:::: MENU ::::

Rabu, 24 Desember 2014

(Menjawab Tuduhan Keji Para Pendengki Terkait Bayan Rujuk Ust. Saifuddin Zuhri hafidzohulloh)

Kolaborasi Halabiyun, Kumpulan Thullabul Hawa' dan Syuhada Al IskandarKOLABORASI HALABIYUN: KUMPULAN THULLABUL HAWA’ DAN SYUHADA AL ISKANDAR
Alhamdulillah was Sholatu was Salamu ‘ala Rasulillah wa ‘Ala Alihi wa Ashabihi Waman Tabi’a Hudahu Ila Yaumil Qiyamah. Wa Asyhadu Alla Ilaha Illallah Wahdahu Laa Syarika Lah Wa Asyhadu Anna Muhammadan ‘Abduhu Wa Rasuluhu, Amma Ba’du :

Selasa, 23 Desember 2014

Bismillah,

Berikut Rekaman Kajian Ilmiyah Bersama Al Ustadz Muhammad Umar as Seweed Hafizhahulloh, pembahasan Kitab “Aqidah Wasithiyah” karya Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah Rahimahulloh,


Pertemuan Pertama – Download disini
Pertemuan Kedua – Download disini
Pertemuan Ketiga – Download disini
Pertemuan Keempat – Download disini
Pertemuan Kelima – Download disini
Pertemuan Ke 6 – Download disini
Pertemuan Ke 7 – Download disini

Senin, 22 Desember 2014

(ditulis oleh: Al-Ustadz Muslim Abu Ishaq Al-Atsari)

Membaca al-Fatihah ayat demi ayat
Setelah membaca basmalah, mulailah Rasulullah n membaca surah al-Fatihah yang beliau baca ayat demi ayat. Beliau n berhenti setiap satu ayat, sebagaimana diriwayatkan dari Ummu Salamah x ketika ditanya tentang bacaan Rasulullah n. Ummu Salamah x menjawab,
“Adalah beliau memotong bacaan ayat demi ayat ….”
(HR. Ahmad 6/302, hadits ini shahih bi dzatihi bila tidak ada ‘an’anah1 Ibnu Juraij, namun hadits ini memiliki mutaba’ah)
Terkadang Rasulullah n membaca dengan memendekkan lafadz ﭞ (dibaca مَلِكِ) dan pada kesempatan lain beliau n memanjangkannya (dibaca مَالِكِ).
Dua bacaan ini, kata al-Hafizh Ibnu Katsir t, shahih mutawatir dalam qira’ah sab’ah. (Tafsir Al-Qur’anil ‘Azhim, 1/32)

Membaca al-Fatihah Merupakan Rukun shalat
Rasulullah n bersabda:

Minggu, 14 Desember 2014


Download Audio

Terkait rujuknya beliau ini terdapat banyak catatan, dan yang terakhir adalah beliau berjalan bersama mereka mutamayyi'in.
##Silakan baca: saifuddin-zuhri-bermasalah-lagi-alamat


untuk audio dari asatidz in syaa Alloh menyusul
Bismillahirrahmaanirrahiim.
Tak terasa, perjalanan dakwah suku Lauje sudah masuk bulan ke sebelas. Kendala dan rintangan silih berganti menghadang Dakwah terhadap muallaf Lauje. Hanya karena pertolongan Allah semata dakwah ini masih bisa berlanjut hingga sekarang. Walaupun di sana-sini masih banyak kekurangan yang butuh pembenahan.
Masjid Alhidayah1PEMBANGUNAN MASJID SELESAI
Pada akhir bulan Sya’ban 1435 lalu, pembangunan masjid muallaf telah berhasil diselesaikan. Segala pujian kesempurnaan tertuju kepada Al-Khaliq, yang hanya karena pertolongan-Nya masjid bisa selesai terbangun. Masjid dengan ukuran 8×8 m dengan lantai dan dinding papan sudah bisa dipakai untuk shalat dan mengaji oleh para muallaf. Beralaskan karpet merah, jendela kaca, dengan kusen dan daun pintu dari kayu jati, masjidnya tergolong ”mewah” untuk masjid di gunung Lauje, demikian pengakuan beberapa warga gunung. Nama Masjidnya adalah Masjid Al-Hidayah, sesuai dengan tujuan didirikannya, yaitu sebagai sarana meraih hidayah bagi para muallaf  in syaa Allah. Pak Andi selaku ketua DKM menginginkan masjid bisa diresmikan untuk persiapan ibadah bulan Ramadhan. Maka Pak Andi mengundang beberapa kepala desa sekitar dan para imam masjid, juga Pak Camat. Surat undanganpun dilayangkan kepada mereka. Qaddarallah di waktu yang sama, hampir seluruh kepala desa dan camat sedang ada pertemuan di kantor pemerintah kabupaten Parigi. Merekapun tidak bisa hadir pada peresmian masjid. Para imam desa juga tidak ada yang hadir. Wallahu a’lam apakah lantaran berbagai isu fitnah yang disebarkan orang yang tidak bertanggung jawab atau ada sebab lainnya.

Masjid Alhidayah3Akhirnya peresmian masjid hanya dihadiri oleh beberapa warga muallaf dan seorang mubalig sekaligus kepala sekolah Madrasah Al-Khairat desa Pebo Unang, yang lebih dikenal warga dengan nama Ustadz Ramli. Beliau memberikan kata sambutan dan menyemangati ikhwah dan para muallaf agar tidak berkecil hati untuk terus melanjutkan dakwah di gunung. Beliau menyampaikan simpati dan dukungan sepenuhnya terhadap dakwah. Kata sambutan beliau cukup mengharukan hingga beberapa ikhwah menitikkan air mata. Memang pasca tersebar derasnya isu fitnah, sekalipun ikhwah dari Poso sudah bersusah payah berganti-gantian datang membangun masjid dan mengajak warga Lauje, ternyata yang mau mendekat dari kalangan muallaf tidak lagi seperti dulu. Memang para Da’i cuma bisa menyampaikan, adapun hidayah adalah mutlak di tangan Allah semata. Alhamdulillah masih ada beberapa muallaf yang mau mendekat. Karena rumah-rumah mereka yang jauh dari masjid, maka terkadang sebagian mereka tidak hadir, terlebih ketika turun hujan.
Bacaan Basmalah
Rasulullah sholallohu'alaihiwasallam mengucapkan:
tanpa mengeraskan suara, sebagaimana dipahami dari hadits Anas bin Malik rodhiyallohu'anhu yang memiliki banyak jalan dengan lafadz yang berbeda-beda, dan semua menunjukkan bahwa Nabi sholallohu'alaihiwasallam tidak mengeraskan suara ketika mengucapkan basmalah.
Salah satu jalannya adalah dari Syu’bah, dari Qatadah, dari Anas rodhiyallohu'anhu, ia berkata:
أَنَّ النَّبِيَّ n وَأَبَا بَكْرٍ وَعُمَرَ c كَانُوا يَفْتَتِحُونَ الصَّلاَةَ بِـ { ﭖ ﭗ ﭘ ﭙ}
“Sesungguhnya Nabi sholallohu'alaihiwasallam, Abu Bakr dan Umar rodhiyallohu'anhum, membuka (bacaan dengan suara keras) dalam shalat mereka dengan ‘Alhamdulillahi Rabbil ‘alamin.”
(HR. Al-Bukhari no. 743 dan Muslim no. 888)

Al-Imam Ash-Shan’ani rohimahulloh menyatakan, hadits di atas menunjukkan bahwa Nabi sholallohu'alaihiwasallam, Abu Bakr dan Umar rodhiyallohu'anhum tidak memperdengarkan kepada makmum (orang yang shalat di belakang mereka) ucapan basmalah dengan suara keras saat membaca Al-Fatihah (dalam shalat jahriyah). Mereka membacanya dengan sirr/perlahan. (Subulus Salam 2/191)

Adapun ucapan Anas, “Mereka membuka (bacaan dengan suara keras) dalam shalat mereka dengan Alhamdulillah…” tidak mesti dipahami bahwa mereka tidak membaca basmalah secara sirr.
(Fathul Bari, 2/294)

Al-Imam Asy-Syafi’i rohimahulloh mengatakan, “Makna hadits ini adalah Nabi sholallohu'alaihiwasallam, Abu Bakr, Umar, dan Utsman rodhiyallohu'anhum, mengawali bacaan Al-Qur’an dalam shalat dengan (membaca) Fatihatul Kitab sebelum membaca surah lainnya. Bukan maknanya mereka tidak mengucapkan Bismillahirrahmanirrahim.” (Sunan At-Tirmidzi, 1/156)

Ulama berselisih pandang dalam masalah men-jahr-kan (mengucapkan dengan keras) ucapan basmalah ataukah tidak dalam shalat jahriyah. Sebetulnya, semua ini beredar dan bermula dari perselisihan apakah basmalah termasuk ayat dalam surah Al-Fatihah atau bukan. Juga, apakah basmalah adalah ayat yang berdiri sendiri pada setiap permulaan surah dalam Al-Qur’an selain surah Al-Bara’ah (At-Taubah), ataukah bukan ayat sama sekali kecuali dalam ayat 30 surah An-Naml? Insya Allah pembaca bisa melihat keterangannya pada artikel: Apakah Basmalah Termasuk Ayat dari Surah Al-Fatihah?

Kami (penulis) dalam hal ini berpegang dengan pendapat mayoritas ulama yang mengatakan bahwa basmalah dibaca dengan sirr. Wallahu a’lamu bish-shawab.

Al-Imam At-Tirmidzi rohimahulloh berkata, “Yang diamalkan oleh mayoritas ulama dari kalangan sahabat Nabi n—di antara mereka Abu Bakr, Umar, Utsman, dan selainnya rodhiyallohu'anhum—dan ulama setelah mereka dari kalangan tabi’in, serta pendapat yang dipegang Sufyan ats-Tsauri, Ibnul Mubarak, Ahmad, dan Ishaq, bahwasanya ucapan basmalah tidak dijahrkan. Mereka mengatakan, orang yang shalat mengucapkannya dengan perlahan, cukup didengarnya sendiri.” (Sunan At-Tirmidzi, 1/155)

Guru besar kami, Asy-Syaikh Al-Muhaddits Muqbil ibnu Hadi al-Wadi’i rohimahulloh, dalam kitab beliau, Al-Jami’us Shahih mimma Laisa fish Shahihain (2/97), menyatakan bahwa riwayat hadits-hadits yang menyebutkan basmalah dibaca secara sirr itu lebih shahih/kuat daripada riwayat yang menyebutkan bacaan basmalah secara jahr.

