudi biadab..” Bahkan mereka juga menuntut pemerintah RI untuk memutuskan hubungan diplomatik dengan Arab Saudi.

Sementara itu di jajaran elit Syiah, DPP ABI (Ahlul Bait Indonesia) sebagai motor penggerak agama Syiah di Indonesia  dalam rilisnya tanggal 3 Januari 2016 menyatakan bahwa eksekusi mati atas ulama dan mujahid Syaikh Nimr Al-Nimr telah menambah daftar kejahatan dan kezaliman rezim rasis Arab Saudi atas warga sipil yang tak berdosa, termasuk kalangan ulamanya.

Apa yang telah diutarakan  di atas tadi adalah sekelumit gambaran tentang Syiah-Iran yang selalu berupaya mencari-cari masalah untuk mendiskreditkan Arab Saudi. Isu HAM, penindasan terhadap minoritas Syiah hingga kedekatan Arab Saudi dengan AS yang notabene musuh ideologis Iran sudah menjadi tema yang umum untuk diekspos. Namun ketika tokoh Syiah Nimr al-Nimr dieksekusi Arab Saudi, Iran seolah mendapat gerojogan bahan bakar untuk kembali memanaskan suasana.
Akhirnya melalui media-media yang menjadi corong mereka, termasuk di Indonesia, berbagai isu miring tentang Arab Saudi pun sampai ke telinga kita. Arab Saudi biadab, Alu Su’ud penjilat Amerika, Raja Salman Penjahat Perang, dan lain sebagainya. Benarkah demikian?

Merujuk kepada data dari lembaga Amnesty International, sejak akhir tahun 2014 hingga 2015 lalu, jumlah eksekusi mati di Arab Saudi mencapai 100 orang. Sesuai dengan hukum Arab Saudi yang menerapkan syariat Islam, hukuman mati di negeri tersebut di dominasi oleh narapidana terkait kasus pembunuhan, pemerkosaan, perampokan bersenjata dan narkoba. Sementara narapidana dengan kasus berlatarbelakang idelogi semisal Nimr al-Nimr yang beragama Syiah, akan sulit mendapatkan datanya karena memang sangat jarang terjadi.

Sementara di Iran, jumlah warga Iran yang nasibnya berakhir di tiang gantungan mencapai 1000 orang. Dan mirisnya, itu terjadi hanya di tahun 2015 saja. Sebagaimana dilansir situs berita Timur Tengah, arabnews.com, Iran telah mengeksekusi sekitar 700 orang pada enam bulan pertama di tahun 2015 dengan rata-rata 3 orang dieksekusi  setiap harinya. Jumlah itu membuat Iran dicap sebagai salah satu negara terbanyak melakukan eksekusi mati. Sebagian dari mereka dieksekusi karena tindak kriminal, namun terdapat pula jumlah yang besar, terpidana mati karena kasus idelogis, atau yang diistilahkan karena kasus mempertahankan keyakinan sebagai minoritas sunni.

Apabila di tahun 2015 terdapat lebih dari 1000 orang digantung oleh pemerintah Iran, bagaimana dengan tahun-tahun sebelumnya. Dari sebuah medsos Whatsapp “Alaikum Bil Akabir” Maroko, Iran telah menggantung ribuan orang khususnya warga Sunni sejak tahun 2007.
1. 2007 mengeksekusi lebih 315 jiwa.
2. 2008 mengeksekusi 360 jiwa.
3. 2009 mengeksekusi 388 jiwa.
4. 2010 mengeksekusi 252 jiwa.
5. 2011 mengeksekusi 360 jiwa.
6. 2012 mengeksekusi 314 jiwa.
7. 2013 mengeksekusi 624 jiwa.
8. 2014 mengeksekusi 743 jiwa.
9. 2015 mengeksekusi lebih dari 1000 jiwa
Jika melihat data ribuan eksekusi yang dilakukan Iran dan jumlah tersebut semakin meningkat setiap tahunnya layakkah mereka menilai Arab Saudi sebagai negara biadab? Pantaskah mereka berteriak di jalan-jalan mendesak pemerintah memutuskan hubungan diplomatik dengan Arab Saudi hanya karena 1 orang teroris yang beraqidah sama dengan mereka yang berteriak itu? /fs

Selasa, 19 Januari 2016


044736000_1452745485-IMG-20160114-WA061
Teror bom kembali terjadi di Jakarta, Kamis (14/1/2016) lalu. Mabes Polri menyatakan, insiden yang menarget pos polisi di jalan Thamrin itu mengakibatkan 7 orang tewas, termasuk para pelaku teror dan belasan lainnya luka-luka.
Aksi teror kali ini tergolong nekat. Selain terjadi di siang bolong, para teroris juga secara terang-terangan melakukan aksinya di tengah kerumunan massa. Mereka menembak membabi buta serta melemparkan bom-bom rakitan. Hanya dengan pertolongan Allah-lah, mereka tidak sempat menyelesaikan aksinya melempar bom yang lebih besar setelah dilumpuhkan polisi. 4 orang terduga teroris tewas dengan sebagian di antara mereka meledakkan bom yang dipasang di tubuh mereka.
Bom bunuh diri.

