(Menjawab Tuduhan Keji Para Pendengki Terkait Bayan Rujuk Ust. Saifuddin Zuhri hafidzohulloh)
KOLABORASI HALABIYUN: KUMPULAN THULLABUL HAWA’ DAN SYUHADA AL ISKANDAR
Alhamdulillah was Sholatu was Salamu ‘ala Rasulillah wa ‘Ala Alihi wa
Ashabihi Waman Tabi’a Hudahu Ila Yaumil Qiyamah. Wa Asyhadu Alla Ilaha
Illallah Wahdahu Laa Syarika Lah Wa Asyhadu Anna Muhammadan ‘Abduhu Wa
Rasuluhu, Amma Ba’du :
Berikut Rekaman Kajian Ilmiyah Bersama Al Ustadz Muhammad Umar as Seweed Hafizhahulloh, pembahasan Kitab “Aqidah Wasithiyah” karya Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah Rahimahulloh,
Pertemuan Pertama – Download disini
Pertemuan Kedua – Download disini
Pertemuan Ketiga – Download disini
Pertemuan Keempat – Download disini
Pertemuan Kelima – Download disini
Pertemuan Ke 6 – Download disini
Pertemuan Ke 7 – Download disini
(ditulis oleh: Al-Ustadz Muslim Abu Ishaq Al-Atsari)
Membaca al-Fatihah ayat demi ayat
Setelah membaca basmalah, mulailah Rasulullah n membaca surah al-Fatihah
yang beliau baca ayat demi ayat. Beliau n berhenti setiap satu ayat,
sebagaimana diriwayatkan dari Ummu Salamah x ketika ditanya tentang
bacaan Rasulullah n. Ummu Salamah x menjawab,
“Adalah beliau memotong
bacaan ayat demi ayat ….”
(HR. Ahmad 6/302, hadits ini shahih bi dzatihi
bila tidak ada ‘an’anah1 Ibnu Juraij, namun hadits ini memiliki
mutaba’ah)
Terkadang Rasulullah n membaca dengan memendekkan lafadz ﭞ (dibaca مَلِكِ) dan pada kesempatan lain beliau n memanjangkannya (dibaca مَالِكِ).
Dua bacaan ini, kata al-Hafizh Ibnu Katsir t, shahih mutawatir dalam qira’ah sab’ah. (Tafsir Al-Qur’anil ‘Azhim, 1/32)
Membaca al-Fatihah Merupakan Rukun shalat
Rasulullah n bersabda:
Terkait rujuknya beliau ini terdapat banyak catatan, dan yang terakhir adalah beliau berjalan bersama mereka mutamayyi'in.
##Silakan baca: saifuddin-zuhri-bermasalah-lagi-alamat
Bismillahirrahmaanirrahiim.
Tak terasa, perjalanan dakwah suku Lauje sudah masuk bulan ke
sebelas. Kendala dan rintangan silih berganti menghadang Dakwah terhadap
muallaf Lauje. Hanya karena pertolongan Allah semata dakwah ini masih
bisa berlanjut hingga sekarang. Walaupun di sana-sini masih banyak
kekurangan yang butuh pembenahan. PEMBANGUNAN MASJID SELESAI
Pada akhir bulan Sya’ban 1435 lalu, pembangunan masjid muallaf telah
berhasil diselesaikan. Segala pujian kesempurnaan tertuju kepada
Al-Khaliq, yang hanya karena pertolongan-Nya masjid bisa selesai
terbangun. Masjid dengan ukuran 8×8 m dengan lantai dan dinding papan
sudah bisa dipakai untuk shalat dan mengaji oleh para muallaf.