Adapun Al-Imam Asy-Syafi’i rohimahulloh dan pengikut mazhabnya, juga—sebelum mereka—beberapa sahabat, di antaranya Abu Hurairah, Ibnu Umar, Ibnu Abbas, dan Ibnuz Zubair rodhiyallohu'anhum, serta kalangan tabi’in, berpendapat bahwa bacaan basmalah dijahrkan. (Sunan At-Tirmidzi, 1/155)

sumber: www.asysyariah.com
transkrip faedah dari Ust. Muhammad umar As Sewed
potongan audio dauroh Tegal


Ikhwanifiddin a'azakumullah,
ini sering terucap dari orang-orang yang lebih mengutamakan perasaan,
kemudian berpikir di perasaannya, "kayaknya nggak bener deh...masa semua salah, emang yang bener salaf tok?"

Kalau iya mau apa?

ikhwanifiddin a'azakumullah,
dikira salaf itu adalah nama kelompok/ organisasi yang dipimpin ustadz fulan, dikira mereka begitu.
Sehingga (mereka mengatakan -pen), "masa kelompok ini paling bener sendiri, yang lain salah?"
BUKAN...
salafiyah nggak ada kelompok kelompokan, nggak ada imam, nggak ada amirul mu'minin.
itu hanya TUDUHAN HIZBIYIN !!!
hanya TUDUHAN HIZBIYIN !!! 
bahwa "ini kelompok salaf ini amirnya adalah fulan"

Sama...dengan surat kaleng, entah sekarang kalengnya elektronik, dikirimkan lewat WA, suara.
Suara orang jahil, suara orang bodoh, bahwa..
"Dakwah salafiyah di Indonesia ini dipimpin oleh Luqman Ba'abduh, dan Luqman Ba'abduh itu begini dan begitu"

Yang pernah milih dia siapa? kapan pemilunya? kapan kita musyawarah memilih amirul mu'minin?
NGGAK ADA, itu tuduhan mereka saja.

Siapapun, tidak beliau, tidak saya, tidak siapapun kalau salah, apakah diikuti?
Dulu, "amirnya" adalah panglima Laskar Jihad Ja'far Umar Thalib, iya kan? toh sekarang ditinggal.
Apa namanya? Bukan hizbiyah. Kita melihat kalau salah ya ditinggal.
Walaupun kita berharap, berharap, berharap untuk kembali. berdoa, berdoa supaya kembali. Tetapi kalau kenyataannya tidak kembali mau apa?

Demikian pula terjadi, kalau na'udzubillah terjadi pada saya, pada ustadz Luqman, pada ustadz lainnya....akan diperlakukan seperti itu oleh salafiyin.
Kenapa? Karena kita bukan organisasi, bukan partai politik, kita bukan kelompok kelompokan, walhamdulillahirobbil'alamin.
Cuma mereka dengan kacamata bodohnya mereka, dengan kacamata mereka yang sempit, mengira bahwa ini kelompok baru dengan pemimpin baru, pencetus baru.

Padahal ini ikhwanifiddin a'azakumulloh sudah ada sejak para sahabat masih hidup.
Anas bin Malik mengatakan, kalau dibangkitkan seorang dari salaf melihat kalian, maka dia tidak akan lagi melihat pada kalian kecuali shalatnya. kecuali shalatnya. beliau menangis....
Sudah menyebutkan salaf, "kalau dibangkitkan dari salaf"

Demikian pula para ulama setelahnya, setelahnya....Imam Al Auza'i menyatakan " 'alaika bi atsari man salaf" hendaklah kalian ikut jejak-jejak salaf, "wa in rofadhokannas" walaupun manusia menolakmu !!!
ini bukti, kalau dakwah salafiyah bukan "dagang sapi" bukan "dagang kue"
'alaika bi atsari man salaf, wa in rofadhokannas" hendaklah engkau pegang jejak-jejak salaf, walaupun manusia menolakmu.
Artinya manusia lari, manusia menjauh, tetap berpegang salaf.

Jangan seperti dagang, "ah..kayaknya  ini nggak laku, kita ganti saja kismisnya dengan a...wijen supaya laku. Oh, ternyata ini nggak laku, kasih keju supaya laku"
Agama nggak demikian, SUDAH BAKU dari Alloh Subhanahu Wata'ala, SUDAH BAKU diajarkan oleh Rosululloh Sholallohu 'alaihi wasalam, kita hanya menyampaikan, Kalau mereka menerima alhamdulillah, kalau mereka menolak....'alaihi billah. Atas mereka dengan Alloh Subhanahu Wata'alah. urusannya....bainuhu wa baina robbuh, antara dia denga Alloh Subhanahu Wata'ala.
KITA HANYA MENYAMPAIKAN !!! barokallohu fiikum.

download audio

Senin, 08 Desember 2014

Kenapa kita tidak mengakui taubatnya Dzulqarnain bin Sunusi
Al Ustadz Abu Nasim Mukhtar hafizhahullah
Pertanyaan: 
 Saya dulu dengar kalo ustadz dzulqarnain telah taubat dari sekian poin kesalahan, tetapi sekarang saya dengar taubatnya ustadz dzulqarnain belum diakui, ini kenapa ustadz? Mohon penjelasannya..
Jawaban :
Ya itu tadi, karena poin-poin kesalahannya sendiri kemudian dilanggar, kan gitu.. seperti misalkan berlepas diri dari ja’far shalih, dari abdul barr, dari yang lain, sekarang masih berhubungan.
Apa..apa namanya? Kejujuran dan kebenaran ketika…apa namanya…menyatakan ruju’ bahkan poin-poin ruju’nya jelas itu adalah kesengajaan dihapus dari website pribadinya, naam, wallahua’lam

****
Catatan:
# Transkrip dari tanya jawab daurah sumpiyuh dengan tema “mengenal lebih dekat asy Syaikh Rabi bin Hadi al Madkhali”
# Link kalimat rujuk dan penjelasan yang hilang dari web pribadi Dzulqarnain bin Sunusihttp://dzulqarnain.net/kalimat-rujuk-dan-penjelasan.html

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Alhamdulillah kalimat tersebut masih tersimpan di tembolok archive.org

Berikut ebook ” KALIMAT RUJUK DAN PENJELASAN AL USTADZ  DZULQARNAIN ” [yang hilang dari website yang menjadi tempat keluarnya pernyataan tersebut] ~  
KALIMAT RUJUK DAN PENJELASAN AL USTADZ  DZULQARNAIN
image_pdfimage_print

Kamis, 13 November 2014

APA HUKUM MEMAKAI CADAR MODEL BUTTERFLY?
dijawab oleh Al ustadz Askary hafidzohulloh

Tanya:
Apa hukum memakai cadar model butterfly? Apa butterfly? Model kupu2 terbang.
Jadi kalau akhwat ini jalan, sambil di atasnya seperti ada kupu-kupu sedang terbang, yang menampakkan kedua matanya dan nampak terlihat indah.

Jawab:
Kembali kepada syarat. Apa tujuannya berhijab? Mempercantik diri atau untuk menutupi kecantikannya? Memperindah diri atau untuk menutupi keindahannya?

Sudah kita jelaskan diantara syarat berhijab.
Pakaian itu bukan merupakan hiasan yang memperindah dirinya. Jadi tujuannya berhijab adalah untuk menutupi diri dari perhiasan.
Sehingga tidak boleh ditampakan yang dapat mengundang syahwat kaum lelaki.
Sehingga kalau dia memakai jilbab model...model butterfly, atau mungkin ada lagi model yang baru...model kunang-kunang, model lebah... e biasanya orang-orang seperti ini senang dengan perkembangan model. Tiap tahun ada model baru, ya... Kalau ini terbang dengan butterfly, nanti juga terbang dengan kunang-kunang, yang lain lagi terbang dengan kelelawar, ya....tujuannya adalah hiasan. Maka meninggalkannya lebih afdhal, ya...

Yang penting dia berhijab. Berhijab menutup dirinya. Itu tujuanya, ya...
Kalau ingin berhias, nanti di depan suami, ya... Ambil perhiasan semau mungkin, sebagus mungkin, silakan...na'am.
Adapun kalau seseorang memakainya akhirnya terlihat lebih indah, lebih elok dipandang mata,
maka...meninggalkannya wallohu ta'ala a'lam, ini lebih utama.

Selasa, 23 September 2014

Allah Subhanahu wa Ta'ala mensyari’atkan menyembelih al-udhiyah (hewan kurban) bagi kaum muslimin yang memiliki kemampuan. Hal ini Allah sebutkan dalam firman-Nya:
“Maka dirikanlah shalat karena Rabb-mu; dan menyembelihlah.” (Al-Kautsar: 2)
Di dalam ayat ini yang dimaksud dengan “menyembelih”  adalah menyembelih hewan kurban pada hari nahr (‘Idul Adha dan tiga hari setelahnya).
Pendapat ini dipilih oleh mayoritas ahli tafsir dan dikuatkan oleh Ibnu Katsir.
(Lihat Zadul Masir 6/195 dan Tafsir Ibnu Katsir 8/503)

Makna Udhiyah
Al-Udhiyah adalah bentuk tunggal dari al-adhahi.
▪ Al-Imam al-Jurjani menjelaskan, bahwa
al-udhiyah adalah nama untuk hewan kurban yang disembelih pada hari-hari nahr (Idul Adha dan 3 hari setelahnya) dengan niat mendekatkan diri kepada Allah Ta'ala.
(At-Ta’rifat 1/45)
Siapa istri yang tidak menginginkan punya suami keren yaitu suami yang berusaha selalu berpenampilan baik, menjaga kebersihan tubuh dan berpenampilan rapi dihadapan istrinya. Saya kira keumumam istri menginginkan hal yang demikian.  Sebagaimana suami menginginkan istrinya tampil cantik lagi mempesona. Begitupun istri menginginkan suaminya berpenampilan baik, bersih dan rapi dihadapan istrinya. Namun sangat di sayangkan banyak suami yang menganggap sepele tampil “keren” dihadapan istrinya, tidak perduli dengan penampilannya. Tidak mau dandan untuk istrinya.