Sudah kesekian kalinya, teror demi teror seakan enggan meninggalkan negeri ini. Aksi besar maupun kecil, dengan pelaku dari berbagai jaringan teroris, baik lokal maupun internasional, seperti menemukan habitat yang tepat untuk berkembangbiak di Indonesia. Namun dari sekian banyak jaringan atau organisasi yang membekingi aksi mereka, semuanya bberasal pada satu pemahaman, yaitu Khawarij. Sekte kuno yang menyimpang dari ajaran Islam untuk pertama kalinya yang memiliki keyakinan takfir, yaitu mengkafirkan sesama muslim.

Seperti yang kita ketahui bersama, mayoritas para pelaku teror itu, baik yang tewas maupun yang tertangkap aparat, mayoritasnya adalah dari kalangan muda. Generasi yang begitu bersemangat dalam membela Islam, namun lemah dalam menuntut ilmu syar’i. Generasi yang begitu kritis dalam melihat kemungkaran-kemungkaran di masyarakat namun tidak dibarengi dengan upaya mencari bimbingan para ulama.
Memang, kita tidak dapat menutup mata, bahwa di masyarakat kita kemungkaran menyebarluas. Minum khamr, zina, mencuri, riba dan berbagai dosa besar lainnya tersebar luas di masyarakat. Bahkan sebagiannya dilakukan secara terang-terangan. Namun perilaku masyarakat tersebut tidaklah membuat darah mereka halal untuk ditumpahkan. Tidak berarti mereka boleh dibunuh dengan sebab dosa besar yang mereka lakukan.

Ketika munculnya kelompok khawarij di masa pemerintahan Khalifah Utsman bin Affan radhiyallahu anhu, mereka juga menyebarkan isu-isu penyimpangan yang terjadi dalam jajaran birokrasi pada waktu itu. Hingga massa terprovokasi dan berakhir dengan tertumpahnya darah Utsman bin Affan. Begitu pula dengan Khalifah Ali bin Abi Thalib. Yang menjadi titik perhatian kita adalah, jika pemerintahan khalifah sekelas Utsman bin Affan maupun Ali bin Abi Thalib saja mereka berani menumpahkan darah muslimin, lalu bagaimana halnya dengan pemerintahan di masa kita?
Khawarij, ISIS, Al Qaeda, Jaringan Santoso, Jaringan Imam Samudra atau apapun namanya, yang tewas dalam aksinya, mereka adalah sejelek-jelek mayat yang ada di kolong langit. Abu Umamah radhiyallahu ‘anhu, menyebutkan mereka adalah orang-orang yang paling besar kejelekannya bagi kaum muslimin. Bahkan melabeli mereka dengan sebutan yang mengerikan, yaitu anjing-anjing neraka, seperti yang beliau dengar dari Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam.

Al Imam Wahb bin Munabbih mewanti-wanti para pemuda untuk mewaspai kaum Harura’ (Khawarij) karena mereka memiliki ideologi yang menyimpang dan mereka adalah orang terjelek dari umat ini. Sementara Al Imam al-Ajurri menyatakan, Khawarij adalah orang-orang jelek, najis, dan kotor. Orang yang berjalan di atas paham Khawarij saling mewariskan paham tersebut baik dulu maupun sekarang.

Mereka, para khawarij meyakini aksi teror yang mereka lakukan adalah jihad syar’i padahal salah besar. Teror bukan jihad sedikitpun, apalagi syar’i. Adakah seorang saja ulama yang dikenal kokoh ilmunya yang bersama mereka? Tidak ada. Yang ada hanyalah orator-orator ulung yang pandai membakar emosi para pemuda.