Beralaskan karpet merah, jendela kaca, dengan kusen dan daun pintu dari
kayu jati, masjidnya tergolong ”mewah” untuk masjid di gunung Lauje,
demikian pengakuan beberapa warga gunung. Nama Masjidnya adalah Masjid
Al-Hidayah, sesuai dengan tujuan didirikannya, yaitu sebagai sarana
meraih hidayah bagi para muallaf in syaa Allah. Pak Andi selaku ketua
DKM menginginkan masjid bisa diresmikan untuk persiapan ibadah bulan
Ramadhan. Maka Pak Andi mengundang beberapa kepala desa sekitar dan para
imam masjid, juga Pak Camat. Surat undanganpun dilayangkan kepada
mereka. Qaddarallah di waktu yang sama, hampir seluruh kepala desa dan
camat sedang ada pertemuan di kantor pemerintah kabupaten Parigi.
Merekapun tidak bisa hadir pada peresmian masjid. Para imam desa juga
tidak ada yang hadir. Wallahu a’lam apakah lantaran berbagai isu fitnah
yang disebarkan orang yang tidak bertanggung jawab atau ada sebab
lainnya.
Akhirnya
peresmian masjid hanya dihadiri oleh beberapa warga muallaf dan seorang
mubalig sekaligus kepala sekolah Madrasah Al-Khairat desa Pebo Unang,
yang lebih dikenal warga dengan nama Ustadz Ramli. Beliau memberikan
kata sambutan dan menyemangati ikhwah dan para muallaf agar tidak
berkecil hati untuk terus melanjutkan dakwah di gunung. Beliau
menyampaikan simpati dan dukungan sepenuhnya terhadap dakwah. Kata
sambutan beliau cukup mengharukan hingga beberapa ikhwah menitikkan air
mata. Memang pasca tersebar derasnya isu fitnah, sekalipun ikhwah dari
Poso sudah bersusah payah berganti-gantian datang membangun masjid dan
mengajak warga Lauje, ternyata yang mau mendekat dari kalangan muallaf
tidak lagi seperti dulu. Memang para Da’i cuma bisa menyampaikan, adapun
hidayah adalah mutlak di tangan Allah semata. Alhamdulillah masih ada
beberapa muallaf yang mau mendekat. Karena rumah-rumah mereka yang jauh
dari masjid, maka terkadang sebagian mereka tidak hadir, terlebih ketika
turun hujan.
Bacaan Basmalah
Rasulullah sholallohu'alaihiwasallam mengucapkan:
tanpa mengeraskan suara, sebagaimana dipahami dari hadits Anas bin Malik rodhiyallohu'anhu yang memiliki banyak jalan dengan lafadz yang berbeda-beda, dan semua
menunjukkan bahwa Nabi sholallohu'alaihiwasallam tidak mengeraskan suara ketika mengucapkan
basmalah.
Salah satu jalannya adalah dari Syu’bah, dari Qatadah, dari
Anas rodhiyallohu'anhu, ia berkata:
أَنَّ النَّبِيَّ n وَأَبَا بَكْرٍ وَعُمَرَ c كَانُوا يَفْتَتِحُونَ الصَّلاَةَ بِـ { ﭖ ﭗ ﭘ ﭙ}
“Sesungguhnya Nabi sholallohu'alaihiwasallam, Abu Bakr dan Umar rodhiyallohu'anhum, membuka (bacaan dengan suara
keras) dalam shalat mereka dengan ‘Alhamdulillahi Rabbil ‘alamin.”
(HR.
Al-Bukhari no. 743 dan Muslim no. 888)
Al-Imam Ash-Shan’ani rohimahulloh menyatakan, hadits di atas menunjukkan bahwa Nabi sholallohu'alaihiwasallam, Abu Bakr dan Umar rodhiyallohu'anhum tidak memperdengarkan kepada makmum (orang yang
shalat di belakang mereka) ucapan basmalah dengan suara keras saat
membaca Al-Fatihah (dalam shalat jahriyah). Mereka membacanya dengan
sirr/perlahan. (Subulus Salam 2/191)
Adapun ucapan Anas, “Mereka membuka (bacaan dengan suara keras) dalam
shalat mereka dengan Alhamdulillah…” tidak mesti dipahami bahwa mereka
tidak membaca basmalah secara sirr.