Padahal Allah Subhaanahu wata’aala
وَلَهُنَّ مِثْلُ الَّذِي عَلَيْهِنَّ بِالمَعْرُوفِ
“dan Para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma’ruf.”
(Qs. Al-Baqarah : 228)
Berkata Ibnu Abbas ketika menafsirkan ayat diatas :
“Sungguh aku senang berdandan untuk istri, sebagaimana aku senang bila istri berdandan untukku.”
(Silahkan Lihat Tafsir Ibnu Katsir pada ayat diatas)

Rabu, 17 September 2014


بسم الله الرحمن الرحيم


Al Aqiqah adalah hewan kurban yang disembelih untuk bayi yang baru lahir dalam rangka pendekatan diri kepada Allah ta’ala dan sebagai wujud rasa syukur atas kenikmatanNya.
Penamaan Aqiqah diambil dari rambut yang berada di atas kepala bayi. Dinamakan Aqiqah karena hewan yang disembelih bertepatan pada hari dimana rambut bayi tersebut dipotong.

Aqiqah merupakan ibadah yang disyariatkan dalam islam, namun para ulama berbeda pendapat dari sisi hukumnya:

Pendapat pertama:
Mengatakan wajib, ini adalah pendapat yang dipilih oleh Abu Zinad, Al Laits, Adz Dzohiriyah, Imam Ahmad dalam salah satu riwayatnya, dan sebagian ulama yang bermazhab Al Hanabilah, mereka berdalil dengan hadits-hadits yang didalamnya terkandung perintah aqiqah, seperti sabda Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam:

وَمَعَ الْغُلَامِ عَقِيقَتُهُ فَأَمِيطُوا عَنْهُ الْأَذَى وَأَرِيقُوا عَنْهُ دَمًا
"Kelahiran seorang anak itu harus disertai aqiqah, Hilangkan gangguannya (maksudnya cukurlah rambutnya) dan alirkanlah darah (sembelihlah hewan)."
[HR. Ahmad dan Abu Dawud dari shahabat Salman bin Amir radhiyallahu ‘anhu, dishahihkan oleh Syekh Al Albany]

Dan juga berdalil dengan hadits:
كُلُّ غُلَامٍ رَهِينٌ بِعَقِيقَتِهِ
"Setiap anak tergadaikan dengan aqiqahnya”
[HR. Ashab Assunan dari shahabat Samurah bin Jundub, dishahihkan oleh Syekh Al Albany dan Syekh Muqbil_rahimahumallohu ta’ala]

Pendapat kedua:
Aqiqah bukan hal yang disunnahkan, ini adalah pendapat Abu Hanifah dan Ashab Ar Ro'y, mereka berdalil dengan hadits 'Amr bin Syu'aib dari bapaknya dan bapaknya dari kakeknya:

« سُئِلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ الْعَقِيقَةِ فَقَالَ لَا أُحِبُّ الْعُقُوقَ »
"Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam ditanya tentang Aqiqah, maka beliau bersabda: Sesungguhnya aku tidak suka dengan kedurhakaan”
[HR. Ahmad, Abu Dawud dan lainnya, dishahihkan oleh Syekh Al Albany]

Kalau kita lihat kelengkapan hadits ini, justru menjadi hujjah atas mereka;

فقال: لَا أُحِبُّ الْعُقُوقَ وَمَنْ وُلِدَ لَهُ مَوْلُودٌ فَأَحَبَّ أَنْ يَنْسُكَ عَنْهُ فَلْيَفْعَلْ عَنْ الْغُلَامِ شَاتَانِ مُكَافَأَتَانِ وَعَنْ الْجَارِيَةِ شَاةٌ
"Sesungguhnya aku tidak suka dengan kedurhakaan, barangsiapa mendapatkan kelahiran anak kecil dan ingin menyembelih atas anak tersebut hendaknya ia laksanakan, dua ekor kambing yang sama untuk anak laki-laki dan satu ekor kambing untuk anak perempuan."
Didalam riwayat Abu Dawud menunjukan bahwa yang tidak disukai Rasulullah adalah penamaannya yaitu “Aqiqah” bukan pelaksanaan acara aqiqahnya, karena lafadz hadits setelahnya menunjukan bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam menganjurkan pelaksanaan aqiqah.

Pendapat ketiga:
Aqiqah hukumnya sunnah muakkadah (sunnah yang ditekankan pelaksanaannya), ini adalah pendapat jumhur ulama,  mereka berdalil dengan hadits-hadits yang didalamnya terdapat anjuran untuk aqiqah, adapun dalil-dalil yang berisi perintah telah dipalingkan kepada sunnah muakkadah dengan hadits 'Amr bin Syu'aib dari bapaknya dan bapaknya dari kakeknya:

مَنْ أَحَبَّ مِنْكُمْ أَنْ يَنْسُكَ عَنْ وَلَدِهِ فَلْيَفْعَلْ
"Siapa di antara kalian yang ingin menyembelih untuk anaknya, hendaknya ia kerjakan”
[HR. Ahmad, Abu Dawud dan lainnya]
Hadits ini menunjukan adanya anjuran dan pilihan, tidak menunjukan suatu kewajiban yaitu barangsiapa yang tidak ingin melaksanakan aqiqah maka tidaklah berdosa.

Wallohu a'lam dari ketiga pendapat di atas maka pendapat yang kuat dan terpilih adalah pendapat ketiga, bahwa hukum aqiqah adalah sunnah muakkadah, dan pendapat ini juga yang dipilih oleh Syekhuna Abdurrohman Al ‘Adeny – hafidzahulloh ta’ala.

Catatan:
Berkata Syekhuna Abdurrahman Al ‘Adeny hafidzahullah ta’ala:
"Tidak mengapa kalau seseorang berhutang dalam rangka melakukan sunnah aqiqah anaknya, apabila dia bersungguh-sungguh dalam melunasi hutangnya maka Allah akan membantunya, berkata Al Imam Ahmad - rohimahulloh:
"Barangsiapa tidak memiliki uang untuk hal tersebut (aqiqah) kemudian dia berhutang maka aku berharap semoga Allah ta'ala membantu melunasinya karena dia telah menegakkan sunnah".

Pelaksanaan aqiqah itu lebih utama daripada bershadaqah dengan uang seharga kambing aqiqah, karena pada aqiqah terdapat padanya pahala shadaqah dan wujud rasa syukur dan penebusan (karena bayi yang baru lahir ibarat sesuatu yang tergadaikan yang ditebus dengan aqiqah sebagiamana yang telah lalu penjelasannya).

Masalah: Berapa jumlah kambing yang disembelih untuk bayi laki-laki dan bayi perempuan dalam pelaksanaan aqiqah?
Para ulama berbeda pendapat....
(Bersambung insya Alloh)

#CATATAN PENTING !!!
Abdurrahman Al Adeny sekarang sudah MENYIMPANG sebagaimana yang difatwakan oleh para ulama kibar

[ditulis oleh Abu ‘Ubaidah Iqbal bin Damiri Al Jawy_6 Muharam 1435 H/9 Nov 2013_di Darul Hadits Al Fiyusy_Harasahallah ]

sumber: WA Forum Berbagi Faidah. Dikutip dari WA Thullab Al fiyusy via SLN.
Nasihat Emas Al Ustadz Muhammad As-sewed hafizhohulloh

Makna Al-Ukhuwah adalah hendaknya kita saling merasakan..ketika saudara kita sakit, maka kita berupaya untuk mengobatinya.
SEPERTI SATU TUBUH..

Dan jangan dilupakan, termasuk didalamnya adalah ketika saudaranya
SAKIT MANHAJ..
SAKIT AGAMA..
TERTULAR dengan berbagai macam prinsip-prinsip Bid'ah..
Prinsip Dholalah..
Prinsip Hizbiyyah..
Kita pun berupaya bagaimana mengobati mereka..
Bagaimana menyembuhkan mereka..

✔Inkar munkarnya Ahlussunnah merupakan bentuk "RAHMAH"..
Bahkan,
Kita lebih sayang dari ibu bapaknya..
Karena kita menjaga mereka dari api neraka..

Adapun "SYETAN BISU"..
Saudaranya salah, Dia DIAM..
Saudaranya keliru, Dia DIAM..
Saudaranya menyimpang jauh, Dia DIAM..
Saudaranya terjerumus kedalam lubang penyimpangan & kesesatan,  Dia pun DIAM..
Itulah,
UKHUWAH hizbiyyah..
UKHUWAH ikhwaniyyah..
Yang memecah belah ummah..
Untuk SALING DIAM,
Tidak mau menyalahkan..

🌏 WA Forum Berbagi Faidah.
Ditulis oleh: Al-Ustadz Abu Usamah Abdurrahman

Inilah untaian doa sekaligus peringatan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam di atas ranjang kematian beliau.
Doa dengan kata-kata yang sarat makna dan sebuah ungkapan yang mengandung luapan kasih sayang, “Ya Allah, jangan jadikan kuburku berhala.”1 Sebuah bentuk semangat yang tinggi dan kasih sayang yang dalam terhadap umatnya. Hal ini telah dijelaskan oleh Allah Subhanahu wa ta’ala:
“Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin.” 
(At-Taubah: 128)

artinya beliau sangat menginginkan (bersemangat) atas kalian. Kata Ibnu Katsir rahimahullah, yakni bersemangat untuk membimbing kalian dan menyampaikan manfaat dunia dan akhirat kepada kalian. Abu Dzar Radhiyallahu ‘anhu mengatakan: “Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam telah meninggalkan kita dan tiadalah seekor burung yang mengepakkan sayapnya di udara melainkan beliau telah menyampaikan ilmunya.”
Bahkan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Tidak ada sesuatu yang mendekatkan kepada surga dan menjauhkan dari neraka melainkan telah disampaikan kepada kalian.” (Lihat Tafsir Ibnu Katsir, 2/425)

Selasa, 16 September 2014

Sebelumnya baca ini dulu:
 audio tanya jawab terkait rujuknya ust. Dzulqarnain
Link di atas adalah jawaban ust. Muslim hafidzahullah terkait pertanyaan seputar rujuknya ust. Dzulqarnain.
dalam pernyataan rujuknya tersebut masya Alloh bagus, beliau mengakui kesalahan2 yang ada pada beliau dan bertaubat darinya.
namun, apa yang ada sekarang....Allohul musta'an
Lenyap sudah link pernyataan rujuk ust. Dzulqarnain hadahullah.
http://dzulqarnain.net/kalimat-rujuk-dan-penjelasan.html

Maka benarlah tahdzir Syaikh Robie' hafidzahullah bahwa beliau adalah seorang yang La'ab Makir Mutalawwin
semoga Alloh subhanahu wata'ala menjaga Asatidzah Ahlussunnah dan segenap Salafiyin dari sifat yang demikian, dan semoga Alloh subhanahu wata'ala mengokohkan Asatidzah Ahlussunnah dan segenap Salafiyin di atas Al Haq.
aamiin

silakan baca: kenapa-kita-tidak-mengakui-taubatnya-dzulqarnain
Allahul musta'an
Sabar merupakan anugerah besar yang Allah berikan kepada seorang hamba. Siapa yang meraihnya berarti telah mendapatkan sesuatu yang besar dalam kehidupannya.

Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wasallam  bersabda,
وَمَا أُعْطِيَ أَحَدٌ مِنْ عَطَاءٍ خَيْرٌ وَأَوْسَعُ مِنَ الصَّبْرِ

“Dan tidak ada sebuah anugerah yang lebih baik dan lebih besar bagi seseorang daripada kesabaran.”

(HR. Muslim no. 1053, dari sahabat Abu Sa’id al  Khudri)

Shahabat Umar bin al Khaththab Radhiyallaahu 'anhu berkata,
“Dengan kesabaran, kami dapat merasakan lezatnya kehidupan.”

(Shahih al Bukhari, bab ash-Shabru ‘an Maharimillah)


Dalam ranah kehidupan beragama, para ulama mengklasifikasi sabar menjadi tiga:
1. Sabar di atas ketaatan kepada Allah Ta'ala, dengan selalu mengerjakan segala perintah-Nya.
2. Sabar dari perbuatan maksiat, dengan selalu menahan diri dari segala yang dilarang oleh Allah Ta'ala.
3. Sabar atas segala musibah yang menimpa.

(Lihat Qaidah fish Shabr karya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah hlm. 90-91, Syarh Shahih Muslim karya al Hafizh an Nawawi 3/101, Madarijus Salikin 2/156, dll.)

Betapa mulianya orang-orang yang mampu menjalankan kesabaran dalam hidupnya.

Sungguh Allah Ta'ala telah berseru kepada mereka,
وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ

“Dan berikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang bersabar.”
(Al-Baqarah: 155)


أُولَئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ

“Mereka itulah orang-orang yang mendapatkan barakah yang sempurna dan rahmat dari Rabb mereka (Allah), dan mereka itulah orang-orang yang mendapatkan petunjuk (dari Allah, pen.).”
(Al-Baqarah: 157)

Semoga Allah Ta'ala menganugerahkan kesabaran dalam kehidupan kita dan menggolongkan kita termasuk hamba-hambaNya yang senantiasa bersabar.
Amiin.. Yaa Mujibas sailiin.

WA Forum Berbagi Faidah. Dikutip dari WA Miratsul Anbiya via grup IS 1
Nasehat Ustadz kita Al-Ustadz Muhammad Umar As- Sewed Hafizhahullohuta'ala.Berkenaaan dengan kita sebagai seorang salafy bergaul dengan orang umum atau orang awam.

Nasehat ini kami nukil ambil dari nasehat beliau yang ditujukan oleh beliau khusus untuk tim AhMed (Ahlussunnah Medis) yang waktu itu datang bersilaturahmi ke rumah beliau untuk menyampaikan masalah pembentukan AhMed dan kemungkinan pendirian klinik di Pondok adh-Dhiya, termasuk menyampaikan informasi tentang adanya tawaran kerjasama yang pernah datang dari pihak-pihak luar berkenaan dengan pendirian klinik tersebut.

dan disela-sela pembicaraan tersebut, sebagai "closing statement" alias kesimpulan akhir, Ahmed team sengaja meminta beliau untuk memberikan nasehat.

Maka inilah transkrip dari nasehat beliau yang sudah kami tulis. Dan transkrip ini sudah kami sampaikan kepada Al-Ustadz Muhammad bin 'Umar As-Sewed -hafidzahullah- dan beliau menyetujuinya.
Maka inilah nasehat beliau, selamat menyimak dan semoga bermanfaat.
Beginilah seharusnya bermuamalan dan berakhlaq salafyun kepada masyarakat

Uraian isi kajian dibawah ini insyaAllah, diantaranya.: 

* Jenis Bashiroh dalam berdakwah, ilmu tentang materi yang disampaikan dan ilmu tentang mad'u

* Salafi harusnya orang yang paling pertama dalam kebaikan di masyarakat

* Ucapkan dan tebrkan salam

* Jangan membuat aneh dan memperaneh dakwah salafi di tengah masyarakat

* Beradab dan berakhlak yang baik dengan masyarakat.

* Hal yang sepele bisa jadi hal yang besar bagi masyarakat agar dakwah tidak ada kendala di masyarakat.

* Bermuamalah dengan  masyarakat yang tentunya tidak melanggar aturan aturan syar'i.

Berikut ini pembahasan lugas jelas dan penuh makana yang disampaikan oleh ustadz kita,:
Al-Ustadz Luqman Ba'abduh Hafizhahulloh ta'ala.

Semoga bermanfaat.

sumber: WA PECINTA AL-HAQ

📥 Silahkan unduh file audio dibawah ini
(link menyusul)
[Asy-Syaikh Muhammad bin Sholeh al-'Utsaimin rahimahullah]
Soal:
Apa pendapat yang mulia tentang seseorang yang memberi nama putranya dengan nama-nama yang tercantum dalam Alquran, seperti Afnan, Amtsal atau Bayan?

Jawab:
Tak mengapa memberi nama putra-putrinya dengan kata-kata yang diambil dari Alquran. Kecuali yang terlarang secara asalnya, seperti Abrar (orang baik). Tidak boleh menggunakannya sebagai nama. Karena dahulu Nabi shallallahu alaihi wasallam merubah nama Barrah (orang baik) menjadi Zainab dan Juwairiyah.

Demikian juga Bayan. Tidak boleh menggunakannya sebagai nama. Karena Bayan adalah Alquran, sebagaimana firman-Nya,
(هذا بيان للناس)

"Alquran ini adalah bayan (penjelasan) bagi manusia." [Ali Imran: 138]

Barang siapa yang bernama Bayan, hendaknya menggantinya.

(( Liqo'atul Babil Maftuh: 276 ))

Faedah tambahan:

Tidak boleh memberi nama dengan nama semisal Abrar (orang baik) dan Nashiruddin (penolong agama) dikarenakan mengandung tazkiyah/merekomendasi diri sendiri.

Wallahu a'lam

sumber: WSI

Senin, 15 September 2014

Faedah dari Al Ustadz Muhammad As Sewed HafizhahullahTermasuk DAKWAH TAUHID dan DAKWAH SUNNAH adalah menerangkan bahaya dari lawannya.

~Kalau menerangkan TAUHID, harusnya menerangkan juga bahayanya musyrikin.
~Kalau menerangkan SUNNAH, harusnya menerangkan juga bahayanya bid'ah dan ahlul bid'ahnya.
~Dakwah Sunnah akan sempurna kalau diiringi dengan penjelasan tentang ahlul bid'ah.

Dari Akh Ali Hasan Jayapura
Whatsapp Ittibaus Sunnah
(Disampaikan pada tanggal 8 Juni 2014 di Merauke)
oleh Al-Ustadz  Abu Yasir Wildan hafidzahullah
" BAGAIMANA MENYIKAPI FITNAH DAN SYUBHAT YANG ADA DI TENGAH-TENGAH UMMAT ? "
Masjid Adhwa`us Salaf Bandung |  Sabtu, 20 Syawwal 1435 H/ 16 Agustus 2014 Ba'da Shubuh

Jerat syaitan kepada manusia adalah melalui Syahwat dan Syubhat. Perkara syahwat mudah dikenali adapun syubhat (perkara yg tersamar) maka kita perlu meminta bimbingan para ulama.
Diantara sebab tersebarnya fitnah (sebagaimana disebutkan oleh Asy Syaikh Hani bin Braik hafidzahullah) ada 2:
✔TIDAK TERANG-TERANGAN DALAM MEMBELA AL-HAQ.
    Takut ketika membela alhaq.. nanti akan dikucilkan, dsb.
✔ MENGAKHIRKAN PENJELASAN PADA WAKTU YANG DIBUTUHKAN
    (ta`khiiru al bayan 'ala wakti al haajah).
Sehingga fitnah menjadi terlanjur tersebar dan susah untuk memadamkannya.

Tahdzir Syaikh Ubaid Aljabiri hafidzahullah terhadap Syaikh Al Imam yang mengadakan perjanjian dengan Hutsyi Syi`ah Rafidhah.
Maka yang menyelisihi syari'ah bukanlah masalah perjanjiannya tapi pada isi dari perjanjian tersebut.

Mengetahui fitnah adalah termasuk dari ilmu. Adapun syubhat "jangan sibuk dengan fitnah tapi sibukkan dengan ilmu, tidak usah mempedulikannya..." maknanya adalah : DIAM DARI KEBENARAN dan akan mementahkan fatwa para ulama..

Kita harus menghormati, mengikuti dan mengembalikannya kepada fatwa ulama.  Penting bagi kita untuk mengetahui kejelekan bukan untuk melakukannya tapi agar kita tidak terjerumus kedalam kejelekan tersebut.

Kita mengikuti Tahdzir ulama terhadap Dzulqarnain bahwa sebagaimana Fatwa Syaikh Robi' hafidzahullah bahwa dia MLM (Mutalawwin, La'ab dan Maakir yamsyii 'ala thoriqotil halaby). Bukan hanya Dzulqarnain saja tapi juga ORANG YANG BERSAMANYA agar kita menghindari, tidak mendekati, dan memperingatkan yang lain dari bahayanya..