Lalu apa yang semestinya dilakukan oleh para pemuda Islam? Thalabul ilmi, kembali kepada bimbingan para ulama, dan waspadai gerakan-gerakan atau kajian-kajian rahasia yang berisi hasutan untuk menjatuhkan pemerintah, mengkafirkan kaum muslimin dan memberontak terhadap pemerintah muslim. Karena itu propaganda kaum Khawarij sejak dahulu, yaitu memberontak terhadap pemerintah dan menghalalkan pembunuhan kaum muslimin.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menegaskan, tidak ada satu pun yang lebih jahat terhadap kaum muslimin dibanding mereka, tidak Yahudi tidak pula Nashara. Sungguh, mereka sangat serius untuk membunuh setiap muslim yang tidak sependapat dengan mereka, menghalalkan darah dan harta muslimin, membunuh anak-anak kaum muslimin yang mereka vonis sebagai kafir. Khawarij beragama seperti itu, akibat besarnya kejahilan mereka dan kebid’ahan mereka yang menyesatkan. Oleh karena itu, tidak berlebihan kiranya bila kita katakan, bahwa teror-teror yang terjadi sejak dahulu hingga saat ini, adalah bentuk nyata dari kebodohan dalam memahami agama Islam. fs

Sumber : http://serambiharamain.com

Minggu, 17 Januari 2016

Abu ayyub. Demikian kerap dia disapa. Seorang pria sederhana yang tinggal di sebuah ma'had sederhana di tengah rimbun kebun sawit. Jangan dibayangkan ma'had ini seperti ma'had as-salafy jember atau seperti ma'had al-bayyinah gresik atau yang lain. Jauh... jauh... ya akhi. Ma'had sederhana di tengah kehidupan sederhana.

sehari-hari abu ayyub ini bertugas mengumandangkan adzan. Ya, beliau adalah muadzin di tempat ini. Setiap masuk waktu shalat engkau akan melihat abu ayyub berjalan menuju masjid. Dengan meraba satu demi satu batako yang belum diplester itu, dengan tenang abu ayyub menyusuri jalan. Tepat sekali dugaanmu ya akhi, abu ayyub adalah seorang yang buta. Sejenak kemudian, sayup-sayup terdengar suara merdu nan khas menyarakan lafadz adzan tanpa dilengkapi pengeras suara. Suara syahdu nan lantang...

tetapi bukan ini yang ingin kuceritakan kepadamu kawan...
Ketika waktu ta'lim tiba, engkau akan melihat abu ayyub datang dengan membawa sebuah majalah. Mungkin akan terlintas dalam fikiran kita sebuah komentar sinis, " ada apa ini orang buta bawa-bawa majalah segala?! Kayak bisa baca aja...?!".

La tasta'jil ya akhi..., jangan terburu-buru menarik kesimpulan...

Abu ayyub senantiasa duduk di sebelah kiri dari pembicara. Duduk tenang lengkap dengan majalah tersebut di depannya, masih belum tergambar?? Thoyyib...
sejurus kemudian, beliau mengeluarkan sebuah benda persegi panjang berwarna biru, lah... benda apa lagi ini... aneh?!? Ya agak kurang lazim rasanya bagi orang yang tidak biasa melihatnya...

Sesaat kemudian al-akh pembicara ini mulai menyampaikan sepatah dua patah nasehatnya...
Senada dengan rangkaian nasehat dari al-akh ini, terdengar suara ctak...ctak...ctak...

Suara apa itu? Mesin ketik kah? Kurasa tidak...
Suara itu berasal dari abu ayyub. Ternyata benda persegi panjang berwarna biru tadi adalah semacam alat tulis bagi para tunanetra. Huruf-hurufnya tentu tidak sama dengan yang kita kenal. Suara ctak...ctak... itu berasal dari benda tersebut. Dengan kode braile abu ayyub mencatat nasehat al-akh tersebut, satu titik untuk A, dua titik untuk B, begitu seterusnya...

Abu ayyub dengan serius mencatat...
Subhanallah... orang buta ini mencatat...
Ya, gak salah liat ini... orang buta ini mencatat...
Suara ctak...ctak terus membahana sampai ta'lim berakhir.
Kemudian abu ayyub pun pulang dengan membawa oleh-oleh berupa catatan yang akan dibacanya kembali diwaktu senggangnya nanti...

Maka perhatikan ya akhi karim...
Orang ini dengan keterbatasannya tetap mencatat selama ta'lim berlangsung, bagaimana dengan anda...?
Tidakkah engkau merasa malu wahai para "jipinger", engkau dengan indra penglihatan yang masih bagus rela hanya sekedar JIPING (ngaji kuping) ketika menuntut ilmu, sementara saudaramu ini yang tidak sesempurna dirimu senantiasa mencatat ilmu yang didapatkannya, tentunya dengan segala keterbatasaanya...

Tidakkah engkau merasa malu???

Ditulis oleh :
Al ustadz Muhammad As Solaky

sumber: Salafy Perawang
Apik Elek Bloge Dewek