(Fathul Bari, 2/294)
Al-Imam Asy-Syafi’i rohimahulloh mengatakan, “Makna hadits ini adalah Nabi sholallohu'alaihiwasallam, Abu
Bakr, Umar, dan Utsman rodhiyallohu'anhum, mengawali bacaan Al-Qur’an dalam shalat dengan
(membaca) Fatihatul Kitab sebelum membaca surah lainnya. Bukan maknanya
mereka tidak mengucapkan Bismillahirrahmanirrahim.” (Sunan
At-Tirmidzi, 1/156)
Ulama berselisih pandang dalam masalah men-jahr-kan (mengucapkan dengan
keras) ucapan basmalah ataukah tidak dalam shalat jahriyah. Sebetulnya,
semua ini beredar dan bermula dari perselisihan apakah basmalah termasuk
ayat dalam surah Al-Fatihah atau bukan. Juga, apakah basmalah adalah
ayat yang berdiri sendiri pada setiap permulaan surah dalam Al-Qur’an
selain surah Al-Bara’ah (At-Taubah), ataukah bukan ayat sama sekali
kecuali dalam ayat 30 surah An-Naml? Insya Allah pembaca bisa melihat
keterangannya pada artikel: Apakah Basmalah Termasuk Ayat dari Surah
Al-Fatihah?
Kami (penulis) dalam hal ini berpegang dengan pendapat mayoritas ulama
yang mengatakan bahwa basmalah dibaca dengan sirr. Wallahu a’lamu
bish-shawab.
Al-Imam At-Tirmidzi rohimahulloh berkata, “Yang diamalkan oleh mayoritas ulama dari
kalangan sahabat Nabi n—di antara mereka Abu Bakr, Umar, Utsman, dan
selainnya rodhiyallohu'anhum—dan ulama setelah mereka dari kalangan tabi’in, serta
pendapat yang dipegang Sufyan ats-Tsauri, Ibnul Mubarak, Ahmad, dan
Ishaq, bahwasanya ucapan basmalah tidak dijahrkan. Mereka mengatakan,
orang yang shalat mengucapkannya dengan perlahan, cukup didengarnya
sendiri.” (Sunan At-Tirmidzi, 1/155)
Guru besar kami, Asy-Syaikh Al-Muhaddits Muqbil ibnu Hadi al-Wadi’i rohimahulloh,
dalam kitab beliau, Al-Jami’us Shahih mimma Laisa fish Shahihain (2/97),
menyatakan bahwa riwayat hadits-hadits yang menyebutkan basmalah dibaca
secara sirr itu lebih shahih/kuat daripada riwayat yang menyebutkan
bacaan basmalah secara jahr.
Adapun Al-Imam Asy-Syafi’i rohimahulloh dan pengikut mazhabnya, juga—sebelum
mereka—beberapa sahabat, di antaranya Abu Hurairah, Ibnu Umar, Ibnu
Abbas, dan Ibnuz Zubair rodhiyallohu'anhum, serta kalangan tabi’in, berpendapat bahwa
bacaan basmalah dijahrkan. (Sunan At-Tirmidzi, 1/155)
transkrip faedah dari Ust. Muhammad umar As Sewed potongan audio dauroh Tegal
Ikhwanifiddin a'azakumullah,
ini sering terucap dari orang-orang yang lebih mengutamakan perasaan,
kemudian berpikir di perasaannya, "kayaknya nggak bener deh...masa semua salah, emang yang bener salaf tok?"
Kalau iya mau apa?
ikhwanifiddin a'azakumullah,
dikira salaf itu adalah nama kelompok/ organisasi yang dipimpin ustadz fulan, dikira mereka begitu.
Sehingga (mereka mengatakan -pen), "masa kelompok ini paling bener sendiri, yang lain salah?" BUKAN...
salafiyah nggak ada kelompok kelompokan, nggak ada imam, nggak ada amirul mu'minin. itu hanya TUDUHAN HIZBIYIN !!! hanya TUDUHAN HIZBIYIN !!!
bahwa "ini kelompok salaf ini amirnya adalah fulan"
Sama...dengan surat kaleng, entah sekarang kalengnya elektronik, dikirimkan lewat WA, suara.