Wallaahu 'alam..
WA Forum Berbagi Faidah

Jumat, 05 September 2014

Bismillahirrohmanirrohim. o
menjawab tahdziran farhan aceh thdp syaikh hani dan ustadz luqman ba abduh
MENJAWAB TAHDZIRAN FARHAN ACEH
TERHADAP ASY SYAIKH HANI’ BIN BURAIK & USTADZ LUQMAN BA’ABDUH
Pengantar
Telah kita ketahui bersama pada makalah yang lalu bagaimana Asy Syaikh Abdul Hadi (sahabat dekat Syaikh Utsman As Salimi) mengaku mendapatkan tugas untuk membela para ikhwah di sini (para MLM & ustadz Dzulqarnain maksudnya) yang kemudian berujung pada keluarnya tahdzir beliau terhadap Al Ustadz Luqman yang setelah disingkap bukti-buktinya ternyata tidak lebih dari tahdziran senjata makan tuan berikut bukti nyata bahwa acara daurah beliau  diselenggarakan di markas besarnya orang-orang yang memang menentang tahdziran Asy Syaikh Rabi’ terhadap Al Ustadz Dzulqarnain dan bahkan menikam secara khabits langkah mengikuti bimbingan Ulama Kibar semisal Asy Syaikh Rabi’ sebagai jalan kesesatan (baca: khuruj ’anil haq) sembari menunggu kematian beliau!!! Allahumma…

Kamis, 04 September 2014

1. Masjid Al-Mujahidin Jakarta,   Al Ustadz Muhammad bin Umar as Seweed Hafizhahullah
Tambahan
# Lamudduril Mantsur Ustadz Muhammad as Seweed Download
# Tausiyah Shubuh Mushola an Nuur Limo Ustadz Muhammad as Seweed Download
# Tanya Jawab Download
. 

2. Pondok Darussalam Wonogiri,  Al Ustadz Muhammad Afifuddin as Sidawy Hafizhahullah
Sesi 2 TJ~ Download di Sini
.





3. Masjid Ikhtiar PerumDos Tamalanrea Makassar
Dauroh Makassar-syawal1435HHari Sabtu, 27 Syawal 1435H
# Tausyiah Ba’da Maghrib – Al Ustadz Abu Ishaq Muslim ~ Download
# Sesi 1 Mukaddimah – Al Ustadz Shobaruddin ~ Download
# Sesi 2 Tentang ISIS – Al Ustadz Abu Karimah Askari ~ Download
# Sesi 3 Nasehat Rumah Tangga – Al Ustadz Abu Dhiyah Kamal ~ Download
Hari Ahad, 28 Syawal 1435H
# Sesi 4 – Nasehat Untuk Kaum Muslimin-1 – Al Ustadz Abu Ishaq Muslim ~ Download
# Sesi 5 – Nasehat Untuk Kaum Muslimin-2 – Al Ustadz Abu Ishaq Muslim ~ Download
# Sesi 6 - Nasehat Untuk Kaum Muslimin-Tanya Jawab – Al Ustadz Abu Ishaq Muslim ~ Download
.
4. Masjid asy Syifa RSUD Kariadi Semarang  Hari Ahad 28 Syawal 1435H
Dauroh Semarang-syawal1435H (1)#Sesi 1  Lum’atul I’tiqad Ustadz Syafruddin Download
# Sesi 2 Lum’atul I’tiqad Ustadz Syafruddin Download
# Sesi 2 TJ Lum’atul I’tiqad Ustadz Syafruddin Download
.





6. Masjid al Furqan Karawang
Dauroh Karawang# Mengenal Sifat-sifat Khawarij Ustadz Shalehuddin Download Audio di Sini
# Nasehat Untuk Bersabar Ustadz Shodiqun Download Audio di Sini
.





7. Masjid al Falah Pemekasan, Madura
Dauroh Madura# Sesi 1 – Sikap Seorang Muslim Terhadap Seruan Jihad dan Isu ISIS ~ Download Audio di Sini
# Sesi 2 - Sikap Seorang Muslim Terhadap Seruan Jihad dan Isu ISIS ~ Download Audio di Sini
.




————————————————————————————
Sumber : Dari berbagai Sumber Jazaahumullahu Khairaa
Kembali Ke Ulama Besar
(Nasehat terkait tahdzir syaikh Utsman As salimi hafidzahullah kpd ust. Luqman hafidzahullah)

oleh Al Ustadz Abu Ishaq Muslim al Atsary hafizhahullah
“علينا بالكبار”

Ikhwati fillah,
Alhamdulillah dengan nikmat, karunia dan anugerah-Nya Allah memilih kita semua sebagai Salafiyyun, maka bagi kita semua untuk berpegang dengan petunjuk agamaNya nabiNya Muhammad صلى الله عليه وسلم dan diantara petunjuknya untuk bersama mereka para ulama kibar karena dengan bersama mereka kita dapatkan keberkahan sehingga mafhumnya kalau kita menyelisihi mereka kita tidak memperoleh dan mendapatkan keberkahan barakallahufikum.

MENJAWAB SYUBHAT & TUDUHAN KEJI TERHADAP SEGENAP ASATIDZAH AHLUSSUNNAH INDONESIA & KEGIATAN TAHUNAN DAURAH MASYAIKH DI MA’HAD AL ANSHOR JOGYAKARTA:
VETERAN AJANG  POLITIKUS & REUNI MANTAN LJ!!!!

Walhamdulillah untuk kesekian kalinya telah usai rangkaian daurah Miratsul Anbiya yang kegiatannya berpusat di Masjid Agung Bantul dan di Ma’had Al Anshor Joyakarta yang langsung dibawah bimbingan Asy Syaikh Rabi’ dari sejak awalnya diselenggarakan. Namun demikian, upaya pembusukan dan penyebaran syubhat serta fitnahan  ternyata masih terus disebarluaskan.
Berikut yang masih disebarluaskan:
fitnahan dan tuduhan keji yang masih terus disebarluarkan
Gambar 1. Screenshot fitnahan dan tuduhan keji yang masih terus disebarluarkan

Hal mana menunjukkan bahwa daurah masyaikh yang secara rutin tiap tahun diadakan dari sejak awalnya dibawah arahan dan bimbingan Asy Syaikh Rabi’ dan masyaikh sunnah lainnya – walhamdulillah – dicap dan dituding secara jorok hanya sebagai ajang reuni mantan LJ dan ajang politik!!!! Sungguh ini adalah kedustaan yang sangat nyata!!

Selasa, 02 September 2014

Asy-Syaikh al-’Allamah al-Muhaddits Muqbil bin Hadi al-Wadi’i hafizhahullah
Pertanyaan : Apa Hukum Hormat Bendera yang ada di Madaris dan Militer?

السؤال: ما حكم تحية العلم الموجودة في المدارس والعسكرية ؟


✔Jawab :
Hormat Bendera termasuk salah satu kemunkaran dari berbagai kemunkaran yang ada.
Wajib atas para pejabat penanggung jawab untuk merubahnya.
Wajib pula atas para ahlul ilmi untuk mengingkarinya. Karena itu merupakan bentuk penghormatan.
Sementara penghormatan itu untuk Allah Subhanahu wa Ta’ala kemudian juga untuk kaum muslimin.
Ini (hormat bendera) juga termasuk perbuatan taqlid (membebek) kepada para musuh Islam.
Kalau saja para musuh Islam itu mengatakan, “tidak ada hormat bendera”, niscaya kamu lihat teman-teman kita itu (yakni kaum muslimin yang membebek kepada para musuh Islam tersebut, pen) juga akan meninggalkannya.

Namun memandang perbuatan tersebut (hormat bendera) tidak sampai kepada kesyirikan.
Kecuali

Ibnul Qayyim rahimahullah berkata,

"Membaca satu ayat saja namun dengan tafakkur dan upaya memahaminya,
☑ lebih baik daripada membaca (al-Qur'an) sampai khatam namun tanpa tadabbur dan upaya memahaminya,

☑ dan lebih bermanfaat bagi hati, serta lebih mengantarkan kepada memperoleh iman, juga merasakan manisnya Al-Qur'an."

(Miftah Daris Sa'adah I/553)

Dari apa yg kedua telinga saya mendengarnya langsung dan hati saya mengingatnya pada malam yang penuh barakah ini dari Syaikhuna Al-’Allaamah Muhammmad bin Ali Adam Al-Atsyuby hafizhahullah.

Ketika itu saya disamping syaikhuna di Masjidil Haram, antara maghrib dan Isya, lalu ada seorang ikhwah yg datang dari daerah timur.

Dia bertanya kepada Syaikhuna tentang Asy-Syaikh Robi’ al-Madkholy. Maka jawaban Syaikh diantara yg beliau ucapkan kepadanya :
”Asy-Syaikh Robi’ seorang alim. Termasuk imam-imam Salaf di masa ini, dan membela akidah salaf dan saya mencintai beliau dan beliau mencintai saya.

Dan saya menggelari beliau sebagai Syu’bah-nya zaman ini, kalian mengenal Syu’bah bin Al-Hajjaj. Asy-Syaikh Robi’ itu Syu’bahnya zaman ini.

Dan orang-orang yg mencela beliau, yang menyifati kalau beliau terlalu keras, maka beliau memiliki pendahulu dari kalangan para ulama salaf. Dan tidaklah memusuhi beliau kecuali orang-orang yg menyimpang.”

Dan juga, apa yg beliau katakan kepada penanya : ”Pergilah kepada As-Syaikh Robi’ dan ucapkan salam kepada beliau dan katakanlah : ”Aku telah bertanya kepada Muhammad ‘Ali Adam tentang diri Anda, dan beliau berkata kepada saya : ”Asy-Syaikh Robi’ itu Syu’bah-nya zaman ini.”

Sabtu sore, 7 Ramadhan mubaarak di Masjidil Haram 1435 H.
Dinukil dari Akh Nashir Baarubas.

http://www.sahab.net/forums/index.php?showtopic=145139#entry693328
Alih Bahasa : Ustadz Abu Hafs Umar al Atsary
Sumber: http://forumsalafy.net/?p=4462
(ditulis oleh: Al-Ustadz Muslim Abu Ishaq Al-Atsari)
Isti’adzah
Isti’adzah adalah bersandar kepada Allah Subhanahu wa ta’ala dan mendekat ke sisi-Nya, untuk berlindung dari kejelekan setiap makhluk yang memiliki kejelekan. ‘Iyadzah itu untuk mencegah kejelekan.
Setelah beristiftah, sebelum membaca Al-Qur’an dalam shalat, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca ta’awudz (memohon perlindungan) kepada Allah Subhanahu wa ta’ala terlebih dahulu dengan mengucapkan:
أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ، مِنْ هَمْزِهِ وَنَفْخِهِ وَنَفْثِهِ
“Aku berlindung kepada Allah dari setan yang terusir/dijauhkan (dari rahmat1) dari was-wasnya2, dari kesombongannya, dan dari sihirnya.”3 (HR. Ibnu Abi Syaibah dalam Al-Mushannaf 1/92/1, Ath-Thabarani dalam Al-Kabir 1/78/2, dari Jubair ibnu Muth’im radhiallahu ‘anhu, dishahihkan dalam Irwa’ul Ghalil hadits no. 342)

Terkadang dalam ta’awudz tersebut, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menambah dengan:
أَعُوْذُ بِاللهِ السَّمِيْعِ الْعَلِيْمِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ، مِنْ هَمْزِهِ وَنَفْخِهِ وَنَفْثِهِ
“Aku berlindung kepada Allah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui dari setan yang terusir/dijauhkan dari rahmat, dari was-wasnya, dari kesombongannya, dan dari sihirnya.” (HR. Abu Dawud no. 775, dan lainnya, dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiallahu ‘anhu dengan sanad yang hasan sebagaimana dalam Irwa’ul Ghalil pembahasan hadits no. 342)
 Al-Imam Ahmad rahimahullah dalam Masa’il Ibni Hani’ (1/51) menyatakan, sepantasnya tambahan ini diucapkan sesekali.

Senin, 01 September 2014

✔Tanya Jawab Bersama Al Ustadz Muhammad As Sewed  hafidzohulloh di mushola An Nur Limo, Depok.
Tentang Gembong MLM Ayub Abu Ayub dan Cahyo (Muhammad Yahya) Serta Penjelasan tentang Dzul Akmal Riau
____________
Bagaimana taklim di Masjid Fatahillah yang mengisi Ustadz Ayub (dan) Cahyo apa boleh diikuti?

Jawaban:
Ustadz ayub itu bersama dzulqornain.. Saya sudah ucapkan berkali–kali..

ومن مع؟ ومن معه؟
العالم فاهم ... اللذيب ...

"Wa man ma'a, wa man ma'ahu. Al 'aalim faahim, alladziib..."
Pasti akan paham, apa yg dimaksud, bahwa dia bersamanya...

BAHKAN KETIKA BERTANYA KEPADA ABDUL HADI (AL UMAIRY -Pentranskrip.) TENTANG USTADZ LUQMAN, YANG BERTANYA ITU SUARA..... SUARANYA DIA,
SAYA TAHU ITU..

Saya sedih, karena saya... bukan, bukan benci secara pribadi..
Mereka, Masya Alloh, saya harapkan semoga dapat hidayah..
Tetapi na’udzubillah, kejelasan dari para ulama.. tidak berpengaruh sama dia sama sekali, pokoknya...pokoknya...

Wallohu ta’ala a’lam, Apa tertipu? atau ada keuntungan? Atau dua-duanya?
Wallohu Ta’ala a’lam bish showab.

Adapun cahyo saya tidak tahu. Kenapa saya tidak tahu.. Terakhir dia menyatakan bahwa dia berlepas diri dari mereka semuanya..
Perkembangan terakhir, antum yang lebih tahu kaya apa..
Wallohu ta’ala a’lam.


____________
Bagaimana dengan Ustadz Dzul Akmal ?


Jawaban:
Ikhwani fid diin a'azzakumulloh…
Ketika dia pulang disuruh untuk membacakan taubatnya, dia tidak seperti dzulqornain,..
Yang menunda-nunda, nunda-nunda, cari kesempatan yang PAS..
baru kemudian dibacakan ketika orang-orang sedang sibuk dengan daurohnya, sedang bicara dauroh, baru dia ngomong. Itu pun tidak dibuktikan oleh dia...

Tapi dzul akmal membacanya, langsung.. Bahkan dengan, waktu itu dengan Ustadz Luqman, dan sudah terjadi, eee.....ma'af-ma'afan sama mereka, Masya Alloh.

Sehingga pertanyaannya sekarang, apakah dia masih bersama dzulqornain?
Maka berarti masih belum benar taubatnya.

Atau dia hanya ingin ketemu syeikh fulan, ternyata syeikh fulan nggak ada... Sehingga, akhirnya bertemu dengan mereka.

Ini ikhwani fid diin a'azzakumulloh ini yang perlu kita pertanyakan...
Insya Alloh, tidak akan samar keadaannya, bersama berjalannya waktu...

Ditranskrip oleh Ikhwan
〰〰〰〰〰〰〰〰
WA Forum Berbagi Faidah. Dikutip dari WA Ittiba'us Sunnah

download audio
http://www.mediafire.com/listen/8b2uvraolyqia3c/kaifa_dzulain.mp3

Kamis, 21 Agustus 2014


Rujuk Kepada Kebenaran adalah Ciri Ahlus Sunnah**
(Kata Pengantar Buku Meredam Amarah Terhadap Pemerintah)
oleh Al Ustadz Muhammad Umar As Sewed

Dakwah Salafiyyah sejak dulu tidak pernah terikat dengan pribadi manapun kecuali Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassallam. Dakwah Salafiyyah juga tidak pernah terikat dengan organisasi apapun. Dakwah ini hanya terikat dengan Al Quran dan As Sunnah di atas pemahaman para shahabat radiyallahu ‘anhum dan seluruh Salafus Shalih yang dibawa para Ulama Ahlus Sunnah.

Pengikut dakwah Salaf Ahlussunnah wal Jamaah adalah orang-orang yang paling bersemangat untuk mengkaji ilmu dan mengamalkannya di atas sumber-sumber tersebut. Karena itu, mereka senantiasa berjalan di atas ilmu dan bimbingan para ulama.

Namun para Salafiyyun (pengikut dakwah Salafiyah) bukanlah orang-orang yang ma’shum yang terbebas dari kesalahan. Mereka sangat mungkin untuk tergelincir dalam berbagai kesalahan dan penyimpangan Dan sebagai realisasi dari sikap tunduk mereka di hadapan kebenaran, setiap terjadi penyimpangan dari jalan yang lurus atau penentangan terhadap ulama, segeralah mereka saling mengingatkan dan meluruskannya. Sehingga kritik, koreksi, teguran, atau bantahan ilmiah adalah sesuatu yang sangat wajar dalam sejarah perjalanan dakwah ini. Sebaliknya sikap taqlid, membebek dan ikut-ikutan sama sekali tidak dikenal oleh Ahlussunnah dan Salafiyyun.

Rabu, 20 Agustus 2014

Tuduhan "JAHIL"
Ya, apa yang kami ketahui sangat sedikit bila dibandingkan dengan apa yang belum kami ketahui, karena itu kami terus tholabul ilmi..

Tuduhan "PENYEBAR AIB"
Ya, kalo aib manhaj memang harus disebar supaya umat waspada dan tahu bahayanya. Ini yang dinasehatkan oleh para ulama..

Tuduhan "MENCAMPUR ADUKAN URUSAN PRIBADI DAN MANHAJ"
Tolong dirinci mana urusan pribadi, dan mana urusan manhaj. Kalo urusan manhaj dianggap urusan pribadi, berarti anda belum faham dengan manhaj salaf..

Persoalan Ihyaut Turots (IT), ali alhalaby, abul hasan, ibrohim ar ruhaily dll, yahya alhajury, radio rodja, dzulqarnain grup termasuk harits aceh dan org2 yang lembek dlm manhaj ( mumayyi'iin) adalah persoalan MANHAJ yang membahayakan dakwah salafiyyah..

Apakah ketika kami mengikuti arahan ulama dalam semua persoalan diatas, dianggap jahil, menyebarkan aib, dan mencampur adukan urusan pribadi dan manhaj??, dimana otak anda diletakkan?!!.

Apakah salah ketika kami ingin mendapatkan kejelasan bersikap dan bimbingan yang jelas dari orang yang kami hormati sebagai guru kami, terkait beberapa persoalan diatas?!!.

Jangan lempar batu sembunyi tangan,
"jauhi fitnah, jangan sibukkan dengan fitnah, ini bukan kapasitas kalian, belajar, belajar..hafalan qur'an kita masih sedikit, baca alquran aja belum benar..
dan bla...bla..bla...".

Beginikah caranya membimbing kami dalam manhaj?!,
Beginikah cara membimbing kami dalam menghadapi fitnah?!,

✔Kenapa berat untuk menyampaikan kepada kami fatwa dan bimbingan para ulama!!!, sehingga kami pun tenang..

✔"Kami lebih memilih sebagai orang yang jahil tetapi salafy, daripada thalabul ilmi atau 'alim tetapi mubtadi'."


Hasilnya kami yang berjuang ingin menyelamatkan manhaj harus dituduh sebagai pembuat masalah, tersangka utama sebagai pemicu keributan..
Wallohul musta'aan

Kami tidak akan kompromi dan akan tetap tegas dalam urusan manhaj sesuai dengan bimbingan para ulama dan asatidzah yang lurus manhajnya, kebatilan harus diingkari!

Kami yakin siapapun yang bermain-main dalam manhaj ini dia pasti akan terpelanting..

Kami memohon kepada Alloh Ta'ala kekokohan, keistiqomahan dan kesabaran...

Ya Alloh Ya Kariim..Tampakkan di hadapan kami kebatilan sebagai sebuah kebatilan dan jauhkan kami darinya, sebagaimana Engkau tampakkan kepada kami kebenaran sebagai sebuah kebenaran dan dekatkan kami padanya..


Faidah dari Al-Ustadz Abu Hamzah Yusuf hafidzahullah

* Mumayyi'= lembek dalam manhaj, seperti kaum ikhwani-surury.

WA Forum Berbagi Faidah

Senin, 18 Agustus 2014

Penanya:
Pertanyaan tentang Dzulqarnain.

Asy-Syaikh Hani hafidzahullah:
Dzulqarnain, pembahasan tentangnya telah berakhir bagi kita dan bagi Masayikh kita, dan tidak ada sesuatu yang baru. Dan saudara-saudara kalian dan asatidzah telah menjelaskan perkataan Masyayikh, maka sepantasnya kalian menjauhinya.