Suara orang jahil, suara orang bodoh, bahwa..
"Dakwah salafiyah di Indonesia ini dipimpin oleh Luqman Ba'abduh, dan Luqman Ba'abduh itu begini dan begitu"
Yang pernah milih dia siapa? kapan pemilunya? kapan kita musyawarah memilih amirul mu'minin? NGGAK ADA, itu tuduhan mereka saja.
Siapapun, tidak beliau, tidak saya, tidak siapapun kalau salah, apakah diikuti?
Dulu, "amirnya" adalah panglima Laskar Jihad Ja'far Umar Thalib, iya kan? toh sekarang ditinggal.
Apa namanya? Bukan hizbiyah. Kita melihat kalau salah ya ditinggal.
Walaupun kita berharap, berharap, berharap untuk kembali. berdoa, berdoa supaya kembali. Tetapi kalau kenyataannya tidak kembali mau apa?
Demikian pula terjadi, kalau na'udzubillah terjadi pada saya, pada ustadz Luqman, pada ustadz lainnya....akan diperlakukan seperti itu oleh salafiyin.
Kenapa? Karena kita bukan organisasi, bukan partai politik, kita bukan kelompok kelompokan, walhamdulillahirobbil'alamin.
Cuma mereka dengan kacamata bodohnya mereka, dengan kacamata mereka yang sempit, mengira bahwa ini kelompok baru dengan pemimpin baru, pencetus baru.
Padahal ini ikhwanifiddin a'azakumulloh sudah ada sejak para sahabat masih hidup.
Anas bin Malik mengatakan, kalau dibangkitkan seorang dari salaf melihat kalian, maka dia tidak akan lagi melihat pada kalian kecuali shalatnya. kecuali shalatnya. beliau menangis....
Sudah menyebutkan salaf, "kalau dibangkitkan dari salaf"
Demikian pula para ulama setelahnya, setelahnya....Imam Al Auza'i menyatakan " 'alaika bi atsari man salaf" hendaklah kalian ikut jejak-jejak salaf, "wa in rofadhokannas" walaupun manusia menolakmu !!!
ini bukti, kalau dakwah salafiyah bukan "dagang sapi" bukan "dagang kue"
'alaika bi atsari man salaf, wa in rofadhokannas" hendaklah engkau pegang jejak-jejak salaf, walaupun manusia menolakmu.
Artinya manusia lari, manusia menjauh, tetap berpegang salaf.
Jangan seperti dagang, "ah..kayaknya ini nggak laku, kita ganti saja kismisnya dengan a...wijen supaya laku. Oh, ternyata ini nggak laku, kasih keju supaya laku"
Agama nggak demikian, SUDAH BAKU dari Alloh Subhanahu Wata'ala, SUDAH BAKU diajarkan oleh Rosululloh Sholallohu 'alaihi wasalam, kita hanya menyampaikan, Kalau mereka menerima alhamdulillah, kalau mereka menolak....'alaihi billah. Atas mereka dengan Alloh Subhanahu Wata'alah. urusannya....bainuhu wa baina robbuh, antara dia denga Alloh Subhanahu Wata'ala.
KITA HANYA MENYAMPAIKAN !!! barokallohu fiikum.
Saya
dulu dengar kalo ustadz dzulqarnain telah taubat dari sekian poin
kesalahan, tetapi sekarang saya dengar taubatnya ustadz dzulqarnain
belum diakui, ini kenapa ustadz? Mohon penjelasannya..
Jawaban :
Ya itu tadi, karena poin-poin kesalahannya sendiri kemudian dilanggar, kan gitu.. seperti misalkan berlepas diri dari ja’far shalih, dari abdul barr, dari yang lain, sekarang masih berhubungan.
Apa..apa namanya? Kejujuran dan kebenaran ketika…apa
namanya…menyatakan ruju’ bahkan poin-poin ruju’nya jelas itu adalah
kesengajaan dihapus dari website pribadinya, naam, wallahua’lam