Dan Dzulqarnain sangat disayangkan kalian semua mengetahui sejak saya berusaha mendekatkannya sejak keluarnya perkataan guru kita Syaikh Rabi’ yang pertama yang menjelaskan bahwa dia memiliki makar seperti makar Ali Al-Halaby, yaitu suka melakukan tipuan, dia menampakkan taubat dan menampakkan rujuk, menampakkan bahwa dia bersama Ahlus Sunnah, namun dari belakang teman-temannya menampakkan kecintaan, menampakkan ucapan, berbagai isu yang disebarkan, penyelisihan, dan hubungannya dengan sebagian orang-orang yang penuh syubhat dan mendatangi orang-orang yang terkena syubhat dan orang-orang yang tidak jelas.

Rabu, 13 Agustus 2014

PENGANTAR DARI ASY-SYAIKH RABI’ AL MADKHALI
terhadap 
BANTAHAN ASY-SYAIKH ARAFAT
TERHADAP SYAIKH MUHAMMAD AL-IMAM
بسم الله الرحمن الرحيم
:الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن اتبع هداه؛ أما بعد
Saya telah membaca apa yang telah ditulis oleh Asy-Syaikh Arafat bin Hasan Al-Muhammady tentang khutbah yang menegaskan atau menguatkan “perjanjian” bathil yang telah berlangsung antara Muhammad Al-Imam dan Rafidhah Hutsiyun yang merupakan musuh-musuh Kitab Allah, sunnah Rasul-Nya, musuh para Shahabat yang mulia, serta musuh Ahlus Sunnah. Hal itu sudah merupakan sifat Rafidhah sepanjang sejarah Islam. Ini adalah perkara yang diketahui oleh para ulama Ahlus Sunnah dan para penuntut ilmu, bahkan banyak kaum Muslimin yang awam. Sedangkan Muhammad Al-Imam sangat mengetahuinya dengan jelas. Kitab-kitab Rafidhah penuh dengan celaan mereka terhadap para Shahabat Rasulullah, mengkafirkan mereka, mengkafirkan Ahlus Sunnah, mengubah-ubah Al-Qur’an, tidak mengakui sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi was sallam yang tertulis dalam Ash-Shahihain (Shahih Al-Bukhary dan Shahih Muslim –pent) dan kitab-kitab As-Sunnah yang lainnya.

Diantara ucapan mereka adalah apa yang dikatakan oleh seorang Rafidhah zindiq yang bernama Ni’matullah Al-Jazairy tentang Rafidhah:  
“Kita tidak akan pernah bersatu dengan mereka –maksudnya Ahlus Sunnah– dalam hal sesembahan, nabi, dan imam. Hal itu karena mereka menyatakan bahwa Rabb mereka adalah yang mengutus Muhammad sebagai nabi, dan khalifah setelahnya adalah Abu Bakar. Sedangkan kita tidak mengakui Rabb yang seperti ini dan tidak pula mengakui nabi tersebut. Bahkan kita menyatakan bahwa Rabb yang khalifah yang menggantikan nabi-Nya adalah Abu Bakar maka Dia bukanlah Rabb kita, dan nabi tersebut bukanlah nabi kita.” (Al-Anwaar An-Nu’maniyyah, II/278)

Muhammad Al-Imam sangat mengetahui perkara ini dengan jelas, dan dia telah menulisnya di dalam kitabnya yang membantah Rafidhah Hutsiyun yang berjudul “An-Nushrah Al-Yamaaniyyah” dan dia mengetahui banyak sekali tentang kesesatan mereka. ٍSaya yakin dia mengetahui kebathilan dari kesepakatan ini yang telah menyakiti As-Sunnah dan orang-orang yang berpegang teguh dengannya, dan mereka pun sangat merasa tersakiti karenanya dan sangat mengingkarinya dengan keras. Sedangkan musuh-musuh mereka justru merasa senang dengannya sehingga mereka akan menjadikan kesepakatan tersebut sebagai pijakan untuk mencela Salafiyun secara umum dan mencela akidah dan manhaj  mereka. Jadilah mereka menuduh Ahlus Sunnah telah menjalin ukhuwwah dengan Rafidhah dan mereka pun telah memvonis kafir terhadap Muhammad Al-Imam disebabkan kesepakatan tersebut dan mengisyaratkan vonis kafir terhadap Salafiyun akibat kesepakatan tersebut.

Maka yang dituntut dari Muhammad Al-Imam adalah mengumumkan pembatalan kesepakatan yang bathil ini, yang keadaannya sesuai dengan sabda Rasulullah shallallahu alaihi was sallam:
مَا كَانَ مِنْ شَرْطٍ لَيْسَ فِيْ كِتَابِ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ فَهُوَ بَاطِلٌ وَإِنْ كَانَ مِائَةَ شَرْطٍ
“Apa pun syarat yang tidak ada di dalam Kitab Allah Azza wa Jalla, maka syarat tersebut bathil walaupun ada 100 syarat.”

Pengumuman (taubat/rujuk) semacam ini benar-benar sedang ditunggu-tunggu oleh Salafiyun. Jadi, wajib atas Al-Imam  untuk segera mengeluarkan pengumuman tersebut, yang merupakan perkara yang diwajibkan oleh Islam atasnya, dengannya dia bisa lepas dari segala konskwensinya dan selamat dari kemurkaan Ar-Rahman.

Ditulis oleh:
Rabi’ bin Hady Umair

Relakah seorang Ahlus Sunnah – Salafy  mengatakan ini??


berikut terjemahnya :

…Segala puji bagi Allah yang telah berfirman:
“Sesungguhnya tiada lain orang-orang yang beriman itu bersaudara”
Maha benar Allah Yang Maha Agung (dengan segala firmanNya).

Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada pemuka kita Muhammad dan kepada keluarganya yang suci, dan semoga Allah meridhai para shahabat beliau yang pilihan dari kalangan Muhajirin dan Anshor dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik.

Kita adalah sesama muslim seluruhnya, Rabb kita satu, kitab kita satu, Nabi kita satu dan musuh kita satu, meskipun kita berbeda dalam detail  permasalahan yang bersifat furu’ (cabang). 
Islam mengharamkan darah, kehormatan, dan harta  sebagian kita atas sebagian yang lain sebagai sesama muslim.

Bersandarkan kepada hal ini, maka terjadilah  kesepakatan antara kelompok Ansharullaah yang diwakili oleh (as-Sayyid Abdul Malik Badruddiin al Hutsy)  dengan Salafiyin di Markiz an-Nuur di Ma’bar dan markiz-markiz lainnya yang mengikutinya diwakili oleh  (asy-Syaikh Muhammad bin Abdillah al Imam) pada poin-poin sebagai berikut :

1. Hidup damai antara kedua belah pihak. Tidak saling bergesekan, tidak saling berbenturan, tidak saling berperang, dan tidak saling memfitnah walau bagaimana pun kondisi dan keadaannya. Kebebasan berpikir dan berwawasan terjamin untuk semua pihak.

2. Menghentikan pembicaraan yang berisi provokasi dan kebencian dari kedua belah pihak terhadap satu sama lain melalui berbagai media dan dalam kesempatan apapun. Sebaliknya menanamkan ruh persaudaraan dan kerja sama dengan semua.

3. Tetap menjaga hubungan baik antara kedua belah pihak dalam menghadapi kondisi atau kejadian apapun atau problem apapun, atau tindakan pribadi, atau upaya apapun dari pihak lain yang disusupkan untuk mengobarkan antara kedua belah pihak dan menghentikan perjanjian.

Inilah kesepakatan yang dibuat. Allah mengetahui segala maksud di balik ini.
Disepakati pada 28 Sya’ban 1435 H/26 Juni 2014 M

Pihak Pertama,
as-Sayyid ‘Abdul Malik Badru ad-Din al-Hutsi

Pihak Kedua,
asy-Syaikh Muhammad bin ‘Abdillah al-Imam

Senin, 11 Agustus 2014


Daurah-NasionalBerikut Ini Rekaman Duarah Nasional Miratsul Anbiya Ke 10 yang di adakan di Masjid Agung Manunggal Bantul Yogyakarta pada Hari Sabtu dan Ahad tanggal 13-14 Syawal 1435H yang bertepatan dengan tanggal 09-10 Agustus 2014 M Hari Sabtu 13 Syawal 1435H
1. Tausiyah Ba’da Sholat Shubuh Al Ustadz Abu Muawiyah Asykari
2. Biografi Pemateri Daurah Miratsul Anbiya ke 10
3. Pembukaan Daurah Miratsul Anbiya Ke 10
4. Sesi 1 Muhadharah Asy Syaikh Khalid az Zhafiri (Wasiat-wasiat Nabi untuk Taat kepada pemerintah)
5. Sesi 2 Muhadharah Asy Syaikh Hani bin Buraik (Kiat-kiat untuk kokoh di atas al haq)
6. Sesi 3 Muhadharah Asy Syaikh Ali al Hudzaifi & Teleconference Asy Syaikh Rabi’ al Madkhali (Hati-hati dari Khawarij Teroris)

Hari Ahad 14 Syawal 1435H
1. Sesi 1 Muhadharah Asy Syaikh Badr bin Muqbil  (Hati-hati jangan berbicara tanpa Ilmu)
2. Sesi 2 Muhadharah Asy Syaikh Ali al Hudzaifi (——)
3. Sesi 3 Muhadharah Asy Syaikh Khalid az Zhafiri (Penjabaran tentang Rukun Islam)
4. Sesi 4 Muhadharah Asy Syaikh Hani bin Buraik (Bertawakkalah di mana kalian berada)
5. Sesi 5 Muhadharah Asy Syaikh Badr bin Muqbil (Pendidikan Anak dalam Agama Islam)

****************************************
Sumber : radiorasyid.com

Senin, 21 Juli 2014

Doa-doa Istiftah
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam membuka bacaan beliau dalam shalat dengan mengucapkan doa-doa yang banyak lagi beragam. Di dalamnya beliau memuji Allah Subhanahu wa ta’ala,  memuliakan-Nya dan menyanjung-Nya. Doa-doa inilah yang diistilahkan dengan doa istiftah. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada Rifa’ah ibn Rafi’ radhiallahu ‘anhu, sahabatnya yang keliru dalam shalatnya (al-musi’u shalatuhu):
إِنَّهُ لاَ تَتِمُّ صَلاَةٌ لِأَحَدٍ مِنَ النَّاسِ حَتَّى يَتَوَضَّأَ فَيَضَعَ الْوُضُوْءَ –يَعْنِي مَوْضِعَهُ- ثُمَّ يُكَبِّرَ، وَيَحْمَدَ اللهَ ،وَيُثْنِيَ عَلَيْهِ، وَيَقْرَأَ بمَا تَيَسَّرَ مِنَ الْقُرْآنِ …
“Sesungguhnya tidak sempurna shalat seseorang dari manusia hingga ia berwudhu lalu meletakkan wudhunya pada tempat-tempatnya, kemudian ia bertakbir, memuji Allah Subhanahu wa ta’ala dan menyanjung-Nya serta membaca apa yang mudah baginya dari Al-Qur’an…”
 (HR. Abu Dawud no. 857, dishahihkan dalam Shahih Abi Dawud)

Jumat, 18 Juli 2014

Pertanyaan :
Mohon Anda menyebutkan kepada kami sunnah-sunnah yang semestinya dikerjakan oleh seorang muslim pada hari Jum'at? Apa hukum membaca surat al-Kahfi pada hari Jum'at?


Jawaban :
Membaca Surat al-Kahfi hukumnya sunnah. Karena padanya terdapat pahala yang besar, sebagaimana telah diriwayatkan secara pasti dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam.

Adapun sunnah-sunnah yang semestinya dikerjakan pada hari Jum'at adalah :

MANDI JUM'AT

Hukumnya WAJIB. Apabila seseorang meninggalkannya tanpa udzur maka dia berdosa. Karena Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :

Rabu, 16 Juli 2014

Pertanyaan :
Apakah boleh bagiku sebagai orang tua untuk meneliti dan melihat-lihat data yang ada dalam HP dan komputer anak-anakku karena khawatir di dalamnya ada sesuatu yang tidak baik?

Fadhilatusy Syaikh Shalih Al-Fauzan hafizhahullah menjawab:

Ya, ini wajib bagi Anda, lihat dan perhatikan apa yang ada di dalam alat-alat tersebut. Berapa kali telah aku sebutkan kepada Anda bahwa
JANGAN membelikan untuk mereka HP yang fasilitas/fiturnya melebihi fitur untuk percakapan saja (ada fitur-fitur lain lebih dari sekedar untuk percakapan), karena itu akan mendatangkan bencana, musibah, dan berbagai hal yang haram. Jangan membeli alat yang seperti itu untuk mereka.

Penanya: “Sebagian orang mengatakan bahwa perbuatan orang tua yang seperti itu adalah termasuk tajassus (memata-matai) yang diharamkan, apakah perkataan ini ada benarnya?”

Asy-Syaikh menjawab: “Perkataan seperti ini adalah perkataan yang batil, orang tua diperintahkan untuk mendidik anak-anaknya, mengawasi dan memperhatikan mereka. Ini wajib atas orang tua. Bukan termasuk tajassus, namun itu merupakan bentuk pelaksanaan terhadap kewajiban yang Allah bebankan kepadanya.

Akan tetapi yang terjadi sekarang adalah musibah, yaitu mereka mengatakan:
Jangan mengatakan kepada anak-anak, istri, dan putri-putrimu sedikitpun, biarkan mereka melakukan apa saja yang mereka mau, bebas sesuai kehendak mereka, jangan ikut campur urusan mereka karena ini termasuk kekerasan dalam keluarga -laa haula wala quwwata illa billah-.

Mereka menghendaki tidak ada seorang pun yang melaksanakan kewajiban, masing-masing berbuat sekehendaknya.


sumber: WhatsApp Salafi
Allah turunkan al-Quran pertama kali di Lailatul Qodr (malam kemuliaan) pada sepuluh hari yang terakhir di bulan Ramadhan

إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ

"Sesungguhnya Kami menurunkan (alQur`an) pada Lailatul Qodr" (Q.S al-Qodr:1)

▪Awalnya, AlQuran diturunkan secara utuh ke Baitul Izzah (suatu tempat di langit dunia) pada bulan Ramadhan.

▪Kemudian secara berangsur-angsur diturunkan sesuai dengan kondisi yang dibutuhkan: sebagai jawaban terhadap pertanyaan seseorang, sebagai teguran pada kaum muslimin, sebagai penghibur jiwa dan mengokohkan hati kaum muslimin, dan sebagainya. Turunnya al-Quran karena peristiwa-peristiwa tersebut terjadi bukan hanya pada bulan Ramadhan saja.

Dalam sebagian hadits** dinyatakan bahwa al-Quran diturunkan pada malam 25 Ramadhan:

وَأُنْزِلَ الْقُرْآنَ لِأَرْبَعٍ وَعِشْرِيْنَ خَلَتْ مِنْ رَمَضَان

"َDan al-Quran diturunkan setelah melewati 24 dari Ramadhan"
(H.R Ahmad dari Watsilah bin Asqo’, al-Munawi menyatakan bahwa para perawinya terpercaya, dan dihasankan oleh al-Albany).


Sebagian Ulama menafsirkan makna hadits tersebut dengan pemahaman: al-Quran diturunkan pada malam 24 Ramadhan (as-Siiroh anNabawiyyah libni Katsir (1/393)).

Karena itu, hadits di atas memiliki 2 penafsiran:
1) Al-Quran diturunkan pada malam 25 Ramadhan. Ini adalah pendapat al-Hulaimi dan dinukil serta disepakati oleh adz-Dzahaby (Faidhul Qodiir karya al-Munawi).
2) Al-Quran diturunkan pada malam 24 Ramadhan. Ini adalah pendapat yang dinukil Ibnu Katsir dalam as-Siroh anNabawiyyah karyanya (1/393)).

Pada bulan Ramadhan tersebut Jibril bertadarus al-Quran dengan Nabi. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya pada Bab Keutamaan Bulan Ramadhan.

Faidah dari AL-USTADZ ABU UTSMAN KHARISMAN Hafidzahullah

** Hadits tersebut merupakan bantahan -dari segi sejarah-atas orang yang meyakini bahwa Nuzulul Qur’an pada tanggal 17 Romadhon !!!

WA Forum Berbagi Faidah.
Dinukil dari http://salafy.or.id/blog/tag/turunnya-al-quran/
dari kitab "al-Ahadits wal al-Aatsar al-Waridah fi Qunut al-Witr",
DR. Muhammad bin 'Umar Bazmul hafizhahullah


1. Bahwa ucapan sebagain para imam,
“Tidak shahih  satu hadits pun dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam masalah qunut witr sebelum rukuk ataupun setelahnya”, demikian pula ucapan Ibnu ‘Abdil Barr rahimahullah : “Tidak shahih dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang qunut witr satu hadits musnad pun” pernyataan ini perlu ditinjau ulang, dan tidak bisa diterima. Telah pasti riwayat hadits musnad tentang qunut witr, hadits dari shahabat al-Hasan bin ‘Ali radhiyallahu ‘anhuma, hadits Ubay bin Ka’b radhiyallahu ‘anhu, wallahu a’lam.
Hukum Qunut Witr

Pertanyaan :
Apa hukum qunut dalam shalat witr. Apakah ada kewajiban tertentu jika meninggalkannya?

Jawab :
Hukumnya mustahab, tidak wajib. Barangsiapa meninggalkannya maka tidak mengapa. Barangsiapa melaksanakannya maka itu mustahab.

(asy-Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Baz, Fatawa Nur ‘ala ad-Darb 10/205)


Penjelasan tentang Dalil Disyari’atkannya Qunut Witr
Pertanyaan :
Apakah qunut witr yang biasa dilakukan itu memiliki dasar hukum? Apa dalilnya?

Selasa, 15 Juli 2014

Semula dalam shalatnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengangkat pandangannya ke langit. Lalu turunlah ayat:
“(Yaitu) orang-orang yang khusyuk dalam shalat mereka.” (Al-Mu’minun: 2)
Beliau pun menundukkan kepala beliau.
(HR. Al-Hakim 2/393. Al-Imam Al-Albani rahimahullah mengatakan bahwa hadits ini di atas syarat Muslim, lihat Ashlu Shifah1/230)

Aisyah radhiallahu ‘anha berkata:
دَخَلَ رَسُولُ اللهِ  الْكَعْبَةَ مَا خَلَفَ بَصَرُهُ مَوْضِعَ سُجُودِهِ حَتَّى خَرَجَ مِنْهَا
“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam masuk Ka’bah (untuk mengerjakan shalat, pen.) dalam keadaan pandangan beliau tidak meninggalkan tempat sujudnya (terus mengarah ke tempat sujud) sampai beliau keluar dari Ka’bah.”
 (HR. Al-Hakim 1/479 dan Al-Baihaqi 5/158. Kata Al-Hakim, “Shahih di atas syarat Syaikhan.” Hal ini disepakati Adz-Dzahabi. Hadits ini seperti yang dikatakan keduanya, kata Al-Imam Albani rahimahullah. Lihat Ashlu Shifah 1/232)

Saat ini kita dapatkan fenomena aneh di kalangan sebagian salafiyyin, ketika ada seseorang yang DITAHDZIR oleh para ulama, kemudian ada sebagian salafiyyin yang bersemangat dalam mengikuti fatwa ulama tersebut juga ikut mentahdzir dan memboikot orang tersebut, maka sebagian salafiyyin yang ‘nyeleneh’ tersebut berkata kepada saudara yang mengikuti fatwa para ulama,
✔“Kenapa engkau memboikot si Fulan, apakah dia sudah mubtadi’!?

Sebagiannya lagi dengan penuh ‘kebanggaan’ berkata :
✔“Saya sudah ke sana ke mari bertanya kepada mereka yang mentahdzir ‘ustadz fulan’ “apakah dia sudah keluar dari ahlus sunnah atau tidak? dan mereka semua tidak ada yang bisa menjawab.” atau kalimat semisalnya.


Maka sebagai jawaban bagi sebagian salafiyyin yang ‘nyeleneh’ tersebut, berikut ini saya nukilkan ucapan Asy-Syaikh Doktor Ahmad Bin Umar Bazmul Hafizhahullah berikut ini.
Apik Elek Bloge Dewek